1 / 30

PERBANDINGAN RAWAT LUKA BAHAN MADU DENGAN DAUN PEGAGAN

081330113311

DrAkbarFC
Download Presentation

PERBANDINGAN RAWAT LUKA BAHAN MADU DENGAN DAUN PEGAGAN

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PERBEDAAN EFEKTIVITAS PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN TUMBUKAN DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) DAN MADU LEBAH TERHADAP PERCEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II PADA TIKUS (Ratus novergicus) STRAIN WISTAR DIAN RAHMADIN AKBAR NIM : 010830416 B

  2. BAB I PENDAHULUAN • Dalam perawatan luka bakar dengan cara tradisional dapat dilakukan berbagai cara yaitu dengan menggunakan ekstrak tanaman obat baik dari akar, batang dan daun (Imanuel, 2007).

  3. Dalam bidang pengobatan pegagan dimanfaatkan sebagai obat diuretik, obat sariawan, penambah nafsu makan, penurun panas, dan obat luka terbuka maupun luka bakar (Suratman dkk, 1996). • Di Cina, pegagan bermanfaat untuk memperlancar sirkulasi darah, bahkan dianggap lebih bermanfaat dibandingkan dengan ginko biloba atau ginseng yang berasal dari Korea (Januwati & Yusron, 2005).

  4. Madu merupakan zat manis alami yang dihasilkan lebah dengan bahan baku nektar bunga dan sumber energi serta bahan yang diubah menjadi lemak dan glikogen (Abdullah, 2006). • Penelitian yang dimuat di sebuah jurnal bedah tahun 1991 menunjukkan keunggulan madu dibandingkan salep silver sulfadiazin untuk luka bakar (Suranto, 2007).

  5. Namun sampai saat ini belum diketahui, perbedaan efektifitas perawatan luka menggunakan tumbukan daun pegagan dan madu lebah terhadap percepatan penyembuhan luka bakar derajat II.

  6. RSU Dr Soetomo: tahun 1999-2005 telah ditangani 739 pasien luka bakar, 485 (65%) pasien laki-laki, 254 (35%) pasien perempuan. Penderita luka bakar yang dirawat dirumah dan dirujuk ke rumah sakit 65% sudah mengalami infeksi(Desy, 2007).

  7. Salah satu pabrik jamu memerlukan lebih kurang 100 ton pegagan pertahun. Dari sepuluh jenis jamu yang beredar di pasaran, pegagan merupakan bahan baku yang banyak dipergunakan, kadar simplisia yang tercantumkan 15-25 % (Januwati & Yusron, 2005).

  8. Kebutuhan dan produksi madu di Indonesia 7000 - 10.000 ton/tahun (Bank Indonesia, 2007). Konsumsi madu masih tergolong rendah + 15 gram/orang/tahun. Kebutuhan bahan baku madu untuk bahan dasar obat-obatan dan kosmetik juga terus meningkat (Departemen Kehutanan, 2005).

  9. Pegagan merupakan tanaman herbal tahunan yang tumbuh menjalar di perkebunan, ladang, ataupun pematang sawah. Senyawa dalam pegagan dalam penyembuhan luka adalah asiaticoside, madekasosida, triterpenoid dan saponin.

  10. Madu merupakan bahan makanan alami yang nilai gizi tinggi. Kandungan vitamin: B kompleks, C, K, H. Sebagai enzim dan ko-enzim pengatur proses metabolisme, fungsi jaringan tubuh, dan pembentukan sel baru (Darmawan, 2006). Pada penelitian Dr.V.M. di India: Penyembuhan luka bakar dengan menggunakan madu lebah, lebih cepat dan lebih baik. Fruktosa dalam madu meningkatkan nutrisi luka dan mempercepat epithelisasi (Rostita, 2007).

  11. Bahan topikal perawatan luka bakar adalah bahan yang memiliki daya absorbsi cairan yang tinggi agar penggantian balutan tidak terlalu sering, mudah dilepaskan, tidak melekat ke permukaan luka (Nirwan, 2009). • Peran pegagan mengandung senyawa triterpenoid saponin untuk meningkatkan aktivasi makrofag.

  12. Madu lebah dapat meningkatkan pembelahan sel limfosit dan menstimulasi sel imunitas: sitokin, (TNF)-alpha, (IL)-1 dan IL-6, berfungsi membantu sistem imunitas tubuh dan mengeliminasi bakteri. • pH madu (3-4) menciptakan lingkungan yang kondusif bagi aktifitas makrofag (Wahyu, 2009).

  13. Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan efektifitas perawatan luka menggunakan tumbukan daun pegagan dan madu lebah terhadap percepatan penyembuhan luka bakar derajat II pada tikus strain wistar?

  14. Tujuan Umum Menjelaskan perbedaan efektifitas perawatan luka menggunakan tumbukan daun pegagan dan madu lebah terhadap percepatan penyembuhan luka bakar derajat II pada tikus strain wistar.

