1 / 38

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA NEFROTIK PRESENTED BY : NENY TRIANA, SP.d, S.Kep.Ns

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA NEFROTIK PRESENTED BY : NENY TRIANA, SP.d, S.Kep.Ns. www.themegallery.com. A. Pengertian

umeko
Download Presentation

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA NEFROTIK PRESENTED BY : NENY TRIANA, SP.d, S.Kep.Ns

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA NEFROTIK PRESENTED BY : NENY TRIANA, SP.d, S.Kep.Ns www.themegallery.com

  2. A. Pengertian • Sindrom nefrotik Is penyakit dgn gjl edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal ( Ngastiyah, 1997). • Penyakit ini tjd tiba-tiba, terutama pd anak-anak. Biasanya berupa oliguria dan urin b’warna gelap, atau urin yg kental akibat proteinuria berat ( Mansjoer Arif, dkk. 1999). • Nephrotic Syndrome merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik : proteinuria,  hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema (Suryadi, 2001).

  3. Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh: • Peningkatan protein dalam urin secara bermakna (proteinuria) • Penurunan albumin dalam darah • Edema • Serum cholesterol yang tinggi (hiperlipidemia) • Tanda – tanda tersebut dijumpai disetiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permiabilitas glomerulus (Sukiane, 2002).

  4. B. Etiologi Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen – antibodi. Umumnya etiologi dibagi menjadi : 1. Sindrom nefrotik bawaan • Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Resisten terhadap semua pengobatan. Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.

  5. 2. Sindrom nefrotik sekunder disebabkan oleh : •   Malaria kuartana atau parasit lainnya. • Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid. • Glumerulonefritis akut atau kronik, • Trombosis vena renalis. •   Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, air raksa. • Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif hipokomplementemik.

  6. 3. Sindrom nefrotik idiopatik Tidak diketahui sebabnya atau disebut sindroma nefrotik primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dgn pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churk dkk membaginya menjadi : a. Kelainan minimal Pada mikroskop elektron akan tampak foot prosessus sel epitel berpadu. Dengan cara imunofluoresensi ternyata tidak terdapat IgG pada dinding kapiler glomerulus

  7. b. Nefropati membranosa Semua glomerulus menunjukan penebalan dinding kapiler yang tersebar tanpa proliferasi sel. Prognosis kurang baik c. Glomerulonefritis proliferatif • Glomerulonefritis proliferatif esudatif difus. Terdapat proliferasi sel mesangial dan infiltrasi sel polimorfonukleus. Pembengkanan sitoplasma endotel yang menyebabkan kapiler tersumbat. • Dengan penebalan batang lobular

  8. Terdapat prolefirasi sel mesangial yang tersebar dan penebalan batang lobular. • Dengan bulan sabit ( crescent) Didapatkan proliferasi sel mesangial dan proliferasi sel epitel sampai kapsular dan viseral. Prognosis buruk. • Glomerulonefritis membranoproliferatif Proliferasi sel mesangial dan penempatan fibrin yang menyerupai membran basalis di mesangium. Titer globulin beta-IC atau beta-IA rendah. Prognosis buruk. • Lain-lain perubahan proliferasi yang tidak khas.

  9. . Glomerulosklerosis fokal segmental Pada kelainan ini yang mencolok sklerosis glomerulus. Sering disertai atrofi tubulus. Prognosis buruk. C. Patofisiologi • Terjadi proteinuria akibat peningkatan permiabilitas membran glomerulus. Sebagian besar protein dalam urin adalah albumin sehingga jika laju sintesis hepar dilampui, meski telah berusaha ditingkatkan, terjadi hipoalbuminemia. Hal ini menyebabkan retensi garam dan air.

  10. Menurunnya tekanan osmotik menyebabkan edema generalisata akibat cairan yang berpindah dari sistem vaskuler kedalam ruang cairan ekstra seluler. Penurunan sirkulasi volume darah mengaktifkan sistem imun angiotensin, menyebabkan retensi natrium dan edema lebih lanjut. • Hilangnya protein  dalam serum menstimulasi sintesis lipoprotein di hati dan peningkatan konsentrasi lemak dalam darah (hiperlipidemia).

