1 / 35

PENGANTAR KEDOKTERAN BERBASIS BUKTI (" EVIDENCE-BASED MEDICINE ") &

PENGANTAR KEDOKTERAN BERBASIS BUKTI (" EVIDENCE-BASED MEDICINE ") & TELAAH KRITIS ("CRITICAL APPRAISAL"). ‘Community Health Oriented Program’ Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. LATAR BELAKANG DAN FAKTA. Tantangan abad 21.  Masalah kesehatan :

treva
Download Presentation

PENGANTAR KEDOKTERAN BERBASIS BUKTI (" EVIDENCE-BASED MEDICINE ") &

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENGANTAR KEDOKTERAN BERBASIS BUKTI (" EVIDENCE-BASED MEDICINE ") & TELAAH KRITIS ("CRITICAL APPRAISAL") ‘Community Health Oriented Program’ Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

  2. LATAR BELAKANG DAN FAKTA

  3. Tantangan abad 21  Masalah kesehatan : * Penyakit yang dipengaruhi lingkungan * Kualitas pelayanan kesehatan  Kemajuan pesat dalam bidang kedokteran dan teknologi (pendekatan biomolekular)  Globalisasi: * Era kompetisi * Era informasi  Perkembangan pendidikan kedokteran  Etika dan Hak Azasi Manusia Belajar sepanjang hayat (‘Life-long learning’)

  4. Tujuan pendidikan dokter di Indonesia Mencetak dokter yang mampu memikul tanggung jawab antara lain untuk: • Senantiasa meningkatkan dan mengembangkan • diri dalam segi ilmu kedokteran sesuai dengan • bakatnya, dengan berpedoman pada pendidikan • dan belajar sepanjang hayat 2. Menilai kegiatan profesinya secara berkala, menyadari keperluan untuk menambah pendidikannya, memilih sumber-sumber pendidikan yang sesuai, serta menilai kemajuan yang telah dicapai secara kritis.

  5. Kemampuan mencari, mengumpulkan, menyusun, dan menafsirkan informasi kesehatan dan biomedik dari berbagai sumber untuk belajar sepanjang hayat ‘Critical appraisal’

  6. “Half of what you are taught as medical students will in 10years have been shown to be wrong, and the trouble is, none of your teachers knows which half.” (Dr. Sydney Burwell, Dean of Harvard Medical School).

  7. Philosophy of Knowledge • Knowledge exist only in minds that have comprehended and justified it through thought The educational philosophy underlying educational goals, standards, and objectives should be based on an accurate and full conception of the dependence of knowledge on thought.  Knowledge is something that we must think our way to, not something we can simply be given  Knowledge isproduced, organized, evaluated, refined, maintained, and transformed by thought.  Knowledge can be acquired only through thought

  8. UU No. 29 Tahun 2004 ttg Praktik Kedokteran • Bagian Ketiga • Pemberian Pelayanan • Paragraf 1 • Standar Pelayanan • Pasal 44 • Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi. • (2) Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menurut jenis dan strata sarana pelayanan kesehatan.

  9. UU No. 29 Tahun 2004 ttg Praktik Kedokteran • Paragraf 6 • Hak dan Kewajiban Dokter atau Dokter Gigi • Pasal 50 • Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak : • memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional; • b. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional;

  10. “EVIDENCE BASED MEDICINE” (EBM)

  11. Kedokteran Berbasis Bukti (“Evidence-Based Medicine/EBM”) Penggunaan bukti terbaik & terbaru secara sadar, eksplisit, dan benar Membuat keputusan untuk pelayanan pasien individual

  12. Pembuatan Keputusan Pelayanan Kesehatan tanpa “EBM” Tindakan Malpraktik Merugikan Pasien Tindak Pidana

  13. Paradigma baru pada sistem pelayanan kesehatan Kedokteran berdasarkan pengalaman Kedokteran berbasis bukti (‘EBM”) Abdikasi Senioritas Pengalaman klinik

  14. Kedokteran berbasis bukti? Mengamati pasien Anamnesis Mencari bukti terbaik Menelaah bukti (‘Critical appraisal’) Memantau perubahan yang terjadi Penerapan bukti

  15. Kedokteran berbasis bukti (‘EBM”) Hubungan senyawa Menelaah bukti (‘Critical appraisal’)

  16. ‘Knowledge–based health care’ ‘Critical appraisal’ ‘Evidence-based medicine’

  17. Money will buy a bed but not sleep; books but not brains; food but not appetite; finery but not beauty; a house but not a home; medicine but not health; luxuries but not culture; amusement but not happiness; religion but not salvation; a passport to everywhere but not to heaven (Anonymous).

