1 / 110

K3- Confined Space

confined space entry

Tri25
Download Presentation

K3- Confined Space

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Daftar Modul HSE 01. Isolasi Energi Berbahaya 02. Memasuki Ruang Tertutup 03. Klasifikasi Area Berbahaya 04. Penanganan Bahan Berbahaya 05. Identifikasi Bahaya 06. Keselamatan Kerja Radiasi 07. Keselamatan Kerja H2S 08. Pengujian & Deteksi Gas 09. Pengendalian Pekerjaan Berbahaya Dengan Dokumentasi 010. Tabung Gas Bertekanan 011. Aspek Kebakaran 012. Scaffolding 013. Alat Pelindung Diri 014. Surat Ijin Kerja 015. Keselamatan Penggalian 016. Operasi Pengangkatan 017. Accident Incident Investigation 018. Bahaya Terhadap Kesehatan Kerja 019. Tanggap Darurat 020. Keselamatan Operasi Gas Purging 021. Pengamatan Keselamatan Kerja 022. Bekerja di Ketinggian 023. Lingkungan Kerja Aman Modul Sertifikasi SI, GSI & AT PT. PERTAMINA PERSERO HSE Corporate

  2. Memasuki Ruang Tertutup (Confined Space Entry) Tujuan Modul 1. Pendahuluan 2. Kategori Ruang Tertutup 3. Identifikasi Potensi Bahaya 4. Prosedur Masuk Ruangan Tertutup 5. Isolasi Energi untuk Ruang Tertutup 6. Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup 7. Mengukur Udara dalam Ruang Tertutup 8. Alat Pelindung Diri 9. Tim Kerja dalam Ruang Tertutup, Kompetensi dan Tanggung Jawab 10. Peralatan Masuk Ruang Tertutup 11. Sistem Izin Kerja Memasuki Ruang Tertutup 12. Pengawasan Selama Kerja dalam Ruang Tertutup 13. Tanggap Darurat 14. Studi Kasus Daftar Pustaka Lampiran : Matriks Kompetensi SIKA 2 5 9 17 21 31 39 53 57 61 69 77 91 95 103 107 108

  3. 2 Tujuan Modul Tujuan Modul • Memahami kategori masuk Ruang Tertutup. • Memahami bahaya yang berkaitan dengan memasuki Ruang Tertutup. • Dapat melakukan pengamanan udara di dalam Ruang Tertutup dan pelaksanaan memasuki Ruang Tertutup. • Memahami sistim ijin kerja memasuki Ruang Tertutup • Belajar dari kasus-kasus kecelakaan ketika memasuki Ruang Tertutup Dengan kecelakaan karena pekerjaan di dalam Ruang Tertutup dapat dihindari. Modul ini dimulai dengan landasan peraturan dan perundangan berkaitan dengan pekerjaan dalam Ruang Tertutup. pemahaman modul ini diharapkan Pemahaman dimulai dari kemampuan setiap pekerja dalam mengidentifikasi kategori bekerja dalam Ruang Tertutup, potensi bahaya sehubungan dengan pekerjaan di dalam Ruang Tertutup, tahap persiapan

  4. 3 Tujuan Modul untuk pengamanan Ruang Tertutup, termasuk isolasi energi berbahaya yang berkaitan dengan pekerjaan dalam Ruang Tertutup, tim kerja yang diperlukan ketika bekerja dalam Ruang Tertutup, tugas dan tanggung jawabnya, kompetensi dan keahlian yang diperlukan, pengamanan selama memasuki atau melaksanakan pekerjaan di dalam Ruang Tertutup termasuk bagaimana mempertahankan kondisi atmosfir dalam Ruang Tertutup yang memenuhi syarat dan memonitor kondisi atmosfir tersebut, peralatan yang diperlukan, alat pelindung diri yang harus dipersiapkan atau digunakan selama memasuki Ruang Tertutup dan tindakan penanggulangan keadaan darurat dalam Ruang Tertutup. Pada akhir modul, disampaikan contoh-contoh kasus- kasus kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan di dalam Ruang Tertutup agar pekerja lebih memahami bagaimana kegagalan bekerja dalam Ruang Tertutup bisa terjadi berdasarkan catatan sejarah pekerjaan di dalam Ruang Tertutup di industri minyak dan gas bumi seperti fasilitas eksplorasi, eksploitasi, pengilangan, dan distribusi minyak dan gas bumi.

