1 / 30

Emotional Development and Social Attachment

Emotional Development and Social Attachment. Christina Budi Setyaningrum. Early Emotional Development. Apa itu emosi? Emosi memiliki beberapa aspek penting: Reaksi subyektif pada lingkungan. Biasanya merupakan pengalaman koginitif seperti pengalaman menyenangkan ataupun sebaliknya.

levia
Download Presentation

Emotional Development and Social Attachment

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Emotional Development and Social Attachment Christina Budi Setyaningrum

  2. Early Emotional Development Apa itu emosi? Emosi memiliki beberapa aspek penting: • Reaksi subyektif pada lingkungan. • Biasanya merupakan pengalaman koginitif seperti pengalaman menyenangkan ataupun sebaliknya. • Pada umumnya disertai dengan munculnya beberapa bentuk psikologis. • Sering dikomunikasikan kepada orang lain dengan beberapa tingkah laku atau tindakan tertentu

  3. Why are emotions important? Emosi memiliki banyak variasi fungsi yang luas dalam kehidupan anak – anak karena: • Emosi ditujukan untuk membiarkan orang lain tahu apa yang kita rasakan. • Keberhasilan kita dalam mengkomunikasikan emosi kita dan dalam mempelajari menginterpretasikan emosi orang lain berhubungan dengan keberhasilan sosial di kemudian hari. Sama seperti cognitive intelligence , kita juga mengembangkan emotional intelligence kita juga. Emosi juga berhubungan dengan kesehatan mental dan fisik anak.

  4. Primary dan Secondary emotions Primary emotions: takut, senang, jijik, sedin dan ketertarikan, sudah ada pada masa awal kehidupan dan tidak membutuhkan instropeksi atau refleksi diri. Secondary emotions: kebanggaan, rasa malu, rasa bersalah, cemburu, biasanya dirasakan kemudian dan bergantung pada diri sendiri dan kesadaran kita pada reaksi individu atas tingkah laku kita. Perspectives on Emotional Development Perkembangan emosional anak dipengaruhi oleh banyak faktor: keturunan genetik, kondisi lingkungan dimana seseorang dilahirkan, interaksi antara anggota keluarga, dan kemudian dengan teman sebaya. The Genetic – Maturational Perspective: Menurut pandangan ini, emosi dilihat sebagai produk dari faktor – faktor biologis. Perbedaan temperamen tiap – tiap individu berperan penting dalam seberapa intens anak – anak bereaksi pada situasi yang memunculkan emosi dan seberapa baiknya mereka mengatur reaksi atas situasi tersebut. Hemisphere pada otak kiri dan kanan mengatur ekspresi kegembiraan dan ketakutan. Perspektif ini didasarkan pada penelitian anak kembar, dimana masing2 anak memulai senyum mereka pada waktu yang berbeda. Anak yang lahir prematur ditemukan membutuhkan waktu lebih lama 6 minggu daripada anak yang lahir cukup bulan.

  5. The Learning Perspective Perspektif ini berguna khususnya dalam menjelaskan perbedaan ekspresi emosional masing – masing individu. Frekuensi anak tersenyum berbeda – beda disesuaikan dengan lingkungan dimana dia dibesarkan karena reaksi orang tua dalam menanggapi emosi anak juga berbeda – beda. Orang tua bisa membantu anak mereka dengan mengatur dan mengerti emosi anak dengan menghargai hanya emosi tertentu, misal: senyum respon dengan entusias Anak juga bisa belajar rasa takut dari beberapa hal, misal panjat tangga yang tinggi ----jatuh The Functionalist Perspective Menurut teori ini, emosi membantu kita untuk mencapi tujuan dan beradaptasi dengan lingkungan dan teori ini menekankan tentang peran emosi dalam menciptakan dan menjaga hubungan sosial sama seperti peran sosial dalam mengatur persepsi dan ekspresi emosional kita. Pendekatan fungsional ini juga mengenal emosi social nature. Informasi yang didapat dari orang lain melalui sinyal emosinya, kita gunakan untuk menunjukkan tingkah laku kita. Memori masa lalu juga membentuk cara seorang anak merespon secara emosional akan satu situasi tertentu. Respon emosional dibentuk Oleh banyak faktot yang kompleks baik antara faktor biologisdan banyak faktor yang didapat dari lingkungan sekitar anak dimana anak mengalami berbagai hal.

