1 / 60

Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

MENGEMBANGKAN MODEL -MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya. kebutuhan berbahasa untuk luaran (kebutuhan instrumental) kebutuhan berbahasa sebagai sarana pengembangan kreativitas. kebutuhan luaran untuk siswa yang drop out.

argyle
Download Presentation

Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. MENGEMBANGKAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya

  2. kebutuhan berbahasa untuk luaran (kebutuhan instrumental) kebutuhan berbahasa sebagai sarana pengembangan kreativitas kebutuhan luaran untuk siswa yang drop out Kebutuhan berbahasa untuk luaran kebutuhan luaran untuk siswa yang akan melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi

  3. sebagai sarana akademik Kebutuhan berbahasa sebagai sarana pengembangan kreativitas sebagai sarana sosialisasi sebagai sarana imajinasi dan rekreasi

  4. cerdas spiritual cerdas emosional Pengembangan kecerdasan majemuk cerdas sosial cerdas intelekrual cerdas kinestetis

  5. Cerdas spiritual • ditandai kemampuan beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia (termasuk budi pekerti luhur dan berkepribadian unggul) • Cerdas emosional, ditandai: • beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan apresiasivitas akan kehalusan dan keindahan seni budaya, serta kompetensi untuk mengekpresikannya, dan • beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang: • a) membina dan memupuk hubungan timbal balik, • b) demokratis, • c) empatik dan simpatik, • d) menjunjung tinggi hak azasi manusia, • e) ceria dan percaya diri, • f) menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara, • g) berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warganegara.

  6. Cerdas intelektual, ditandai: • beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, dan • aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif, dan imajinatif. • Cerdas kinestetis, ditandai: • beraktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insan yang sehat, bugar, berdayatahan, sigap, terampil, dan trengginas, dan • aktualisasi insan adiraga

  7. Prinsip Dasar Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif

  8. Model Pembelajaran Bahasa Jawa yang Dikembangkan: • Dukungan teori tentang strategi belajar siswa yang mendukung model, • Asumsi dan tujuan pengembangan model • Sintaks • Faktor pendukung • Peran siswa dan guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran

  9. Behavioris Fungsional Nativis T e o r i M e d i a S i =Pradisposisi Bawaan (LAD/UG) =Sistematik, Pemerolehan Taat kaidah =konstruksi Kreatif =Tata bahasa =Tabula Rasa =Stimuli: Respon Kebahasaan =kondisi oning =Konstrukti vis =Interaksi Sosial =Kognisi dan bahasa Respon mediasi Dukungan Teori Belajar Bahasa

  10. Model pembelajaran → bentuk pembelajaran yang tergambar dan awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Pendekatan → konsep dasar yang melingkupi metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Metode → prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode, diturunkan ke dalam teknik pembelajaran yang secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran. Teknik → cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

  11. pembelajaran langsung pembelajaran tematik pembelajaran lesson study pembelajaran kontekstual pembelajaran kooperatif ANEKA MODEL PENGELOLAAN KELAS pembelajaran kuantum pembelajaran berbasis masalah pembelajaran berbasis pengalaman pembelajaran partisipatori pembelajaran model SAVI

  12. PEMBELAJARAN LANGSUNG Pembelajaran langsung merupakan model yang berpusat pada guru Langkah-langkah: 1. menyiapkan siswa menerima pelajaran, 2. demonstrasi, 3. pelatihan terbimbing, 4. umpan balik, dan 5. pelatihan lanjut (mandiri).

  13. Pengajaran langsung sangat cocok diterapkan apabila guru menginginkan siswa belajar pengetahuan deklaratif. Sintaks Model Pengajaran Langsung

  14. PEMBELAJARAN TEMATIK Pembelajaran tematik diajarkan kepada siswa di kelas awal SD (kelas 1 sampai kelas 3) karena pada perkembangannya, mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik). Pembelajaran tematik dimaksudkan untuk memberikan pengalaman holistik kepada siswa sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bermakna. Pembelajaran tidak lagi terkotak-kotak dalam mata pelajaran-mata pelajaran secara terpisah. Namun, muatan masing-masing pelajaran itu sudah diramu secara utuh dan padu oleh guru dalam sebuah tema tertentu.