  11. Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan karena hypoalbuminemia, hyperlipidemia atau defisiensi seng. • Sindrom nefrotik dapat terjadi dihampir setiap penyakit renal intrinsik atau sistemik yang mempengaruhi glomerulus. Meskipun secara umum penyakit ini dianggap menyerang anak-anak, namun sindrom nefrotik juga terjadi pada orang dewasa termasuk lansia.

  12. D. Manifestasi Klinik • Gejala utama yang ditemukan adalah : • Proteinuria > 3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hari pada anak-anak. • Hipoalbuminemia < 30 g/l. • Edema generalisata. Edema terutama jelas pada kaki, namun dapat ditemukan  edema muka, ascxites dan efusi pleura. • Anorexia • Fatique • Nyeri abdomen

  13. Berat badan meningkat • Hiperlipidemia, umumnya ditemukan hiperkolesterolemia. • Hiperkoagualabilitas, yang akan meningkatkan resiko trombosis vena dan arteri. E. Komplikasi • Infeksi (akibat defisiensi respon imun) • Tromboembolisme (terutama vena renal) • Emboli pulmo • Peningkatan terjadinya aterosklerosis

  14.    Hypovolemia •    Hilangnya protein dalam urin •   Dehidrasi F. Pemeriksaan Diagnostik •  Adanya tanda klinis pada anak • Riwayat infeksi saluran nafas atas • Analisa urin : meningkatnya protein dalam urin • Menurunnya serum protein • Biopsi ginjal

  15. Penatalaksanaan Terapeutik • Diit tinggi protein, diit rendah natrium jika edema berat • Pembatasan sodium jika anak hipertensi • Antibiotik untuk mencegah infeksi • Terapi diuretik sesuai program • Terapi albumin jika intake anak dan output urin kurang • Terapi prednison dgn dosis 2 mg/kg/hari sesuai program

  16. Web Of Caution : Terlampir • Konsep Dasar Keperawatan Asuhan Keperawatan dilakukan dgn menggunakan pendekatan proses keperawatan u/ meningkatkan, mencegah dan memulihkan kesehatan.Proses Keperawatan merupakan susunan metode pemecahan masalah yang meliputi pengkajian keperawatan, identifikasi/analisa maslah (diagnosa Keperawatan), perencanaan, implementasi dan evaluasi yang masing-masing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan keterampilan profesional tenaga keperawatan (Hidayat,2004)

  17. 1.Pengkajian.Pengkajian merupakan langkah awal dari tahapan proses keperawatan. Dalam mengkaji, harus memperhatikan data dasar pasien. Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian.Pengkajian yang perlu dilakukan pada klien anak dengan sindrom nefrotik (Donna L. Wong,200 : 550) sebagai berikut : a.Lakukan pengkajian fisik termasuk pengkajian luasnya edema b.Dapatkan riwayat kesehatan dgn cermat, t’tama yg b’hubungan dgn penambahan BB saat ini, disfungsi ginjal.

  18. c.Observasi adanya manifestasi sindrom nefrotik :1) Penambahan berat badan2) Edema3) Wajah sembab : a)Khususnya di sekitar mata b)Timbul pada saat bangun pagi c)Berkurang di siang hari4) Pembengkakan abdomen (asites)5) Kesulitan pernafasan (efusi pleura)6) Pembengkakan labial (scrotal)

  19. 7) Edema mukosa usus yang menyebabkan :a)Diareb)Anoreksiac)Absorbsi usus buruk 8) Pucat kulit ekstrim (sering) 9) Peka rangsang 10) Mudah lelah 11) Letargi 12) Tekanan darah normal atau sedikit menurun 13) Kerentanan terhadap infeksi

  20. 14) Perubahan urin :a)Penurunan volumeb)Gelapc)Berbau buahd.Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian, misalnya analisa urine akan adanya protein, silinder dan sel darah merah; analisa darah untuk protein serum (total, perbandingan albumin/globulin, kolesterol), jumlah darah merah, natrium serum.

