1 / 29

IRIGASI - 1

IRIGASI - 1. Bangunan Bagi dan Bangunan Sadap. Sanidhya Nika Purnomo. Bangunan Bagi. Bangunan Bagi : bangunan yang membagi dari saluran primer sekunder. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran.

neci
Download Presentation

IRIGASI - 1

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. IRIGASI - 1 Bangunan Bagi dan Bangunan Sadap Sanidhya Nika Purnomo

  2. Bangunan Bagi • Bangunan Bagi: bangunan yang membagi dari saluran primer sekunder. • Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran. • Salah satu dari pintu-pintu bangunan bagi berfungsi sebagai pintu pengatur muka air, sedangkan pintu-pintu sadap lainnya mengukur debit. nidya

  3. Pada cabang saluran dipasang pintu pengatur untuk saluran terbesar dan dipasang alat-alat pengukurdan pengatur di bangunan-bangunan sadap yang lebih kecil. • Untuk membatasi sudut aliran dalam percabangan bangunan bagi dibuat sudut aliran antara 0o sampai 90o nidya

  4. nidya

  5. Bangunan Pengatur • Bangunan pengatur akan mengatur muka air saluran di tempat-tempat di mana terletak bangunan sadap dan bagi, khususnya di saluran-saluran yang kehilangan tinggi energinya harus kecil. • Bangunan pengatur harus direncana sedemikian rupa sehingga tidak banyak rintangan sewaktu terjadi debit rencana. • Kehilangan energi harus kecil pada pintu skot balok jika semua balok dipindahkan. nidya

  6. nidya

  7. Alat ukur aliran atas lebih peka terhadap fluktuasi muka air dibanding dengan pintu aliran bawah. • Di saluran yang angkutan sedimennya tinggi, penggunaan bangunan dengan mercu tidak disarankan karena bangunan – bangunan ini akan menangkap sedimen. • Mercu memerlukan lebih banyak kehilangan tinggi energi. nidya

  8. Lebar bangunan pengatur berkaitan dengan kehilangan tinggi energi yang diijinkan serta biaya pelaksanaan. • Bangunan yang lebar menyebabkan sedikit kehilangan tinggi energi dibanding bangunan yang sempit, tetapi bangunan yang lebar lebih mahal (diperlukan lebih banyak pintu). • Untuk saluran primer garis tinggi, kehilangan tinggi energi harus tetap kecil : 5 sampai 10 cm. Akibatnya bangunan pengatur di saluran primer lebar. nidya

  9. Saluran sekunder biasanya tegak lurus terhadap garis – garis kontur, sehingga kehilangan tinggi energi lebih besar dan bangunan pengaturnya lebih sempit. • Guna mengurangi kehilangan tinggi energi dan sekaligus mencegah penggerusan, disarankan untuk membatasi kecepatan di bangunan pengatur sampai ± 1,5 m/dt. nidya

  10. Bangunan Sadap Sekunder • Bangunan sadap sekunder memberi air ke saluran sekunder dan melayani lebih dari satu petak tersier. • Kapasitas bangunan (Q) > 0,250 m3/dt. • Bangunan yang dapat dipakai untuk bangunan sadap sekunder: - Alat ukur Romijn - Alat ukur Crump-de Gruyter - Pintu aliran bawah dengan alat ukur ambang lebar - Pintu aliran bawah dengan alat ukur Flume nidya

  11. Romijn Pintu Romijn di Bendung Lomaya dan Pilohayanga terletak di Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo nidya

  12. Crump-de Gruyter  Way Sekampung, Lampung, Sumatra, Indonesia nidya

  13. Alat Ukur Ambang Lebar RIO GRANDE VALLEY Broad crested Weir ARIZONA CANAL nidya

  14. Alat Ukur Ambang Lebar Faiyum Weir Triangular Broad-Crested Weir nidya

  15. Alat Ukur Flume Long-throated Flumes H Flumes nidya

  16. Alat Ukur Flume Parshall Flumes nidya

  17. Tipe bangunan tergantung pada ukuran saluran sekunder yang akan diberi air serta besarnya kehilangan tinggi energi yang diijinkan. • Alat Ukur Romijn: kehilangan tinggi energi kecil, dan dipakai hingga debit ± 2 m3/dt, biasanya dua atau tiga pintu Romijn dipasang bersebelahan. nidya