  15. Tahap-tahap: (1) analisis standar isi dalam kurikulum, khususnya pada muatan standar kompetensi masing-masing mata pelajaran; (2) tentukan tema pembelajaran untuk mengikat standar kompetensi berbagai mata pelajaran tersebut menjadi sebuah ruang lingkup pembelajaran yang utuh, padu, dan bermakna; (3) tentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran terkait yang terdapat di dalam kurikulum sesuai dengan tema yang telah ditentukan; (4) tentukan indikator ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar masing-masing terkait sesuai dengan tema yang telah ditentukan; (5) berdasar indikator ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar, tentukan tujuan pembelajaran masing-masing mata pelajaran terkait sesuai dengan tema yang telah ditentukan; (6) rancanglah pembelajaran sesuai dengan prosedur perencanaan mengajar yang meliputi materi, langkah-langkah pembelajaran, media, dan metode pembelajaran, serta evaluasi.

  16. Bahasa Daerah

  17. Semua Bersumber dan Tema

  18. Pembelajaran Lesson Study Lesson study adalah model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community. Lesson study bukan suatu metode pembelajaran atau suatu strategi pembelajaran, tetapi dalam kegiatan lesson study dapat memilih dan menerapkan berbagai metode/strategi pembelajaran atau materi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, atau permasalahan pembelajaran yang dihadapi pendidik

  19. Skema Kegiatan Lesson study PLAN (merencanakan) DO (melaksanakan) SEE (merefleksi)

  20. Aktivitas Pembelajaran Merencanakan Pembelajaran Kegiatan Observasi

  21. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL CTL: mengajar dan belajar yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi nyata dan yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. CTL: proses belajar mengajar yang erat kaitannya dengan pengalaman nyata. CTL: dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang harus situation and content specific dan memberi kesempatan dilakukannya pemecahan masalah secara riil atau otentik, serta latihan melakukan tugas

  22. Pembelajaran kontekstual disusun untuk mendorong munculnya bentuk belajar yang disingkat REACT: Relating : belajar dalam konteks kehidupan nyata, Experencing : belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan, Applying : belajar dengan memadukan pengetahuan dengan kegunaannya, Cooperating : belajar dalam konteks interaksi kelompok, dan Transfering : belajar dengan menggunakan pengetahuan dalam konteks baru/lain

  23. Tujuh elemen dalam CTL: 1. inkuiri (inquiry), 2. pertanyaan (questioning), 3. konstruktivistik (constructivism), 4. pemodelan(modeling), 5. masyarakat belajar (learning community), 6. penilaian otentik(authentic assesment), dan 7. refleksi (reflection).

  24. Pembelajaran Kooperatif • Pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan saling bergantungnya siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan. • Struktur tugas mengacu kepada cara pembelajaran diorganisasikan dan jenis kegiatan yang dilakukan siswa di dalam kelas. • Struktur tujuan dalam pembelajaran kooperatif terjadi apabila siswa dapat mencapai tujuan hanya jika siswa lain yang bekerja sama mencapai tujuan tersebut. • Struktur penghargaan mengacu kepada upaya individu membantu individu yang lain dalam memperoleh penghargaan. Penghargaan individu merupakan penghargaan bersama (kelompok).

  25. Sintaks dan Model Pembelajaran Kooperatif

  26. Beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif: 1. Student Team Achievement Division (STAD), 2. Team Game Tournament (TGT), 3. Team Assisted Individualization (TAI), 4.Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), 5. Jigsaw, Learning Together; dan 6. Think-Pair-Share

  27. Langkah-langkah dalam dalam STAD: • dimulai dengan guru menyajikan materi pelajaran, baik dengan model pengajaran langsung maupun diskusi yang dipimpin oleh guru. Materi yang disajikan guru meliputi pendahuluan, pengembangan, dan praktik terbimbing. • pembentukan kelompok dengan siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menguasai materi. • penilaian secara individual dilakukan melalui tes atau kuis pada tahap selanjutnya. • penghargaan kelompok yang didasarkan kepada skor peningkatan anggota kelompok.

