1 / 22

Hisab dan Ru’yah

Hisab dan Ru’yah. Oleh: Hikmatulloh. zaman Nabisaw metode penentuan awal bulan kamariah, khususnya bulan-bulan ibadah, adalah rukyat. abi saw sendiri memerintahkan melakukan rukyat untuk memulai Ramadan dan Syawal, sebagaimana dapat kita baca dalam hadis beliau.

oriel
Download Presentation

Hisab dan Ru’yah

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Hisab dan Ru’yah Oleh: Hikmatulloh

  2. zaman Nabisaw metode penentuan awal bulan kamariah, khususnya bulan-bulan ibadah, adalah rukyat. • abi saw sendiri memerintahkan melakukan rukyat untuk memulai Ramadan dan Syawal, sebagaimana dapat kita baca dalam hadis beliau

  3. Peter Ledlie (Maret 1995), 20 s/d 30 menit setelah sunset umur bulan 13 s/d 14 jam. Ru’yat bil Fi’ly Tidak kurang dari 33 hadits Rasulullah s.a.w. yang menerangkan tentang ru’yatul hilal :  Shohih Bukhori : 1 hadits  Shohih Muslim : 4 hadits  Turmudzy : 2 hadits  Nasa’ie : 6 hadits  Ibnu Majah : 1 hadits  Imam Ahmad : 17 hadits  Ad-Darimy : 1 hadits

  4. Hadits 1 • Berpuasalah kamu ketika melihat hilal dan beridulfitrilah ketika melihat hilal pula; jika Bulan terhalang oleh awan terhadapmu, maka genapkanlah bilangan bulan Syakban tiga puluh hari [HR al-Bukhari, dan lafal di atas adalah lafalnya, dan juga diriwayatkan Muslim].

  5. Hadits 2 • Janganlah kamu berpuasa sebelum melihat hilal dan janganlah kamu beridulfitri sebelum melihat hilal; jika Bulan terhalang oleh awan terhadapmu, maka estimasikanlah [HR al-Bukhari dan Muslim]

  6. Kesimpulan 2 hadits • Hadis pertama jelas memerintahkan berpuasa atau beridulfitri ketika hilal bulan bersangkutan terlihat; • Hadis kedua melarang berpuasa atau beridulfitri sebelum dapat merukyat hilal bulan bersangkutan. • Oleh karena itu para fukaha berpendapat bahwa penentuan awal bulan kamariah, khususnya bulan-bulan ibadah, dilakukan berdasarkan metode rukyat.

  7. Pada zaman Nabi saw ilmu falak belum berkembang. • Pengetahuan masyarakat Arab mengenai benda-benda langit pada saat itu lebih banyak bersifat pengetahuan perbintangan praktis untuk kepentingan petunjuk jalan di tengah padang pasir di malam hari • Oleh karena itu penentuan waktu-waktu ibadah, khususnya Ramadan dan Idulfitri, pada masa Nabi saw didasarkan kepada rukyat fisik, karena inilah metode yang tersedia dan mungkin dilakukan di zaman tersebut

  8. Sejarah Hisab • Namun dalam perjalanan sejarah peradaban Islam, muncul gagasan untuk menggunakan hisab sebagai metode penentuan awal bulan kamariah, termasuk bulan-bulan ibadah. • Hal ini sejalan dengan besarnya perhatian Dinasti Abbasiyyah terhadap kajian-kajian Ilmu Falak/Astronomi, khususnya pada masa Khalifah Ja’far al-mansur dan al-Makmun. Pada masa itu pengembangan Ilmu Falak menempati posisi ke empat setelah Ilmu Tauhid, Fikih dan Kedokteran. Sehingga muncul beberapa Ulama Falak seperti: al-Battani (w.317 H), al-Buzjani (w.387 H), Ibn Yunus (399 H), At-Thusy (w.672 H), al-Biruny (w.442 H).Di masa al-Makmun ini pula gerakan penerjemahan literatur-literatur Ilmu Falak/Astronomi asing ke dalam bahasa Arab mulai marak Memang • mula-mula penggunaan hisab dibatasi saat bulan tertutup awan saja. Namunkemudian pemakaian hisab itu meluas hingga mencakup penentuan awal bulan dalam semua keadaan tanpa mempertimbangkan keadaan cuaca

  9. Dalam “Temu Pakar II untuk Pengkajian Perumusan Kalender Islam” tahun 2008 di Maroko, diputuskan bahwa, “Para peserta telah menyepakati bahwa pemecahan problematika penetapan bulan kamariah di kalangan kaum Muslimin tidak mungkin dilakukan kecuali berdasarkan penggunaan hisab untuk menetapkan awal bulan kamariah, sepertihalnya penggunaan hisab untuk menentukan waktu-waktu salat …”

  10. 1. Firman Allah Swt dalam Q.s. Yunus ayat 5: هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ Artinya: “Dia-lah yang menjadikan Matahari bersinar dan Bulan bercahaya, dan ditetapkannya manazila (tempat tempat) bagi - perjalanan Bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan hisab (perhitungan waktu).”