  18. Untuk debit-debit yang lebih besar, harus dipilih pintu sorong yang dilengkapi dengan alat ukur yang terpisah, yakni alat ukur ambang lebar. • Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang memadai, maka digunakan alat ukur Crump-de Gruyter. Bangunan ini dapat direncana dengan pintu tunggal atau banyak pintu dengan debit ± 0,9 m3/dt setiap pintu. nidya

  19. Bangunan Sadap Tersier • Bangunan sadap tersier memberi air kepada petak-petak tersier. • Kapasitas bangunan sadap tersier berkisar antara 50 l/dt sampai 250 l/dt. • Jika muka air hulu diatur dengan bangunan pengatur dan bermasalah dengan kehilangan tinggi energi, maka bangunan sadap yang paling cocok adalah alat ukur Romijn. nidya

  20. Bila kehilangan tinggi energi tidak begitu menjadi masalah dan muka air banyak mengalami fluktuasi, maka dapat dipilih alat ukur Crump-de Gruyter. • Harga antara debit Qmaks/Qmin untuk alat ukur Crump-de Gruyter lebih kecil daripada harga antara debit untuk pintu Romijn. nidya

  21. Bangunan Bagi dan Sadap kombinasi Sistem Proporsional • Sistem ini tidak memerlukan pintu pengatur, pembagi, dan pengukur, sehinga cocok untuk daerah yang terpencil. • Syarat khusus: - Elevasi ambang ke semua arah harus sama - Bentuk ambang harus sama agar koefisien debit sama - Lebar bukaanproporsional dengan luas sawah yang diairi nidya

  22. Syarat aplikasi: - melayani tanaman yang sama jenisnya (monokultur) - jadwal tanam serentak - ketersediaan air cukup memadai • Sistem proporsional tidak dapat diaplikasikan pada sistem irigasi di Indonesia pada umumnya, mengingat syarat-syarat sulit terpenuhi. nidya

  23. Bangunan Bagi dan Sadap kombinasi Sistem Kombinasi • Bangunan ini dapat berfungsi ganda yaitu melayani sistem konvensional maupun sistem proporsional. • Dalam implementasi pembagian air diutamakan menerapkan sistem konvensional. • Dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk mengoperasikan pintu-pintu tersebut, maka diterapkan sistem proporsional. nidya

  24. Urutan Perencanaan: - Berdasarkan elevasi sawah tertinggi dari lokasi bangunan-bangunan sadap tersebut ditentukan elevasi muka air di hulu pintu sadap. - Elevasi ambang setiap bangunan sadap adalah sama dengan elevasi ambang dari petak tersier yang mempunyai elevasi sawah tertinggi. • Kebutuhan air (l/det/ha) setiap bangunan sadap harus sama nidya

  25. Tata Letak Bangunan Bagi dan Sadap Bentuk Menyamping • Kelemahan: kecepatan datang kearah lurus menjadi lebih besar dari pada yang kearah menyamping, sehingga jika diterapkan sistem proporsional kurang akurat • Kelebihan: peletakan bangunan ini tidak memerlukan tempat yang luas, karena dapat langsung diletakkan pada saluran tersier/saluran sekunder yang bersangkutan nidya

  26. nidya

  27. Bentuk Numbak • Meletakkan bangunan bagi sekunder, sadap tersier dan bangunan pengatur pada posisi sejajar, sehingga arah alirannya searah • Kelebihan: kecepatan datang aliran untuk setiap bangunan adalah sama • Kelemahan: memerlukan areal yang luas nidya

  28. nidya

  29. nidya

More Related