  28. Langkah-langkah dalam TGT: 1. guru menyajikan materi sebagaimana pada STAD, 2.siswa belajar dalam kelompok setelah sebelumnya dibentuk kelompok yang heterogen, 3.melakukan turnamen, di sini siswa yang mempunyai kemampuan yang relatif sama (mewakili kelompok) menuju meja-meja turnamen untuk mengerjakan LKS, dan 4. penghargaan kelompok yang didasarkan pada pengumpulan skor individu dari pengerjaan LKS-LKS tersebut.

  29. Langkah-langkah dalam TAI: 1. guru membentuk kelompok hiterogen 2. guru mengadakan tes penempatan untuk menempatkan siswa pada program individual 3. guru mengajarkan materi 4. siswa mempelajari materi kurikulum berdasarkan hasil tes penempatan sebelumnya dan mengerjakan tugas yang ada secara kelompok 5. guru menghitung skor kelompok 6. guru mengajar sekitar 10 menit secara klasikal 7. selama dua kali dalam seminggu kepada siswa diberikan tes tentang fakta; dan 8. setiap tiga minggu pun guru menghentikan program individual dan melanjutkan kegiatan mengajar sebagaimana biasanya selama seminggu.

  30. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ☼ Model pembelajaran kooperatif yang dirancang khusus untuk membaca dan menulis pada kelas-kelas rendah. ☼ Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif yang beranggotakan empat orang. ☼ Siswa terlibat dalam serangkaian kegiatan bersama: ☻ saling membacakan cerita, ☻membuat ikhtisar, ☻tanggapan terhadap cerita, serta ☻berlatih mengeja dan perbendaharaan kata. ☼ Selama pembelajaran setiap siswa terlibat dalam ☻menulis draf, ☻saling merevisi dan menyunting pekerjaan teman, serta ☻mempersiapkan untuk publikasi buku tim.

  31. Langkah-langkah dalam kegiatan jigsaw: • pada tahap awal guru membentuk kelompok (jumlahnya disesuaikan dengan jumlah topik yang akan dibahas), misalnya lima kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan lima orang (sesuai dengan jumlah kelompok). Jumlah kelompok maupun anggotanya dapat dilipatkan. Masing-masing kelompok itu disebut kelompok asal. • masing-masing anggota kelompok disebar membentuk 5 kelompok baru dengan 1 anggota berasal dari 5 kelompok asal. Kelompok baru ini diberi nama kelompok ahli. • lima kelompok ahli tersebut masing-masing diberi tugas yang berbeda. • siswa melakukan diskusi dalam waktu yang ditentukan dalam kelompok ahli. • setelah memahami tugas atau materi, siswa kembali pada kelompok asal dan mereka berdiskusi dengan saling menyampaikan apa yang diperoleh dari kelompok ahli sebelumnya. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok tersebut mempelajari lima topik yang berbeda-beda. • guru memberikan tugas individual dan setelah dinilai penghargaan dapat diberikan, baik secara individual maupun kelompok.

  32. X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X Kelompok Ahli X X X X X Kelompok asal 5 atau 6 anggota heterogen dikelompokan Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap kelompok asal Gambar menunjukan ilustrasi yang menunjukan tipe jigsaw

  33. Langkah-langkah dalam model Learning Together: • dimulai dengan kegiatan guru membentuk kelompok dengan 4 – 5 orang anggota. • Siswa bekerja sama dalam kelompok memecahkan masalah yang disiapkan guru (tugas setiap kelompok berbeda-beda). • setiap siswa harus dapat menunjukkan bahwa dirinya menguasai materi kelompoknya, sehingga guru dapat memberikan tes individual. • tahap terakhir adalah dilakukannya pemberian penghargaan terhadap hasil kelompok.

  34. Think-Pair-Share pembelajaran yang menekankan siswa bekerja sama dengan siswa lain. Tipe ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diadakan dalam setting kelompok secara keseluruhan. Tipe ini memberi kesempatan kepada para siswa untuk berpikir, merespon, serta saling membantu sesama teman.