  11. 2. Firman Allah Swt dalam Q.s. Al Isra’ ayat 12: وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ آيَتَيْنِ فَمَحَوْنَا آيَةَ اللَّيْلِ وَجَعَلْنَا آيَةَ النَّهَارِ مُبْصِرَةً لِتَبْتَغُوا فَضْلًا مِنْ رَبِّكُمْ وَلِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ وَكُلَّ شَيْءٍ فَصَّلْنَاهُ تَفْصِيلًا Artinya: “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.”

  12. 3. Firman Allah Swt dalam Q.s. Al An-am ayat 96: فَالِقُ الْإِصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ Artinya: “Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”

  13. 4. Firman Allah Swt dalam Q.s. Ar Rahman ayat 5: الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ Artinya: “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.”

  14. 5. Firman Allah Swt dalam Q.s. Yasin ayat 39-40: وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ (.) لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ Artinya: “Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya”

  15. 6. Firman Allah Swt dalam Q.s. al-Baqarah:189: يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجّ Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji”

  16. 7. Hadist dari Ibnu Umar: عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ لَا نَكْتُبُ وَلَا نَحْسُبُ الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا يَعْنِي مَرَّةً تِسْعَةً وَعِشْرِينَ وَمَرَّةً ثَلَاثِينَ Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda : “Sesungguhnya kami umat yang umi, tidak menulis dan idak berhisab. Bulan itu demikian dan demikian artinya satu kali 29 dan satu kali 30.” (HR Bukhori dan Muslim)

  17. Hisab Urfy Penetapan Awal Bulan Kriteria Imkanur Ru’yat Ilmu Hisab Hisab Haqiqie Wujudul Hilal Ijtima’ Qoblal Ghurub Ayat Al-Qur’an dan Hadits Ru’yat bil Fi’ly Perkembangan IPTEK

  18. Ru’yat bil Fi’li Ru’yat bila ‘ain (mata telanjang) Ru’yat Nahwal Mir’atain (dua cermin) Ru’yat bin Nazhoroh (alat optik)

  19. KriteriaHasilHisab Imkan Ru’yat : Irtifa’ >8º (zaman Imam Syafi’ie) Irtifa’ >6º (Kriteria Dunjon, astronom Perancis) Irtifa’ >5º (Ulama’ Mesir) Irtifa’ >2º, jarak ke matahari > 3º,umur bulan > 8 jam (Kriteria MABIMS) Wujudul Hilal : Telah terjadi Ijtima’ sebelum ghurub Hasil Hisab Haqiqie bit Tahqiq Irtifa’ hilal telah bernilai positif. Ijtima’ Qoblal Ghurub : Telah terjadi Ijtima’ sebelum ghurub. Tanpa memperhatikan apakah irtifa’ bernilai positif atau masih negatif.

  20. Perspektif NU Keputusan Munas Ulama’ 1983 di Situbondo : Ru’yat al-hilal atau istikmal Penetapan pemerintah yang berdasar hisab tidak wajib diikuti Ahli hisab dan orang yang meyakini hitungannya boleh menepatkan sendiri. Keputusan Alim Ulama, 1987 di Kasugihan Cilacap : Menguatkan ru’yat atau istikmal. Mathla’ wilayatul hukmi. Ru’yatul hilal hukumnya fardlu kifayah. Rekomendasi-rekomendasi. Keputusan Bahtsul Masa-il, 1999 di Lirboyo Kediri : Menolak mathla’ global (mathla’ul alam)

  21. Perspektif Muhammadiyah Himpunan Putusan Tarjih (HPT) tahun 1972 : Bila hasil Ru’yat mendahului Hisab, maka yang lebih rojih adalah ru’yat. Munas Tarjih tahun 2000 di Jakarta : Melihat perkembangan ilmu hisab sekarang, maka hasil hisab haqiqi bit tahqiq dengan ijtihad jama’ie hukumnya sama dengan ru’yat. Kriteria yang digunakan adalah wujudul hilal. Munas Tarjih tahun 2003 di Padang : Kriteria wujudul hilal dengan mathla’ wilayatul hukmi. Bila sebagian wilayah hilal sudah wujud, maka seluruh wilayah negara sudah masuk tanggal baru.

More Related