  5. 4 Tujuan Modul

  6. 5 1 Pendahuluan

  7. 6 Pendahuluan D umum, Ruang Tertutup adalah ruang yang cukup besar dimana seorang pekerja dapat memasukinya sebagian atau seluruh badannya ke dalam ruang tersebut dan mengerjakan tugasnya disana. Ruang Tertutup juga mempunyai keterbatasan dalam jalur masuk maupun keluar, yang tidak dirancang untuk tempat tinggal atau keadaan dimana satu atau lebih tanda-tanda berikut ini: engan mengacu kepada OSHA General Industry Definition (29CFR 1910.146), secara • Kurang atau tidak tersedianya ventilasi secara alami atau secara mekanis. • Ventilasi alami yang tidak bagus, sehingga udara yang mengalir adalah udara yang kotor atau udara yang berpotensi mengendapnya gas berbahaya atau beracun. • Potensi kurangnya kandungan oksigen di dalam udara Ruang Tertutup. • Adanya udara yang dapat terbakar atau meledak didalam Ruang Tertutup. • Adanya konsentrasi pencemar udara. • Adanya kemungkinan terjadi bahaya terlepasnya energi secara tidak terduga.

  8. 7 Pendahuluan • Tersimpannya produk yang mempunyai sifat tidak stabil dalam ruangan. • Tertutupnya atau terhambatnya jalur masuk/ keluar, seperti halnya tanki, sumur, bejana proses atau boiler, galian, terowongan, ruang bawah tanah, parit air kotor, dan lain-lain. • Lepasnya energi secara tidak terduga. • Sifat tidak stabil dari bahan-bahan yang tersimpan.

  9. 8 Pendahuluan

  10. 9 2 Kategori Ruang Tertutup

  11. 10 Kategori Ruang Tertutup 2.1. Kategori Ruangan Tertutup Ada dua kategori Ruang Tertutup, yaitu: 1. Ruangan Tertutup dengan keharusan mempunyai izin masuk yang mempunyai sifat antara lain: • Berisi atau berpotensi menyimpan udara yang berbahaya, seperti kekurangan maupun terlalu tinggi kadar oksigen, adanya udara beracun ataupun yang bersifat iritasi terhadap manusia. • Berisi bahan yang berpotensi menghambat jalur masuk / keluar. • Mempunyai bentuk tertentu yang dapat membuat seseorang yang masuk terperangkap di dalamnya atau terhimpit dinding atau lantai yang miring ke bawah dan berpotensi terdorong masuk ke dalam lubangnya seperti galian tanah. • Berisi bahan-bahan atau peralatan yang berbahaya secara fisik seperti peralatan mekanikal, listrik, cairan atau gas, panas atau dingin, atau bahan-bahan yang juga berbahaya untuk kesehatan.

  12. 11 Kategori Ruang Tertutup Seluruh izin masuk Ruang Tertutup yang dikeluarkan harus disertai dengan tanda-tanda yang dipasang di sekitar jalan masuk dan keluar sehingga dapat mencegah orang yang tidak mempunyai izin secara tidak sengaja memasuki Ruang Tertutup tersebut. DANGER PERMIT-REQUIRED CONFINED SPACE DO NOT ENTER 2. Ruang Tertutup tanpa diperlukan izin masuk yang mempunyai sifat tidak mengandung zat- zat berbahaya tetapi terdapat benda-benda yang dapat menyebabkan kematian atau cedera berat, seperti halnya jatuhnya plafon atau benda bergerak. Yang dimaksud dengan terbatasnya jalan masuk dan keluar adalah: • • Lubang terbuka untuk masuk – keluar dengan garis tengah terkecil 18 inchi.

  13. 12 Kategori Ruang Tertutup • Sulit untuk dimasuki dengan menggunakan peralatan pernafasan tabung udara (SCBA) atau alat bantu pertolongan yang lainnya (life saving equipment). • Sulit untuk mengeluarkan pekerja yang tidak berdaya di dalam ruangan, dalam posisi terlipat atau membungkuk. • Sulit untuk keluar dari lubang terbuka yang lebar dikarenakan adanya tangga, alat angkat dan lain-lain. Yang dimaksud dari “normalnya bukan ruang untuk ditempati”: • • Kebanyakan Ruang Tertutup adalah tidak dirancang untuk dimasuki dan bekerja secara teratur. • Dirancang untuk produksi. • Adanya bahan-bahan pengolahan di dalamya. • Sebagai alat angkut hasil produksi atau bahan-bahan produksi. • Kadang-kadang pekerja perlu masuk ke dalamya untuk melakukan pemeriksaan, menyimpan hasil atau adanya

  14. 13 Kategori Ruang Tertutup perbaikan, pembersihan, perawatan dan lain-lain. Contoh-contoh Ruang Tertutup: • Tungku pembakaran (Furnaces) • Bak (Bins/ Corong penuang Hoppers) • Ruangan besi • Pipa • Parit • Terowongan • Saluran udara • Tanki • Lubang masuk (Manholes) • Saluran air kotor bawah tanah (Sewers) • Ketel pemanas (Boilers) Gambar 2.1 Ilustrasi contoh Ruang Tertutup 2.2. Kriteria Masuk Ruang Tertutup Yang termasuk kriteria masuk Ruang Tertutup adalah : 1. Tindakan yang dilakukan dengan sengaja melewati lubang masuk menuju Ruang Tertutup yang memerlukan izin masuk.