  15. Tujuan Khusus • Mengidentifikasi tanda penyembuhan luka bakar derajat II (eritema, edema, exudat, granulasi, dan epitelisasi) pada perawatan luka menggunakan tumbukan daun pegagan. • Mengidentifikasi tanda penyembuhan luka bakar derajat II (eritema, edema, exudat, granulasi, dan epitelisasi) pada perawatan luka menggunakan madu lebah. • Menganalisis perbedaan efektifitas perawatan luka menggunakan tumbukan daun pegagan dan madu lebah terhadap percepatan penyembuhan luka bakar derajat II .

  16. Manfaat Teoritis Dapat digunakan sebagai kerangka dalam pengembangan ilmu keperawatan medikal bedah khususnya pada perawatan luka bakar. Manfaat Praktis Pengembangan terapi komplementer tumbukan daun pegagan atau madu lebah diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan yang efektif untuk perawatan luka bakar.

  17. BAB IITINJAUAN PUSTAKA • Anatomi Fisiologi Kulit • Konsep Luka Bakar • Konsep Perawatan Luka • Konsep Penyembuhan luka • Konsep Pegagan (Centella asiatica) • Konsep Madu Lebah

  18. KERANGKA KONSEPTUAL • Faktor Internal : • Usia • Keadaan Luka • Sirkulasi dan oksigenasi • Faktor Eksternal : • Nutrisi • Obat-obatan • Infeksi • Kerusakan pada epidermis & sebagian dermis • Terdapat reaksi inflamasi akut • Terdapat eksudasi • Terdapat bula • Dasar luka berwarna merah • Nyeri sedang sampai berat • Luka Bakar Derajat II • Perawatan Luka • Cleansing • Debridement • Topical • Dressing • Topical Tumbukan Daun Pegagan Madu Lebah • Fase Inflamasi • Asiaticoside • H2O2 • Anti Bakteri & Anti Inflamasi • Antibakteri • Inflamasi ↓ • Inflamasi ↓

  19. Tumbukan Daun Pegagan Madu Lebah • Saponin • Fruktosa • Triterpenoid • Madekasoside • Nektar Fase Proliferasi • Sintesis • Kolagen me↑ • Menstimulasi • Kolagen me↑ • Mengontrol • kolagen • Menjaga • kelembaban • luka • Me↑ • Epithelisasi Epithelisasi & Granulasi ↑↑ Epithelisasi & Granulasi ↑ • Makroskopis • Kemerahan (-) • Edema (-) • Exudat (-) • Granulasi (+) • Epithelisasi (+) • MakroskopisMikroskopis • Kemerahan (-)Fibroblast (+) • Edema (-)Kolagen (+) • Exudat (-) • Granulasi (+) • Epithelisasi (+) • Nyeri (-) Penyembuhan luka cepat

  20. Hipotesis Penelitian H1: Ada perbedaan efektifitas perawatan luka menggunakan tumbukan daun pegagan dan madu lebah terhadap percepatan penyembuhan luka bakar derajat II (pada fase inflamasi dan fase proliferasi) pada tikus strain wistar.

  21. Metodologi Penelitian Desain Penelitian: True Eksperiment Design (Post-Test Control Group Design)

  22. Kerangka Kerja Populasi Tikus strain strain wistar yang sesuai dengan kriteria inklusi Teknik Sampel Simple Random Sampling Sampel 21 ekor Kelompok Intervensi Bahan A (Kelompok P) 7 ekor Kelompok Intervensi Bahan B (Kelompok M) 7 ekor Kelompok Kontrol (Kelompok K) 7 ekor Dilakukan Pembuatan Luka Bakar Derajat II

  23. Dilakukan Perawatan Luka Bakar Derajat II Tidak diberikan topikal Diberi Topikal Madu Lebah Diberi TopikalTumbukan Daun Pegagan Post-Test Observasi Analisa data Uji Anova Penyajian data hasil penelitian

  24. KRITERIA INKLUSI • Jenis tikus strain wistar • Usia 2,5 - 3 bulan • Bobot 150 - 200 gram • Jenis kelamin jantan • Tikus Sehat (gerakannya aktif, bulu bersih dan mata berwarna merah jernih) • Tidak mendapat pengobatan sebelumnya

  25. Definisi Operasional

  26. Definisi Operasional

  27. Lokasi & Waktu Penelitian Lokasi penelitian di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Unair. Waktu penelitian dilaksanakan selama 1 minggu pada bulan Desember 2009.

  28. Prosedur Pengumpulan Data • Pembentukan kelompok • Tahap pemberian kode • Tahap Pembuatan luka bakar derajat II • Tahap intervensi atau perlakuan • Tahap penilaian.

  29. Etika Penelitian Tikus diberikan pakan dan minum secara teratur, setelah penelitian tikus dikembalikan ke tempat peternakan untuk dikembangbiakan kembali

  30. Thank You ! http://www.b11fkpunair.wordpress.com

More Related