1 / 3

Mu  1.2  S  f t 

BAB VIII ANALISIS DAN PERENCANAAN TERHADAP LENTUR ”METODA ULTIMIT” VIII.1. Umum Analisis dan perencanaan terhadap dengan menggunakan metoda ultimit merupakan metoda yang perhitungannya berdasarkan kekuatan dengan

stuart
Download Presentation

Mu  1.2  S  f t 

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. BAB VIII ANALISIS DAN PERENCANAAN TERHADAP LENTUR ”METODA ULTIMIT” VIII.1. Umum Analisis dan perencanaan terhadap dengan menggunakan metoda ultimit merupakan metoda yang perhitungannya berdasarkan kekuatan dengan membatasi response (reaksi) balok terhadap beban ultimit (1 DL +2 LL) dengan titik ultimate. Sistem prategang memiliki keuntungan pada kondisi layan, dimana defleksi dan retak dapat dikendalikan, yang sering disebut sebagai kondisi batas layan (serviceablity). Akan tetapi, desain prategang juga harus memenuhi kondisi batas ultimit (safety), dimana :  Mn ≥ Mu, disepanjang balok Selain itu, batas daktalitas juga harus dipenuhi, yaitu :   Mu 1.2S f t  Pe , yang merupakan momen retak yang dihitung berdasarkan kuat tarik penuh penampang. : Tegangan tarik dimana : ft S : Modulus penampang, I/c Adapun dasar pengecekan kondisi beban ultimit adalah : 1. Perhitungan penampang pada kondisi ultimit dilakukan dengan prinsip yang sama dengan yang digunakan pada perhitungan penampang beton bertulang. 2. Dalam perhitungan kekuatan dari tendon prategang, fy harus diganti dengan fps (tegangan tarik pada tendon di saat momen lentur ultimit tercapai), dimana fy : tegangan dalam tulangan prategang saat kuat nominal (Mn) VIII - 1 http://www.mercubuana.ac.id

  2. b. Metoda 2, Trial and error, bilamana kurva tegangan/regangan diketahui Pilih nilai fps sehingga C = Tp = fps Aps Gambar VIII.3. Diagram Tegangan Regangan (pilih fps) Gambar VIII.4. Konsep Blok Tegangan Persegi Gambar VIII.5. Diagram Tegangan-Regangan untuk Tendon VIII - 3 http://www.mercubuana.ac.id

  3. f c' 100 p f ps f pse 70 Tetapi nilai fps tidak boleh diambil lebih besar dari fpy atau (fpse + 400) Untuk komponen struktur yang menggunakan tendon prategang tanpa lekatan dan dengan rasio perbandingan antara bentangan terhadap tinggi lebih besar dari 35 f c' 300 p f ps f pse 70 Tetapi nilai fps tidak boleh lebih besar dari fpy atau (fpse + 200) dimana : fpu : Tegangan tarik ultimit tendon prategang (MPa) fpse : Tegangan efektif tendon prategang (MPa) γp : Faktor yang memperhitungkan tipe tendon prategang γp = 0,55, fpy/fpu tidak kurang dari 0,80 γp = 0,40, fpy/fpu tidak kurang dari 0,85 γp = 0,28, fpy/fpu tidak kurang dari 0,90 d’ : Jarak dari serat tekan terluar ke titik berat tulangan tekan (mm) fpy : Tegangan leleh tendon prategang (MPa) VIII.2. Kuat Lentur Ultimit (Tanpa Tulangan Baja Non Prategang) Gambar VIII.7. Konsep Blok Tegangan Persegi untuk Penampang Beton Prategang Tanpa Tulangan Baja Non Prategang Pada kondisi ultimit, konsep blok tegangan persegi dapat dilakukan. Blok tersebut didefinisikan pada kondisi regangan beton ultimit 0.003, dan tegangan seragam 0.85 f’c. Sehingga Mn = C z = Tp z VIII - 5 http://www.mercubuana.ac.id

More Related