  15. 14 Kategori Ruang Tertutup 2. Anggota badan melewati lubang masuk adalah dianggap memasuki. 2.3. Bentuk-bentuk kejadian/ kecelakaan yang bisa terjadi di Ruang Tertutup Kejadian / kecelakaan di dalam Ruang Tertutup : 1. Adanya peralatan mekanikal yang bekerja tanpa disengaja. 2. Cairan dan gas yang berbahaya masuk ke ruangan melalui kerangan yang terbuka tanpa disengaja. 3. Udara yang berbahaya di dalam ruangan. 4. Tidak ada petugas jaga di luar ruangan. 5. Penyelamatan dan tindakan darurat yang kurang terencana dengan baik. 6. Ventilasi yang kurang sehingga terjadi dehidrasi.

  16. 15 Kategori Ruang Tertutup Ruang Tertutup • Cukup besar dan berbentuk tertentu agar pekerja dapat masuk dan bekerja didalamnya; • Mempunyai keterbatasan dan hambatan terhadap jalur masuk maupun keluar; • Tidak dirancang untuk tempat tinggal orang secara terus menerus.

  17. 16 Kategori Ruang Tertutup

  18. 17 3 Identifikasi Potensi Bahaya

  19. 18 Identifikasi Potensi Bahaya S dilakukan identifikasi potensi bahaya. Bahaya-bahaya yang mungkin terkait dengan pekerjaan anda dalam Ruang Tertutup adalah: etelah dapat ditentukan bahwa suatu pekerjaan termasuk kategori Ruang Tertutup, maka perlu • Bahaya energi mekanis (Mixers, Crushers). • Kekurangan atau kelebihan oksigen <19,5% atau >23,5%. • Cairan, gas dan uap mudah terbakar (Metana, Hidrogen, Asetilen, Propana, dan lain-lain). • Cairan, gas dan uap beracun: Karbon Monoksida, Hidrogin Sulfida, asap dari pengelasan, bahan yang bersifat merusak (korosi), air raksa. • Bahan Radioaktif: Instrumen, NORM (Normally Occuring Radioactive Material) – lihat lebih jelas pada Modul Keselamatan Radiasi. • Endapan Besi Sulfide. • Bahaya listrik. • Kebisingan atau getaran. • Bahaya permukaan ( licin, tersandung, jatuh). • Pekerjaan di Ruang Tertutup sering kali, termasuk

  20. 19 Identifikasi Potensi Bahaya pemanjatan, be-kerja dilingkungan yang sulit, berdiri pada permukaan lantai yang licin. • Suhu atau kelembaban ekstrim. • Tertutupnya jalan masuk/keluar. • Bahaya listrik statis. • Masuknya bahan berbahaya melalui saluran atau pipa. • Runtuhnya galian. • Permukaan licin, tersandungan dan jatuh dari ketinggian. • Potensi benda-benda jatuh: Perhatian khusus harus dilakukan untuk menghindari cedera dikarenakan benda-benda jatuh. • Ketegangan karena panas: Sering beristirahat dan banyak minum air. • Asap (uap logam) dari las potong las listrik: Sediakan ventilasi yang mencukupi selama pekerjaan potong dan las berlangsung. Kum- pulan uap berbahaya dan uap logam dapat menimbulkan gas inert yang dapat membuang oksigen dari tempat itu.

  21. 20 Identifikasi Potensi Bahaya Bahaya di atas merupakan bahaya paling umum berkenaan dengan bekerja di Ruang Tertutup (confined space). Bahaya-bahaya tersebut yang terdapat dalam Ruang Tertutup dapat menyebabkan atau mencapai keadaan yang segera memberi dampak keadaan yang tidak diinginkan terhadap kehidupan dan kesehatan yang disebut (Immediately Dangerous to Life or Health) – bahaya lain mungkin yang ada dan harus diidentifikasi !! Bahaya seketika terhadap kehidupan dan kesehatan • Keadaan apapun yang dapat menimbulkan ancaman seketika terhadap kehidupan dan kesehatan petugas, atau; • Dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang tidak dapat disembuhkan, atau; • Dapat menimbulkan gangguan kemampuan perseorangan untuk melepaskan diri dari Ruang Tertutup tanpa bantuan.

  22. 21 4 Prosedur Masuk Ruangan Tertutup

  23. 22 Prosedur Masuk Ruangan Tertutup 4.1. Persiapan dan Perencanaan Memasuki Ruangan Tertutup • Tidak ada pekerja yang diijinkan memasuki Ruang Tertutup kecuali mereka yang telah dilatih dan diberi kewenangan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut oleh Supervisor. • Supervisor harus membicarakan dengan para pekerja tentang persiapan yang tepat untuk memasuki suatu Ruang Tertutup, yakni tentang hal- hal yang berhubungan dengan bahaya. • Seluruh pekerja harus diberi tahu bahan-bahan apa saja yang terkandung di dalam Ruang Tertutup, juga setiap bahaya yang mungkin dapat ditemukan dan pula tatacara pertolongan pertama yang tepat.