  21. 3.Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas a.Kelebihan volume cairan (total tubuh) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan TujuanPasien tidak menunjukkan bukti-bukti akumulasi cairan (pasien mendapatkan volume cairan yang tepat) Intervensi 1. Kaji masukan yang relatif terhadap keluaran secara akurat.Rasional : perlu u/ menentukan fungsi ginjal, keb penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan.

  22. 2. Timbang BB setiap hari (atau lebih sering jika diindikasikan).Rasional : mengkaji retensi cairan 3. Kaji perubahan edema : ukur lingkar abdomen pada umbilicus serta pantau edema sekitar mata.Rasional : u/ mengkaji ascites & krn mrp sisi umum edema. 4. Atur masukan cairan dengan cermat.Rasional : agar tdk m’dapatkan lebih dr jumlah yg dibutuhkan 5. Pantau infus intra venaRasional : u/ mempertahankan masukan yg diresepkan

  23. 6. Berikan kortikosteroid sesuai ketentuan.Rasional : untuk menurunkan ekskresi proteinuria 7. Berikan diuretik bila diinstruksikan.Rasional : u/ m’berikan penghilangan sementara dari edema. b.Resiko tinggi kekurangan volume cairan (IV) R/ T kehilangan protein dan cairan, edema TujuanKlien tdk menunjukkan kehilangan cairan IV / shock hipovolemik yg ditunjukkan pasien minimum / tidak ada

  24. Intervensi • Pantau tanda vitalRasional : untuk mendeteksi bukti fisik penipisan cairan • Kaji kualitas dan frekwensi nadiRasional : untuk tanda shock hipovolemik • Ukur tekanan darahRasional : untuk mendeteksi shock hipovolemik • Laporkan adanya penyimpangan dari normalRasional : agar pengobatan segera dapat dilakukan

  25. c.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang menurun, kelebihan beban cairan cairan, kelebihan cairan. TujuanTdk menunjukkan adanya bukti infeksi Intervensi • Lindungi anak dari kontak individu terinfeksiRasional : u/ meminimalkan pajanan pd organisme infektif • Gunakan teknik mencuci tangan yang baikRasional : u/ memutus mata rantai penyebaran infeksi

  26. 3. Jaga agar anak tetap hangat dan keringRasiona;l : karena kerentanan terhadap infeksi pernafasan 4. Pantau suhu.Rasional : indikasi awal adanya tanda infeksi 5. Ajari orang tua tentang tanda dan gejala infeksiRasional : memberi pengetahuan dasar tentang tanda dan gejala infeksi d.Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan pertahanan tubuh

  27. Tujuan Kulit anak tidak menunjukkan adanya kerusakan integritas : kemerahan atau iritasi Intervensi • Berikan perawatan kulitRasional : memberikan kenyamanan pada anak dan mencegah kerusakan kulit • Hindari pakaian ketatRasional : dapat mengakibatkan area yang menonjol tertekan • Bersihkan dan bedaki permukaan kulit beberapa kali sehari

  28. Rasional : untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit karena gesekan dengan alat tenun 4. Topang organ edema, seperti skrotumRasional : untuk menghilangkan area tekanan 5. Ubah posisi dgn sering, p’tahankan kesejajaran tubuh dengan baikRasional : karena anak dengan edema massif selalu letargis, mudah lelah dan diam saja 6. Gunakan penghilang tekanan atau matras atau tempat tidur penurun tekanan sesuai kebutuhanRasional : untuk mencegah terjadinya ulkus

  29. e.Perubahan nutrisi ; kurang dr keb tubuh R/T dengan kehilangan nafsu makan TujuanPasien mendapatkan nutrisi yang optimal Intervensi • Beri diet yang bergiziRasional : membantu pemenuhan nutrisi anak dan meningkatkan daya tahan tubuh anak • Batasi natrium selama edema & trerapi kortikosteroidRasional : asupan natrium dpt m’perberat edema usus yg menyebabkan hilangnya nafsu makan anak