  18. Komponen “EBM” Bukti riset terbaik Kepakaran klinis Nilai2 pasien & kondisi yang akan dicapai

  19. Kategori Bukti Ilmiah Kedokteran Meta analisis & Penelaahan sistematik (Ia) Uji Kilinik - Random - Kontrol (“RCT”)(Ib) Uji Kilinik – Non Random (IIa) “Quasi Experimental”(IIb) Penelitian Observasi(III) Pendapat Pakar & Pengalaman Klinis(IV) Uji Pra Klinik Uji in-vitro

  20. Bertambahnya pengalaman klinis seseorangkemampuan ‘Clinical Judgement’juga meningkat. Namun pada saat bersamaan, kemampuan ilmiah serta kinerja klinis menurun secara bermakna Dengan meningkatnya jumlah pasien, waktu yang dimanfaatkan untuk menyegarkan ilmu jadi berkurang

  21. Usaha yang diperlukan untuk meningkatkan penerapan “EBM” dalam sistem pelayanan kesehatan • Meningkatkan usaha penelaahan bukti-bukti bidang kedokteran secara efisien (sahih & relevan dengan masalah yang dihadapi;’critical appraisal’) 2. Penelaahan sistematis terhadap hasil /efek pelayanan kesehatan (Cochran Collaboration)

  22. Usaha yang diperlukan untuk meningkatkan penerapan “EBM” dalam sistem pelayanan kesehatan 3. Mencari informasi dari artikel klinis yang sahih dan dapat segera digunakan pada pelayanan klinis 4. Menciptakan sistem informasi untuk mempercepat pengambilan keputusan yang benar 5. Identifikasi dan aplikasi strategi belajar seumur hidup & peningkatan tampilan klinis

  23. TELAAH KRITIS (‘Critical appraisal’)

  24. Telaah kritis (‘critical appraisal’) PENILAIAN HASIL PENELITIAN SECARA SISTEMATIS

  25. Telaah kritis Membaca makalah ilmiahhasil penelitian • Menambah pemahaman • Mengikuti perkembangan • Melakukan penelitian Pemecahan masalah

  26. Telaah kritis makalah ilmiah(hasilpenelitian) • Penguasaan rancangan • Penguasaan metodologi • Langkah penilaian • Informasi • Benar • Dapat dipertanggung jawabkan • Efisien

  27. Langkah awal penilaian makalah • Membaca judul • Abstrak • Daftar pustaka

  28. Telaah kritis (‘critical appraisal’) • ‘VALID’ (HASIL PENELITIAN SAHIH) •  ‘IMPORTANT’ • (MEMBERI INFORMASI PENTING UNTUK SOLUSI) •  ‘APPLICABLE’ • (DAPATDITERAPKAN & • GENERALISASI HASIL PENELITIAN)

  29. Telaah kritis (‘critical appraisal’) • ‘VALID’ METODOLOGI •  ‘IMPORTANT’ HASIL PENELITIAN •  ‘APPLICABLE’ PEMBAHASAN/DISKUSI

  30. Metodologi • Hasil benar • Dapat dipertanggung jawabkan • Menjawab persoalan

  31. Metodologi • ‘Ethical clearance’ & ‘informed consent’ • Desain, tempat & waktu penelitian • Populasi sumber (populasi terjangkau) • Kriteria pemasukan / penolakan • Hal-hal berkenaan dengan sampel

  32. Metodologi • Kriteria pemasukan / penolakan • Hal-hal berkenaan dengan sampel • Cara pengukuran variabel yang dinilai, • dilakukan secara tersamar • Cara analisis data, batas kemaknaan & • ‘power’ penelitian

  33. Keuntungan penggunaan “EBM” • Menggalakkan kebiasaan membaca 2. Meningkatkan keterampilan penerapan metodologi riset • Menggalakkan kerasionalan & memperbarui penatalaksanaan pasien 4. Menurunkan penggunaan kebijakan pada pelayanan klinis berdasarkan intuisi, tetapi tidak mematikannya 5. Konsisten dengan aspek etika &mediko - legal pada penatalaksanaan pasien

  34. Kesimpulan • EBM sangat diperlukan untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah • 2. EBM memerlukan kemampuan untuk menelaah • artikel hasil penelitian kedokteran secara • sistematis (‘Critical appraisal’) & penguasaan • metodologi penelitian

  35. Kesimpulan 3. EBM memerlukan jaringan informasi kedokteran yang sahih, agar pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan secara cepat, efektif dan efisien 4. EBM memerlukan kemampuan membaca secara efisien dan kegiatan belajar seumur hidup untuk kesinambungan pemahaman keilmuan (‘lifelong learning’)

More Related