  24. 23 Prosedur Masuk Ruangan Tertutup 4.2. Persiapan dan Pelaksanaan Isolasi Sistem Ruang Tertutup harus diisolasi dari energi berbahaya di sekitarnya termasuk energi proses dan energi listrik. • Identifikasi sistem isolasi yang akan digunakan, termasuk peninjauan data-data dalam Ruang Tertutup yang akan dimasuki. Data-data tersebut meliputi: 1. Nomor dan letak peralatan / vessel. 2. Diagram bagian-bagian dalamnya. 3. Daftar isolasi / Lock-Out Tag-Out. 4. Data produk atau material yang berada dalam sistem yang akan dimasuki. • Setelah sistem isolasi dipahami, buatkan daftar sistem yang akan diisolasi (sistem proses dan listrik) dan diperiksa oleh Supervisornya masing- masing. • Lakukan isolasi energi berbahaya dan Lock-Out Tag-Out (di bahas lebih lanjut pada bab 5).

  25. 24 Prosedur Masuk Ruangan Tertutup 4.3. Pembersihan dan Pembuangan Gas dan Cairan dalam Ruang Tertutup Setelah isolasi energi berbahaya dilakukan, sistim Ruang Tertutup harus dibersihkan dari gas-gas dan cairan berbahaya (pembahasan lebih lanjut pada bab 6) dengan langkah-langkah sebagai berikut: • Setelah diisolasi dari proses di sekitarnya, tekanan dalam sistem Ruang Tertutup diturunkan (depressurize) hingga mencapai tekanan atmosfir melalui saluran pembuangan gas (vent system). • Buang sisa cairan dalam sistem Ruang Tertutup melalui sistem saluran pembuangan yang tersedia (drain system). • Lakukan pembersihan gas (purging) dalam Ruang Tertutup dengan gas inert (N2 atau CO2) jika gas dalam Ruang Tertutup bersifat mudah terbakar. Purging dilakukan hingga ke campuran di dalam Ruang Tertutup berada di bawah daerah mudah terbakar (di bawah %LEL campuran gas tersebut, untuk Metana misalnya, di bawah 5% kadar gas Metana dalam Ruang Tertutup).

  26. 25 Prosedur Masuk Ruangan Tertutup • Setelah gas campuran di dalam Ruang Tertutup telah mencapai titik di bawah sifat mudah terbakar (LEL), udara barulah boleh dihembuskan ke dalam Ruang Tertutup hingga udara mengisi seluruh isi Ruang Tertutup atau keadaan dimana kadar oksigen didalam Ruang Tertutup 19%-21% dan kadar gas mudah terbakar berada di bawah batas paparan aman untuk kesehatan (lihat daftar TLV-TWA untuk sifat gas dalam Ruang Tertutup). Daftar TLV-TWA dapat diperoleh dari MSDS dari gas-gas yang ada dalam Ruang Tertutup atau daftar yang dikeluarkan oleh ACGIH (American Conference of Governmental Industrial Hygienist). Lebih lanjut di bahas pada sub bab 4.5. di bawah ini. 4.4. Pasokan Udara • Ruang Tertutup seharusnya diventilasi terus menerus menggunakan ventilasi alami; udara bertekanan; kipas angin (fan) atau blower bila diperlukan. Apabila memungkinkan, ventilasikan Ruang Tertutup ke bagian paling atas guna memudahkan gas-gas ringan untuk lepas ke

  27. 26 Prosedur Masuk Ruangan Tertutup udara dan mencegah kemungkinan terbentuknya alur perangkap di bagian paling bawah. • Dikarenakan gas-gas dapat bocor dan masuk ke Ruang Tertutup atau terjadi kekurangan oksigen, sumber ventilasi (baik dengan cara penekanan maupun secara alami) harus dijaga selama seseorang berada di dalam Ruang Tertutup. • Apabila Ruang Tertutup mempunyai bagian yang terbuka diatas dan dibawah, pasokan udara disalurkan melewati bagian yang terbuka dibagian atas dan kipas hisap dipasang di bagian bawah ruangan, untuk menarik udara dari bagian atas melewati ruangan dan keluar dari bagian bawah ke udara bebas. Apabila gas di dalam ruangan lebih ringan dari udara, pemasangan pasokan udara dan kipas hisap harus dibalik. • Apabila suatu Ruang Tertutup tidak mempunyai bagian-bagian yang terbuka diatas dan dibawah, bagian yang terbuka harus ditentukan dan kipas angin harus dipasang untuk meniupkan udara kedalam ruangan. Kandungan oksigen harus masih tetap terbaca antara 19,5 – 23,5% sebelum memasuki Ruang Tertutup diizinkan. Zat-zat di