  35. Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif

  36. PEMBELAJARAN QUANTUM (QUANTUM LEARNING) menawarkan situasi belajar yang aman, nyaman, menarik, dan menyenangkan, sebagai situasi yang harus diciptakan dalam mencapai hasil belajar yang diinginkan, sedangkan quantum teaching merupakan penerapan quantum learning di dalam kelas. Quantum teaching menawarkan model pembelajaran yang menyenangkan dan nyaman. ● Nyaman berarti terbebasnya siswa dari rasa takut untuk melakukan kesalahan, karena prinsip quantum teaching selalu mengakui keberadaan siswa apa pun wujudnya, kelebihan dan kekurangannya. ● Menyenangkan berarti siswa berada dalam situasi yang menggembirakan karena telah menemukan kenyamanan. ● Dengan situasi belajar yang mendukung, diharapkan timbul sikap positif pada para siswa, yang pada akhirnya mampu menimbulkan pemercepatan belajar.

  37. Langkah-langkah dalam pembelajaran quantum: “TANDUR” → Tanamkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Langkah-langkah penerapan Quantum Learning: (a) tumbuhkan. Tumbuhkan minat siswa dengan memuaskan AMBAK (Apa manfaatnya bagiku). Dalam hal ini, guru harus pandai-pandai memberikan strategi yang sangat diminati oleh siswa untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan rasa ingin belajar mengenai materi pelajaran yang dipelajarinya agar siswa tidak bosan dan jemu dalam belajar; (b) alami. Ciptakan pengalaman umum yang dapat dipahami siswa. Dalam hal ini, guru melibatkan peran siswa untuk belajar dan memberikan pengalaman kepada siswa agar lebih memahami pelajaran yang sedang dipelajari, misalnya menggunakan permainan, simulasi, atau yang lain yang banyak melibatkan peran siswa;

  38. (c) namai. Pada langkah ini, guru harus mampu membuat strategi jitu untuk proses daya pikir siswa dengan cara memberikan kata kunci, konsep, model, rumus, pemberian gambar, warna, alat bantu, kertas tulis, dan poster dinding yang disusun dengan pola yang dapat menggugah daya tarik siswa, yang keseluruhannya diusahakan dapat memuaskan otak siswa pada sebuah konsep yang dipelajari; (d) demonstrasikan. Guru wajib memberikan peluang kepada siswa untuk menerjemahkan dan menerapkan kemampuan mereka ke pembelajaran lain dan ke dalam kehidupan mereka; (e) ulangi. Tunjukkan kepada siswa cara mengulangi materi pelajaran dan menegaskan dengan suatu pertanyaan, “Aku tahu bahwa akan mengetahui hal ini.” Maksudnya, dengan memberikan cara yang terbaik bagi siswa untuk mendapatkan kesempatan dan mengulang yang lebih baik dan berbeda dengan asalnya; (f) rayakan. Memberikan dan mengadakan perayaan bagi siswa akan mendorong mereka memperkuat rasa tanggung jawab dan mengawali proses belajar mereka. Perayaan ini memberikan rasa bangga atas usaha yang dilakukan, misalnya dengan pujian, bertepuk tangan (bersorak), pesta kelas, atau kegiatan lain yang sekiranya dapat menumbuhkan motivasi bagi siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar.

  39. PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) Dalam PBM siswa mengerjakan permasalahan autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir lebih tinggi, serta mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran PBM mengacu kepada model pembelajaran lain: 1. pembelajaran berbasis proyek (project based instruction), 2. pembelajaran berbasis pengalaman (experience based instruction), 3. belajar autentik (authentic learning), dan 4. pembelajaran bermakna (anchored instruction).

