1 / 22

MATERI 08 KIAT MEMBUAT REPORTASE

MATERI 08 KIAT MEMBUAT REPORTASE. Jenis tulisan di media massa :. 1. Tulisan Jurnalistik : Fakta : Berita (straigt news) Reportease Opini : Tajuk Kolom Fakta + Opini : Artikel Ilmiah Populer. Yang akan kita bahas adalah tulisan reportase . Apa itu reportase ?.

maj
Download Presentation

MATERI 08 KIAT MEMBUAT REPORTASE

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. MATERI 08 KIAT MEMBUAT REPORTASE

  2. Jenistulisandi media massa: 1. Tulisan Jurnalistik : • Fakta : • Berita (straigt news) • Reportease • Opini : • Tajuk • Kolom • Fakta + Opini : • Artikel • Ilmiah Populer

  3. Yang akankitabahasadalahtulisanreportase. Apaitureportase? • Reportase adalah pemberitaan, pelaporan, tehnik pelaporan kejadian berdasarkan pengamatan atau sumber tulisan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hal 744, 1990)

  4. Beberapadefinisi : Jakob Oetama : • Reportase Faktual adalah mengisyaratkan terjadinya suatu peristiwa dengan berita-berita akan menjadi lengkap apabila berita itu menggunakan kebenaran, yaitu fakta selengkapnya. • Reportase Interpretatif adalah pengungkapan peristiwa disertai usaha memberikan arti pada peristiwa tersebut, menyajikan interpretasi. • Reportase Komprehensif adalah bentuk liputan peristiwa yang menjelaskan permasalahan dari berbagai segi dan dalam konteks selengkap mungkin. (Proyek Pembinaan dan Pengembangan Pers Departemen Penerangan RI, Drs. Jakob Oetama, Ujung Pandang, hal. 10, 1975)

  5. Langkahmelakukanreportase : • Menentukantema-tema yang akandiangkat/diberitakan • Penugasan • Temamenjadipedomanuntukpeliputan di lapangan. • Menulisberita • Beritadiedit/dikoreksiolehredaktur • Beritasiapdisajikan

  6. AlurPenulisanreportase : • Ada ide, wacana, peristiwa • Tentukan Tema • Buat Judul yang menarik • Membuat lead • Uraikan tubuh/substansi/pokok berita • Penutup berita

  7. RumusBerita : 5 W + 1 H • What : apaperistiwa/pernyataannya • Who : siapa yang terlibatdalamperistiwa/pernyataan • Where : dimanaperistiwa/pernyataannya • When : kapanperistiwa/pernyataanya • Why : mengapaperistiwa/pernyataanituterjadi/muncul • How : bagaimanaperistiwa/pernyataannya

  8. Unsur/nilaiBerita : • MenurutAshadiSiregardankawan-kawan (BagimanaMenulisdi Media Massa, Unipress, Jakarta 1982) unsur-unsurberitameliputi : • Signifikan (sesuatu yang sangatpenting), informasiitusangatpentinguntukdiketahuiolehpembaca. • Magnitude (sesuatu yang besar/luarbiasa), informasi yang luarbiasa. Misalnyaprestasibesarparaatlet, karyabesarseniman, karyabesarilmuwandll • Timelines (waktu/aktual), informasiituaktual, up to date, terkekinian, kejadian paling akhir. • Proximity (memilikikedekatandenganpembaca), informasitersebutdekatsecaraemosionaldenganpembaca. Makanyasekarang media cenderungmelokal. • Prominance (ketenaran), informasiitumenampilkansosok yang tenar/terkenaldikalanganpembaca. Misalkamuselebriti, atletternama, pesulapkondangdll • Human Interest (manusiawi), informasi yang menyentuhperasaan, emosihatinurani. Misalpenderitaan TKI, penderitapenyaktitberat, kemiskinan, danlainnya • Conflict (konflik), informasitentangpermusuhan, bentrokan, peperangan. • Impact (Dampak), sesuatuperistiwa/pernyataanmemilikidampakbesarbagimasyarakatataupihaktertentu. Contoh, pernyataantentangakanadanyagempa tsunami. • Keanehan/keajaiban, munculnyamedan magnet, bayikembarsiam, danlainnya