  28. 27 Prosedur Masuk Ruangan Tertutup udara yang mengisi Ruang Tertutup harus terbaca kurang dari batas paparan aman untuk kesehatan (TLV-TWA) untuk setiap zatnya yang terpantau. 4.5. Tata Cara Sebelum Memasuki Ruang Tertutup • Seluruh saluran, termasuk saluran pembuangan yang terhubung dengan seharusnya diperiksa sesuai dengan kemungkinan adanya bahaya-bahaya. Yakinkan bahwa seluruh saluran pembuangan dalam keadaan tertutup / terisolasi. • Hanya lampu senter yang sudah diklasifikasikan aman (lihat modul Klasifikasi Area Berbahaya), atau lampu gantung (lampu jalan) dengan kabel berisolasi tebal yang boleh dipakai di area Ruang Tertutup seperti lubang, saluran pembuangan, sumur basah, tanki, dan lain-lain. Lampu senter biasa atau lampu pijar yang tidak memakai pelindung adalah sangat berbahaya dikarenakan percikan api dari saklar atau terpaparnya filament panas dari lampu terhadap bahan yang mudah terbakar maka itu akan bisa menyala dan meledak. Ruang Tertutup,

  29. 28 Prosedur Masuk Ruangan Tertutup • Setiap pekerja yang akan bekerja pada atau di dalam Ruang Tertutup diharuskan membaca tata cara memasuki Ruang Tertutup dan meminta izin masuk Ruang Tertutup dari Supervisor. • Setiap pekerja yang memasuki Ruang Tertutup harus mengenakan seluruh peralatan pelindung diri sebelum memasuki Ruang Tertutup. • Sebelum membuka tutup lubang (manhole) dari Ruang Tertutup, keadaan udara disekitarnya harus dipantau untuk meyakinkan bahwa kandungan oksigen di udara adalah berada diantara 19,5 – 23,5% dan gas-gas yang mudah terbakar, apabila ada, tidak boleh melebihi batas paparan aman untuk kesehatan (TLV-TWA). Catatkan bacaan yang bisa dicapai pada kolom yang tersedia pada Surat Izin Masuk Ruang Tertutup (Confined Space Entry Permit). Segera sesaat pembukaan tutup lubang (manhole), ulangi pemantauan kandungan oksigen di udara dan catat. Bila mungkin, sebelum melakukan persiapan pekerjaan di Ruang Tertutup, produk yang berada di dalam Ruang Tertutup itu dikosongkan terlebih dahulu, dipompakan ke ke tempat lain yang sudah disediakan.

  30. 29 Prosedur Masuk Ruangan Tertutup • Seluruh bagian ruang-ruang Tertutup harus diperiksa pencemarannya (lihat 29 CFR 1910.100 untuk derajat-derajat yang diizinkan), kekurangan oksigen (harus diantara 19,5 – 23,5% untuk izin masuk) dan derajat ledak (harus terbaca kurang dari 10% LEL untuk izin masuk) dari operator yang berpengalaman akan peralatan pengujian sebelum diizinkan masuk. • Supervisor harus meyakinkan bahwa Ruang Tertutup telah aman untuk dimasuki. • Setiap pekerja yang akan memasuki rang tertutup harus menerima penjelasan di dekat Ruang Tertutup yang disebut “Tailboard Briefing”.

  31. 30 Prosedur Masuk Ruangan Tertutup

  32. 31 5 Isolasi Energi untuk Ruang Tertutup

  33. 32 Isolasi Energi Untuk Ruang Tertutup 5.1. Tujuan Isolasi Energi Setiap pekerja yang akan memasuki Ruang Tertutup, diharuskan mematikan / menonaktifkan segala macam jenis energi yang ada. Tujuan dari menonaktifkan energi ini ialah: • Pencegahan kecelakan melalui isolasi energi berbahaya terhadap pekerja yang dapat terpapar langsung dari energi berbahaya tersebut. • Sebagai bukti pelaksanaan isolasi energi berbahaya yang benar. • Dihilangkannya kemungkinan ketidaksengajaan atas pengaktifan energi berbahaya yang dapat berkontak langsung dengan pekerja. Setiap fasilitas yang mempunyai energi diwajibkan menjalankan sistim isolasi energi. Setiap pekerja yang berkaitan dengan energi berbahaya diwajibkan menjalankan sistim isolasi energi sesuai aturan. 5.2. Standar dan Peraturan Mengenai Isolasi Energi Aturan Internasional yang berkaitan dengan Isolasi Energi adalah sebagai berikut:

  34. 33 Isolasi Energi Untuk Ruang Tertutup • ANSI Z244.1 (“American National Standard for Control of Hazardous Energy Lockout/Tagout and Alternative Methods”) • OSHA 29 CFR 1910.147 “The Control of Hazardous Energy (Lockout/Tagout)” Dalam aturan di atas, suatu sistim isolasi energi setidaknya mempunyai: • Sistim identifikasi energi yang harus diisolasi (Penguncian “Lock” dan Pelabelan “Tag”). • Sistim dan prosedur untuk proses isolasi energi sampai dengan aktivasi energi kembali dengan aman. • Tugas dan tanggung jawab yang jelas terhadap isolasi energi. Di dalam fasilitas produksi minyak dan gas bumi terdapat sumber energi berbahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan. Sumber-sumber energi tersebut terdiri dari: • Energi Listrik (Statik dan Listrik Buatan) • Energi Mekanik (Energi Putaran, Pergerakan) • Energi Panas (Sumber panas dari mesin, reaksi