  30. 3. Beri lingkungan yang menyenangkan, bersih, dan rileks pada saat makanRasional : agar anak lebih mungkin untuk makan 4. Beri makanan dalam porsi sedikit pada awalnyaRasional : untuk merangsang nafsu makan anak 5. Beri makanan spesial dan disukai anakRasional : untuk mendorong agar anak mau makan 6. Beri makanan dengan cara yang menarikRasional : untuk menrangsang nafsu makan anak

  31. f.Gangguan citra tubuh R/T perubahan penampilan TujuanAgar dapat mengespresikan perasaan dan masalah dengan mengikutin aktivitas yang sesuai dengan minat dan kemampuan anak. Intervensi • Gali masalah dan perasaan mengenai penampilanRasional : untuk memudahkan koping • Tunjukkan aspek positif dari penampilan dan bukti penurunan edemaRasional : meningkatkan harga diri klien & m’dorong penerimaan terhadap kondisinya • Dorong sosialisasi dengan individu tanpa infeksi aktifRasional : agar anak tidak merasa sendirian dan terisolasi

  32. 3. Dorong sosialisasi dgn individu tanpa infeksi aktifRasional : agar anak tidak merasa sendirian dan terisolasi 4. Beri umpan balik posisitfRasional : agar anak merasa diterima g.Intoleransi aktifitas R/T kelelahan TujuanAnak dpt melakukan aktifitas sesuai dgn kemampuan dan mendapatkan istirahat dan tidur yang adekuat Intervensi 1. Pertahankan tirah baring awal bl trjd edema hebat

  33. Rasional : tirah baring yg sesuai gaya gravitasi dat menurunkan edema 2. Seimbangkan istirahat dan aktifitas bila ambulasiRasional : ambulasi menyebabkan kelelahan 3. Rencanakan dan berikan aktivitas tenangRasional : aktivitas yang tenang mengurangi penggunaan energi yang dapat menyebabkan kelelahan 4. Instruksikan istirahat bila anak mulai merasa lelahRasional : mengadekuatkan fase istirahat anak 5. Berikan periode istirahat tanpa gangguanRasional : anak dapat menikmati masa istirahatnya

  34. h.Perubahan proses keluarga berhubungan R/T anak yang menderita penyakit serius TujuanPasien (keluarga) m’dapat dukungan yg adekuat Intervensi • Kenali masalah keluarga dan kebutuhan akan informasi, dukunganRasional : mengidentifikasi kebuutuhan yang dibutuhkan keluarga • Kaji pemahaman keluarga tentang diagnosa dan rencana perawatan

  35. Rasional : keluarga akan beradaptasi terhadap segala tindakan keperawatan yang dilakukan 3. Tekankan dan jelaskan profesional kesehatan tentang kondisi anak, prosedur dan terapi yang dianjurkan, serta prognosanyaRasional : agar keluarga juga mengetahui masalah kesehatan anaknya 4. Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan pemahaman keluarga Keluarga tentang penyakit dan terapinyaRasional : mengoptimalisasi pendidikan kesehatan terhadap

  36. 5. Ulangi informasi sesering mungkinRasional : untuk memfasilitasi pemahaman 6. Bantu keluarga mengintrepetasikan perilaku anak serta responnyaRasional : keluarga dapat mengidentifikasi perilaku anak sebagai orang yang terdekat dengan anak 7. Jangan tampak terburu-buru, bl waktunya tdk tepat Rasional : mempermantap rencana yang telah disusun sebelumnya. (Donna L Wong,2004 : 550-552).

  37. Daftar Pustaka : • Smeltzer, Suzanne C, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8, Volume 2, EGC : Jakarta • Suriadi & Rita Yuliani, 2001, Asuhan Keperawatan Anak, Edisi 1, Fajar Interpratama : Jakarta • Wong,L. Donna, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4, EGC : Jakarta GOOD LUCK ........

  38. Thank You! www.themegallery.com

More Related