  9. Langkah-langkah melakukan reportase : • Melakukanwawancara/melihatkejadian - sebagai data awal (straight news yang harusdikembangkan) • Melakukanpengamatanlapangan - melihatlangsungkelapanganuntukmendapatkangambaran yang lebihluas • Melakukanpenelitian/risetdokumentasi - memperkuat data-data kuantitatifdankualitatifmelaluidokumen-dokumen • Melakukantrik-trikpenyamaranjikakesulitandalammenembussumberberita • Menggalangjaringan yang luasuntukmemudahkanmencaraiinformasi

  10. Kebijakan umum dalam penulisan reportase: • Faktual, tulisan harus berdasarkan fakta, bukan spekulasi, dugaan, opini, prasangka, atau imajinasi. • Akurasi, penulisan reportase harus akurat, misalnya tempat kejadian, nama pelaku/korban, usia, jumlah, ukuran, dan sebagainya harus akurat. Kalau ada kekeliruan harus diralat • Fairness (adil), tulisan harus adil dalam space maupun porsi yang lainnya. • Balance dan Cover Both Side, dalam penulisan reportase seimbang (balance) secara kualitatif. Harus memuat informasi dari kedua belah pihak (cover both side). • Imparsial (tidak memihak), tulisan harus seimbang jika menyangkut dua belah pihak yang bersengketa/berselisih atau yang terlibat dalam persoalan. • Proporsional (Tidak lepas dari konteks), tulisan jangan sampai membesarkan-besarkan sesuatu yang kecil, dan jangan mengabaikan sesuatu yang besar/penting. Semua fakta diungkapkan sesuai konteksnya secara proporsional. • Objektivitas (apa adanya, jangan ditambah atau dikurangi fakta yang ada). Tulisan jangan sampai mengandung unsur kebencian, diskriminatif, dan merendahkan satu pihak. • Chek and Recheck (cecking terakhir/mengecek kebenaran), tulisan harus benar-benar dicek kebenarannya sehingga tidak simpang siur.

  11. Teknik Penulisan Reportase/Berita: • Pola piramida : dimulai dari unsur yang terpenting dari peristiwa/pernyataan. Jadi detail kejadian yang peling penting diletakkan di bagian paling awal/atas tulisan. Baru selanjutnya diikuti informasi-informasi pendukung atau kronologi peristiwa. • Pola piramida terbalik : dimulai dari informasi/unsur berita yang tidak penting. Kronologi peristiwa bisa diletakkan di bagian paling awal tulisan, baru kemudian bagian paling akhir berisi informasi paling penting/dramatis.

  12. Contoh Pola 1 : Banjir Lumpur Ancam Semarang Pakar lingkungan Undip Prof Dr Sudharto P Hadi MES, kemarin di ruang kerjanya mengatakan, pengeprasan bukit di Semarang yang marak untuk dijadikan alih fungsi lahan menjadi permukiman, harus dihentikan oleh Pemkot Semarang. Kalau tetap didiamkan, akan mengakibatkan banjir lumpur. Lebih lanjut dia mengatakan, pada intinya pengeprasan bukit yang terjadi di sejumlah wilayah di Kota Semarang, sudah terjadi lama. Dan puncaknya berlangsung sekitar tahun 2003/2004, dan terus berlangsung sampai saat ini. ''Bahkan waktu itu, Lurah Mangunharjo pernah mengeluhkan hal itu. Dan sejumlah pihak terkait, yakni walikota, Dinas Pertambangan, dan lainnya pernah membahasnya,'' jelasnya. Kondisi ini menurutnya, akan membahayakan masyarakat, lingkungan di kawasan yang dikepras bukitnya, dan kawasan Semarang bawah yang menerima imbasnya, yakni banjir. Sebab, pengeprasan bukit pada intinya tidak berwawasan lingkungan. Sehingga menyebabkan kondisi lingkungan berubah. ''Dampaknya juga sudah jelas, dan semua kegiatan itu harus dilihat dan dikaji dari aspek lingkungan,'' jelasnya. Kegiatan pengeprasan bukit, harus dikaji dari sisi lingkungan, ini terkait dengan izin yang harus dilakukan para pengembang permukiman di kawasan perbukitan. Izin meliputi UKL (upaya kegiatan lingkungan) dan UPL (upaya pemantauan lingkungan).