  35. 34 Isolasi Energi Untuk Ruang Tertutup kimia, hasil pembakaran, perpindahan panas, dlsb) • Energi Potensial (Gravitasi, Tekanan, Pegas) 5.3. Kecelakaan Akibat Energi Berbahaya Kecelakaan yang ditimbulkan energi berbahaya dikarenakan: • Kesalahan karena tidak mematikan sumber energi. • Ketidaksengajaan menyalakan/menghidupkan mesin atau peralatan. • Ketidakakuratan pemasangan isolasi proses fluida (gas atau cairan). • Terlupakannya atau pembuangan sisa – sisa energi (listrik statik, tekanan sisa dalam peralatan proses gas atau cairan). • Area kerja yang belum bebas dari pekerja atau peralatan ringan sebelum sistim pabrik dihidupkan. • Pekerjaan-pekerjaan yang dapat terpapar energi berbahaya seperti tersebut di atas antaranya, harus dilakukan isolasi energi berbahaya. tidak dilakukannya

  36. 35 Isolasi Energi Untuk Ruang Tertutup 5.4. Pelaksanaan Isolasi Energi Berbahaya Para pekerja sebelum memasuki Ruang Tertutup, diharuskan menjalan prosedur me-nonaktifkan sumber- sumber energi berbahaya yang berhubungan dengan sistem yang dimasuki dengan langkah-langkah: • Mematikan sumber energi (Shut-down). • Isolasi sumber energi melalui alat isolasi energi misalnya: penutupan keran, pencabutan sekring, dan lain sebagainya. Akan dijelaskan lebih lanjut pada modul Isolasi Energi Berbahaya. • Penguncian dan pelabelan pada alat isolasi energi adalah untuk mencegah ketidaksengajaan orang lain mengoperasikan / membuka kembali energi berbahaya yang berkaitan dengan sistem Ruang Tertutup seperti pembukaan keran, pemasangan sekring, atau menyalahkan listrik melalui breaker atau stop kontak. Penguncian dilakukan pada perangkat isolasi untuk: – Sumber tenaga listrik: pemutus hubungan, saklar. – Bagian-bagian mesin yang berputar / bergerak maju-mundur.

  37. 36 Isolasi Energi Untuk Ruang Tertutup – Material berbahaya yang mengalir melalui perangkat katup / kerangan (Valve), Isolasi Positif (Spade, Spacer, Blind). Gambar 5.1 Peralatan penguncian • Pembuangan seperti pembumian ”grounding” saluran listrik, pembuangan sisa tekanan dalam perpipaan ”bleed off” (depressurize), pengosongan gas (vent) & pengosongan cairan (drain). / Pengosongan energi sisa • Pelindung mekanis pada Ruang Tertutup agar tidak bisa dioperasikan. Bila ada peralatan-peralatan yang dioperasikan dengan tenaga angin, air atau uap, lepaskan sumber tenaga tersebut. Bila tenaga itu adalah tenaga listrik, putuskan dan dikunci. Bila memungkinkan atau lepaskan kopling penghubung atau sabuk dari sumber tenaga sebelum memasuki Ruang Tertutup. terhadap peralatan-peralatan

  38. 37 Isolasi Energi Untuk Ruang Tertutup • Pompa-pompa lokal, kerangan-kerangan (katup- katup), saklar-saklar listrik, panel saklar utama atau sekring yang menyalurkan tenaga ke Ruangan harus dikunci dan ditandai (Lock-out Tag-out) oleh mereka yang akan memasuki ruangan itu. • Pengujian apakah energi masih ada, misalnya dengan mencoba menekan tombol ”start” atau pengetesan dengan alat pengukur listrik (test pen). Metoda isolasi untuk proses adalah bermacam- macam tingkatan sesuai dengan resiko yang ada (lihat modul Isolasi Energi Berbahaya untuk pemilihan metode isolasi sehubungan dengan pekerjaan di dalam Ruang Tertutup). Macam-macam metoda isolasi proses, yaitu: • Pemisahan secara fisik (Physical Separation - PS): Metoda isolasi dengan tingkat pengamanan tertinggi adalah pemisahan secara fisik. • Isolasi dengan penghalangan secara fisik (Physical Barrier - PB): Dengan menyelipkan bahan penyekat (spade/spectacle blind) yang sesuai dengan tingkat kemampuan bahan (rating) dari bagian pipa proses yang diisolasi.