  40. Pada PBM guru berperan: a. mengajukan permasalahan atau pertanyaan, b. memberikan dorongan, c. motivasi, d. menyediakan bahan ajar dan fasilitas yang diperlukan. e. memberikan dorongan dalam upaya meningkatkan kemampuan inkuiri dan perkembangan intelektual siswa. Tujuan utama PBM: (a) mengembangkan kemapuan berpikir siswa dan kemampuan memecahkan masalah, (b) mendewasakan siswa melalui peniruan, dan (c) membuat siswa lebih mandiri

  41. PBM memiliki karakteristik: (a) pengajuan pertanyaan atau masalah, (b) keterkaitannya dengan disiplin ilmu lain, (c) menyelidiki masalah autentik, dan (d) menghasilkan karya dan memamerkannya. Langkah-langkah dalam PBM: (a) mengorientasikan siswa pada masalah, (b) mengorganisasikan siswa untuk belajar, (c) memandu siswa untuk menyelidiki, baik secara mandiri maupun kelompok, (d) mengembangkan dan menyajikan hasil kerja siswa, dan (e) menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah

  42. Sintaks dan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

  43. Pembelajaran Berbasis Pengalaman (experiential learning): mendorong siswa untuk belajar sesuatu dari pengalaman-pengalaman setengah terstruktur. Model ini sangat bermanfaat jika dilakukan dengan benar dan akan superfisial jika dilakukan dengan salah. Misalnya belajar tentang elektrik tidak akan mengena jika disampaikan secara teori saja tetapi dapat dilakukan dengan efektif apabila memasukkan jari yang basah ke soket elektronik dan kemudian akan sangat menarik dan termotivasi untuk belajar perubahan apa yang akan terjadi dengan pengalaman tersebut.

  44. Karakteristik metode pembelajaran dengan metode kasus: (a) menekankan pada analisis situasional, (b) pentingnya menghubungkan antara analisis dan tindakan, (c) keterlibatan siswa secara aktif, (d)tugas guru tidak hanya mengajar (teach) siswa tetapi lebih mendorong siswa untuk belajar (learning). Guru harus mampu memfasilitasi diskusi dalam proses pencarian bersama (joint inquiry) dengan siswa; (e) adanya keseimbangan antara sasaran substansi dan proses pembelajaran.

  45. Elemen-elemen pembelajaran metode kasus: (a) pembelajaran dengan penemuan (learning bydiscovery), (b) pembelajaran melalui investigasi (learning throughprobing), (c) pembelajaran melalui latihan berkelanjutan (learning throughcontinual practice), (d) pembelajaran dengan perbedaan dan perbandingan (learning by contrast and comparison), (e) pembelajaran melalui keterlibatan (learning byinvolvement), dan (f) pembelajaran melalui motivasi (learning by motivation).

  46. Pembelajaran Partisipatori Model pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. ⌂ Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. ⌂ Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. ⌂ Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau fasilitator.

  47. Berkaitan dengan penyikapan guru kepada siswa, partisipatori beranggapan (1) setiap siswa adalah unik. Siswa mempunyai kelebthan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan penyamarataan akan membunuh keunikan tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan dicarikan peluang agar dapat lebih berkembang; (2) anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir anak tidak selalu sama dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus dapat menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak; (3) dunia anak adalah dunia bermain; (4) usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia.

  48. Dalam model partisipatori: a. siswa aktif, b. dinamis, dan c. berlaku sebagai subjek. Bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan sebagainya.

  49. Guru berperan sebagai pemandu yang diharapkan memiliki watak: (1) kepribadian yang menyenangkan dengan kemampuannya menunjukkan pensetujuan dan apa yang dipahami partisipan; (2) kemampuan sosial dengan kecakapan menciptakan dinamika kelompok secara bersama-sama dan mengontrolnya tanpa merugikan partisipan; (3) mampu mendesain cara memfasilitasi yang dapat membangkitkan partisipan selama proses berlangsung; (4) kemampuan mengorganisasi proses dan awal hingga akhir; (5) cermat dalam melihat persoalan pribadi partisipan dan berusaha memberikan jalan agar partisipan menemukan jalannya; (6) memiliki ketertarikan kepada subjek belajar; (7) fleksibel dalam merespon perubahan kebutuhan belajar partisipan; (8) pemahaman yang cukup atas materi pokok kursus.

  50. Ciri-ciri pokok model pendidikan partisipatori: (1) belajar dan realitas atau pengalaman, (2) tidak menggurui, dan (3) dialogis. Berikut rincian proses tersebut: 1) Rangkai — Ulang 2) Ungkapan 3) Kaji — Urai 4) Kesimpulan 5)Tindakan

More Related