  13. Contoh Pola 2: Banjir Lumpur Ancam Semarang Kegiatan pengeprasan bukit, harus dikaji dari sisi lingkungan, ini terkait dengan izin yang harus dilakukan para pengembang permukiman di kawasan perbukitan. Izin meliputi UKL (upaya kegiatan lingkungan) dan UPL (upaya pemantauan lingkungan). Kondisi ini menurutnya, akan membahayakan masyarakat, lingkungan di kawasan yang dikepras bukitnya, dan kawasan Semarang bawah yang menerima imbasnya, yakni banjir. Sebab, pengeprasan bukit pada intinya tidak berwawasan lingkungan. Sehingga menyebabkan kondisi lingkungan berubah. ''Dampaknya juga sudah jelas, dan semua kegiatan itu harus dilihat dan dikaji dari aspek lingkungan,'' jelas pakar lingkungan Undip Prof Dr Sudharto PH MES di ruang kerjanya kemarin. Dia menegaskan, pengeprasan bukit di Semarang yang marak untuk dijadikan alih fungsi lahan menjadi permukiman, harus dihentikan oleh Pemkot Semarang. Kalau tetap didiamkan, akan mengakibatkan banjir lumpur.

  14. Catatan : • Untuk menjadikan tulisan di atas menjadi tulisan reportase yang berbobot maka harus dikembangkan dari berbagai aspek yang terkait dengan tema pengeprasan bukit. Misalnya dari pengembang, dari LSM lingkungan, dari masyarakat, pemerintah, dan dokumentasi-dokumentasi tentang bahaya dampak pengeprasan bukit (banjir lumpur di Mangkang, Purwoyoso dan sebagainya). Juga harus dilihat aturan-aturan hukum yang terkait dengan pengeprasan bukit atau pembukaan lahan untuk perumahan entah itu Perda, Keputusan Menteri, atau bahkan Undang-undang.

  15. Pembuatan Judul : • Judultulisanreportaseharusdibuatsemenarikmungkinbagipembaca. Calonpembacaharusdibuatpenasarandaningintahumelaluipenampilanjudul. • Syaratjudul : • Singkat, lugas, danpadat - janganbertele-tele • Provokatif - judulharusbisamembangkitkanemosiorang • Bombastis - judulharusmembuatorangtercengang • Relevan - judulharussesuaidengankonteksisiberita • Menggunakanbahasabaku, bahkanlebihdiutamakanmenggunakankata-katadasar Contoh : • DikalahkandigantidenganDigulung, Dilibas (bombastis) • MengalahkandigantidenganKalahkan (singkat) • TantangdigantidenganGanyang, Lumat (provokatif) • Ditangkapbukandidikeler (PerampokDitangkapPolisibukanPerampokDikelerPolisi)

  16. Bahasa Tulisan Reportase: MenurutSyarifudinYunus (JurnalistikTerapan, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010), adabeberapaciribahasajurnalistik : • Sederhana : dipilihkalimat/kata-kata yang paling banyakdiketahuiolehpembaca • Singkat : bahasa yang digunakanlangsungkepokokmasalah, tidakboroskata • Padat : bahasanyamengandunginformasi yang padatdanmenarik • Lugas: tidakambigu, tegas, sesuaidenganmakna yang dituju • Jelas : mudahdipahamimaknanya, tidak bias • Jernih : bahasa yang digunakantrnasparan, jujur, tulus, tidakmenyembunyikansesuatu yang negatif, sesuaifakta • Menarik : bahasanyaharusmampumembangkitkanminatdanperhatianpembaca • Demokratis : bahasa yang digunakanbersifat universal tidakmengenaltingkatansosial, golongan, dankedudukan.