  39. 38 Isolasi Energi Untuk Ruang Tertutup • Metoda isolasi dengan menggunakan rangkaian dua lapis katup isolasi dengan satu katup pembuangan yang terpasang diantara dua katup isolasi (DBB). • Dengan menutup satu lapis katup isolasi (Single Isolation Valve) Penentu atau Pemandu Pelaksanaan Isolasi Energi di atas harus memahami: 1. Diagram Perpipaan dan Instrumentasi (P&ID) 2. Diagram Pasokan Diagram). 3. Bahaya Aliran Cairan/Gas (Fluida) yang mengalir ke tempat Ruang Tertutup yang akan di isolasi. 4. Keadaan Proses (Tekanan, Suhu, Laju Alir) yang berdampingan dengan Ruang Tertutup yang akan di isolasi. Tenaga Listrik (Elecrical Pengawas setempat harus memastikan kalau tidak ada bahan-bahan yang mudah terbakar atau beracun muncul dalam jumlah yang berbahaya. Lebih lanjut tentang bab ini, dibahas pada modul Isolasi Energi Berbahaya.

  40. 39 6 Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup

  41. 40 Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup P selanjutnya setelah isolasi energi berbahaya yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. embersihan Ruang Tertutup dari segala bentuk bahan-bahan berbahaya adalah persyaratan Setelah proses isolasi energi proses, penurunan tekanan (depressurize), dan pembuangan cairan di dalam Ruang Tertutup dilakukan, tahapan selanjutnya sebelum dapat memasuki Ruang Tertutup adalah pengecekan / pengukuran gas sisa dalam Ruang Tertutup. Pengukuran dilakukan dengan gas detektor. Jika pengukuran di awal persiapan setelah isolasi dan diperkirakan di dalam Ruang Tertutup tersebut masih penuh dengan gas proses, gas hanya dapat diukur dengan gas detektor dengan sensor infra merah. Jika udara lebih banyak dari gas lainnya di dalam Ruang Tertutup, pengukuran dapat dilakukan dengan gas detektor dengan sensor katalitik. Gambar 6.1 Gas detector dengan sensor katalitik

  42. 41 Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup Jika hasil pengukuran ditemukan konsentrasi gas di dalam Ruang Tertutup (misalnya silinder, tanki) lebih dari 40% LEL dan masih dalam tekanan tinggi (=2% vol apabila gas berisi gas metana), pembuangan sisa-sisa gas dalam Ruang Tertutup dilakukan melalui vent atau saluran pembuangan gas “bleed”. Jika tekanan di dalam tidak mencukupi untuk mendorong gas keluar tetapi konsentrasi gas di dalam Ruang Tertutup masih di atas 40% LEL tersebut, maka gas didorong dengan memasukkan gas inert (CO2 atau N2) yang disebut penghembusan (“Purging”). Jika konsentrasi gas sudah di bawah 40% LEL, maka dapat dilakukan dengan pendorongan udara secara langsung. Pembersihan cairan, gas/uap berbahaya : • Penghembusan/Purging • Ventilasi • Pembersihan sisa pencemar Lebih jauh tentang pengukuran gas dijelaskan dalam modul Deteksi Gas. Lebih jauh tentang sifat-sifat mudah terbakar gas dibahas pada modul Aspek Kebakaran.

  43. 42 Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup Penjelasan lebih dalam mengenai pendorongan gas oleh gas inert (CO2 atau N2) terdapat pada modul Purging. 6.1. Penghembusan Penghembusan (Purging) adalah menggantikan gas dan uap yang berbahaya dengan memasukkan uap atau suatu gas murni (biasanya menggunakan CO2, N2 atau uap) ke dalam Ruang Tertutup. Proses penghembusan dapat menciptakan bahaya karena gas murni atau uap dapat menggantikan oksigen dalam Ruang Tertutup sehingga kepekatan oksigen di dalam udara akan berada di bawah kepekatan yang diperkenankan (< 19,5%), sehingga harus dilakukan ventilasi untuk memasukkan udara yang aman untuk pernafasan ke dalam Ruang Tertutup. Catatan: Udara tidak bisa dimasukkan dalam Ruang Tertutup (Silinder, Tanki, dan lain sebagainya) ketika gas di dalam Ruang Tertutup tersebut masih berada di atas 40% LEL (2% vol untuk gas metana) untuk mencegah terbentuknya campuran mudah terbakar karena kecukupan jumlah oksigen (O2) dan bahan bakar (metana).