  17. Tema-tema Reportase Mahasiswa KKN:

  18. 1. Kabupaten Temanggung : • Obral sertifikat, lahan sawah menyusut cepat TEMANGGUNG- Bupati Temanggung Hasyim Afandi gerah, lantaran maraknya penjaulan kavling sawah menjadi lahan hunian. Penyusutan lahan sawah ini sangat parah dan ironisnya di Temanggung semakin marak pula penawaran lahan sawah yang dijual. Bupati sempat menyinggung masalah ini harus dicari solusinya. "Kabupaten Temanggung berencana akan melindungi sawah lestari dengan aturan pasti untuk mendukung program ketahanan pangan di Jateng dan nasional. Saya sering melihat marak sekali penawaran jual kavling sawah di jalan-jalan. Tolong itu, dinas terkait dicek," tandas Hasyim, kemarin. Ditengarai, maraknya alih fungsi sawah menjadi kavling ini karena adanya aksi obral sertifikat. Sehingga sawah dengan mudah diubah statusnya mulai dari pengeringan hingga menjadi lahan huni. Sawah seluas 25,69 ha di wilayah Kabupaten Temanggung selama kurun waktu enam tahun, yakni dari tahun 2004 hingga 2010, telah dialihfungsikan menjadi lahan nonpertanian, terutama perumahan atau pemukiman. Selain itu, terdapat pula, sejumlah rumah atau pemukiman yang didirikan di atas lahan sebelumnya merupakan lahan persawahan, namun pemiliknya belum pernah mengajukan izin alih fungsi. Bupati Temanggung sendiri menanyakan kepada Sriyono, apakah soal jjual kavling itu menyalahi aturan

  19. 1. Kabupaten Temanggung : Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Temanggung, Sriyono, yang dikonfirmasi perihal maraknya alih funsi swah ini, membantah pihaknya obral sertifikat. "Soal jual beli kavling, saya sudah perintahkan staf untuk mengecek dan hasilnya memang penjualan kavling itu tidak ada ijinnya," kata Sriyono. Menurut data di kantor Sriyono, alih fungsi sawah 25,60 ha tersebut, meliputi sawah irigasi dua kali panen padi per tahun seluas 9,55 ha, dan sawah sekali panen padi per tahun seluas 16,14 ha. Untuk sawah irigasi dua kali panen, pada 2004, luasnya 13.278,94 ha, kemudian 2010 berkurang menjadi 13.269,39 ha, atau rata-rata berkurang 3,04 ha setiap tahunnya. Pengurangan itu terutama terjadi di Kecamatan Kedu dan Parakan. Sawah irigasi sekali panen dari luasan 7.761,89 ha pada 2004, menjadi 7.745,75 ha pada 2010. Atau, jika dirata-rata, setiap tahun mengalami pengurangan seluas 3,23 ha. Pengurangan tersebut paling dominan terjadi di Kecamatan Temanggung dan Kranggan. • Perambahan petani ke arah lerang Gunung Sindoro-Sumbing • Potensi pengrajin genteng di Temanggung • Dampak konflik SARA • Kebiasaan petani tembakau yang tidak interpreneurship. Saat panen raya menghamburkan uang untuk beli barang-barang mewah. Saat panen buruk semua barang mewah dijual murah. • Peternak sapi dll

  20. 2. Kebupaten Semarang: • Dampakpembuatanjalantol. Banyakwarga yang lahannyadigusurmendapatgantiuntungsehinggakayarayamendadak. • Bilakuranghati-hatidalammembelanjakanbisajatuhmiskin. • PengembangansektorwisataBandungan. • DampakprostitusidiBandungan • Dampaklingkunganpabrik • PembinaanPetani/peternak • WisataRawapening • PerikananRawapening • PemanfaatanecenggondokRawapening

  21. 3. Kabupaten Kudus : • Kayaakanbenda-bendaarkeologi • Banyakindustrirokokkecil yang liar perludikembangkan • Potensiwisatareligi • KeruaskanalamGunungMuria • Bordirdanpakaianjadi • MakananJenang Kudus • Kerajinanlogam yang memproduksiminiaturbecak, sepeda, keretadan lain-lain, sertakerajinankayudan fiber yang memproduksigebyokukir, kaligrafidenganbahankayudan fiber.

  22. 4. Kabupaten Jepara : • Potensi wisata sangat besar terutama di Karimunjawa • Potensi industri mebel surut • Banyak gudang-gudang mebel di pedesaan yang mengkrak • Potensi petani buah durian petruk • Potensi pengrajin batik troso • Situasi politik menjelang Pilkada Bupati

More Related