  44. 43 Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup Tanki, reaktor, bejana proses haruslah dibuang isinya dan dibilas dari luar untuk membersihkan sisa minyak, endapan, padatan, kotoran-kotoran yang menempel pada permukaan dinding, demikian juga gas dan sisa gas yang bisa muncul lepas dari endapan atau padatan. Pembersihan bisa dilakukan dengan menggunakan air panas, uap, bahkan juga menggunakan bahan bantu kimia pembersih yang sesuai dengan sifat media proses. Penggunaan uap dapat membersihkan kerak kotoran yang dapat mencair pada suhu tinggi dan sebagai akibat penggunaan uap, suhu bejana akan menjadi tinggi yang tidak boleh didinginkan secara mendadak karena dapat menimbulkan dampak terhadap integritas struktur Ruang Tertutup itu. Apabila Ruang Tertutup itu sudah bisa dikatakan bersih dari kotoran dalam bentuk cair dan padat, maka saluran pembuang kotoran dari Ruang Tertutup dapat diisolasi dan dikunci. Setelah Ruang Tertutup di”purging”, harus dilakukan penghembusan udara ke dalam Ruang Tertutup secara terus-menerus membuang uap atau gas murni dalam Ruang Tertutup dan untuk memasukkan udara

  45. 44 Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup agar dapat mempertahankan kondisi kadar oksigen (19,5 – 23%) dan bebas dari pencemar. 6.2. Ventilasi Sisa gas yang masih ada didalam Ruang Tertutup itu selanjutnya harus dibersihkan dengan cara menghembus dengan udara, menghisap dengan kipas hisap melalui bagian yang terbuka diatas dan dibawah dari Ruang Tertutup itu. Jenis Ventilasi : Ventilasi Alami: Penggunaan arus udara alami untuk menggerakan udara melalui suatu ruang. Ventilasi disebabkan oleh penggunaan kipas atau alat penggerak udara mekanis lain. Mekanis:Pergerakan udara yang Ventilasi Alami • Ventilasi alami dapat menghasilkan aliran udara yang kuat dalam situasi tertentu. Karena bentuk dari peralatan dan lingkungan sekeliling dan karena perubahan suhu atau arah angin, sulit untuk memastikan kecukupan pasokan udara yang terus menerus untuk pernafasan.

  46. 45 Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup Ventilasi Ini adalah tipe ventilasi yang tidak mempertimbangkan ketahanan dan tidak boleh digunakan untuk memventilasikan suatu Ruang Tertutup, kecuali dalam kondisi khusus. Gambar 6.2 Bentuk ventilasi alami Ventilasi Mekanis • Ada dua sistem dari Ventilasi Mekanis - hembusan (blower) dan hisapan (exhaust): 1. Ventilasi Hisap (Exhaust) Gambar 6.3 Contoh Ventilasi Hisap Ventilasi hisap (exhaust) - membuang udara dari satu ruang melalui penghisapan dengan menggunakan tipe kipas yang berbeda.

  47. 46 Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup Ventilasi ini dilakukan dengan menggunakan saluran yang lentur (flexible ductwork) untuk mengeluarkan gas bahaya di titik dimana gas itu dihasilkan dan kemudian membuangnya keluar dari tempat kerja. 2. Ventilasi Dorong (Blower) Ventilasi umum adalah memasok udara luar yang bersih secara terus menerus digerakkan ke seluruh ruang kerja. Ventilasi ini disebut Sistem blower - menghembuskan udara ke dalam satu ruang kerja, biasanya dengan menggunakan kipas. Gambar 6.4 Contoh Ventilasi Dorong

  48. 47 Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup • Mutu udara yang keluar dari Ruang Tertutup itu harus dipantau terus menerus yang mana kandungan oksigen harus berada diantara 19,5 – 23,5% dan kurang dari 10% LEL dari setiap jenis gas yang ada. Jika kandungan oksigen dalam Ruang Tertutup telah mencapai keadaan 19,5 – 23,5%, penutup lubang dari Ruang Tertutup itu kemudian boleh dibuka, pemantauan mutu udara terus dilanjutkan dan bila ada penurunan mutu udara, pekerja yang telah berada dalam Ruang Tertutup harus keluar dahulu dan penghembusan udara ke dalam Ruang Tertutup harus ditingkatan atau terus dilanjutkan hingga keadaan udara dalam Ruang Tertutup mengijinkan. Gambar 6.5 Contoh Ventilasi Dorong • Seluruh sisa-sisa kotoran dalam Ruang Tertutup hanya boleh dibuang dengan mengikuti

  49. 48 Metode Pembersihan Gas dalam Ruang Tertutup tatacara sesuai undang-undang perlindungan lingkungan yang berlaku. Jenis ventilasi mekanis yang manapun dapat digunakan untuk ventilasi pada Ruang Tertutup, tetapi pemilihan peralatan yang paling tepat tergantung pada sejumlah faktor termasuk: • Sifat dari gas pencemar. • Bentuk / konfigurasi ruang. • Pekerjaan yang akan dilakukan dalam ruang tersebut. 6.3. Permasalahan Ventilasi • Penempatan penggerak udara yang tidak tepat. Penggerak udara mungkin diletakkan dalam suatu cara sedemikian sehingga pergerakan udara dalam Ruang Tertutup tidak sepenuhnya memadai. • Hubungan pendek - Aliran udara mengambil satu “jalan pintas” dan tidak memventilasikan seluruh ruang kerja.

More Related