  6. Development of Primary Emotions • Positive Primary Emotions: Senyum dan Tertawa Senyum pada bayi biasanya mengikuti pola umum yaitu dimulai dengan senyuman refleks pada bayi baru lahir, kemudian pada usia 4 hingga 6 minggu, muncul senyuman yang disebabkan oleh kejadian eksternal, termasuk stimuli sosial seperti wajah dan suara. Memasuki usia 12 minggu, bayi mulai tersenyum hanya pada wajah dan suara yang dikenalnya saja, dan senyum mereka bergantung pada situasi tertentu. Pada usia 4 bulan, bayi mulai tertawa, dan hal – hal yang menyebabkan tawa itu berganti sesuai dengan perkembangan mereka. Dalam Figure 6.1, hal 186 disebutkan empat hal yang menstimulus ketawa bayi yaitu social, tactile,visual dan auditory. Hingga pada usia satu tahun, anak tertawa karena merespon permainan sosial, display visual, dan kegiatan lainnya dimana mereka dapat turut serta seperti ci luk ba atau bermain tarik selimut.

  7. Negative Primary Emotions • Takut • Rasa takut akan sesuatu yang asing muncul belakangan setelah senyum dan tawa. • Marah dan Sedih Tidak seperti orang dewasa, rasa marah bayi biasanya terjadi karena respon pada kejadian eksternal tertentu, misalnya bayi diberi biskuit kemudian secara tiba – tiba biskuitnya diambil. Sedangkan rasa sedih merupakan reaksi dari rasa sakit, lapar, atau kurang kontrol, tapi ini terjadi kurang sering daripada rasa marah.

  8. The Evolution of Emotional Expression and the sense of self

  9. S

  10. Development of Secondary Emotions Pada tahun kedua, emosi sekunder muncul seperti pride, shame, guilt dan jealousy. Emosi – emosi ini bergantung pada perkembangan kesadaran akan diri sendiri dan kemampuan untuk mendapatkan emosi yang bermacam – macam. Pride and Shame Emosi ini dapat dibedakan melalui pengalaman yang didapat anak, ketika mereka mengalami kesuksesan dalam mengerjakan suatu tugas yang susah, mereka akan mengalami suatu Pride ( kebanggaan), dan sebaliknya anak – anak akan merasa shame apabila mereka mengalami kegagalan dalam mengerjakan sebuah tugas yang mudah. Pengertian anak tentang rasa bangga juga tergantung pada kemampuan anak untuk mengembangkan multiple emosi mereka seperti kesenangan dalam melakukan satu tugas dengan baik dan kebahagiaan ketika orang lain menghargai jerih payah mereka . • Guilt Perasaan ini muncul di tengah masa kanak – kanak (6-9 tahun). • Jealousy Cemburu merupakan emosi umum yang kita semua alami. Bahkan, emosi ini bisa muncul ketika anak masih berusia 1 tahun. Cemburu merupakan emosional sosial yang muncul diantara tiga orang yang mempunyai hubungan yang penting, misal antar saudara karena memperebutkan perhatian orang tua. Akan tetapi, kecemburuan antar saudara ini dapat dikurangi apabila anak mempunyai suatu hubungan yang aman dan terpercaya dengan orang tuanya. Sebuah penelitian menemukan bahwa anak yang pencemburu akan menjadi kurang fokus dengan permainannya dibanding dengan anak yang tidak pencemburu.

  11. Individual differences in emotions Bayi dan anak – anak memiliki tingkatan yang berbeda – beda dalam hubungan sosial, kekhawatiran, dan ketakutan sama seperti tingkatan rasa bersalah dan kecemburuan. Perbedaan ihi baik pada emosi positif dan negatif berhubungan dengan adaptasi anak. Seorang anak yang mempunyai emosi yang positif, yang juga mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dan kompetensi sosial yang baik, diindikasi memiliki adaptasi yang lebih baik. • Recognizing Emotions in Others Tantangan lain yang biasanya dihadapi oleh seorang anak adalah belajar untuk mengenali emosi yang diungkapkan oleh orang lain. Pada umumnya, anak lebih mudah untuk memproduksi emosi daripada mengenali emosi orang lain. Saat anak berusia 2 – 3 tahun, anak – anak mulai menunjukkan kemampuan selain memproduksi tetapi juga mulai bisa mengenali emosi orang lain. Kedua kemampuan ini akan semakin berkembang sesuai dengan pertambahan usia anak. Anak yang baik dalam mengungkapkan emosi mereka biasanya juga baik dalam mengenali emosi yang diungkapkan oleh orang lain.

  12. Emotional Regulation and Emotional Display Rules Belajar untuk mengatur pengungkapan emosi adalah merupakan tantangan bagi seorang anak dan bayi. Secara bertahap pengungkapan emosi ini menjadi dalam kelompok atau situasi tertentu. Budaya memegang peranan penting dalam bagaimana anak – anak menghadapi situasi, mengkomunikasikan emosi, dan bertindak berdasar perasaan mereka. Pada dasarnya, kebiasaan adat dan budaya membentuk cara anak – anak bertindak pada saat kejadian yang tidak mengenakan. How Children Think about Emotions Seiring dengan kematangan anak – anak, mereka semakin mengerti tentang arti dari emosi dan situasi yang memicu perasaan – perasaan tertentu. Pengertian ini oleh Saarni dinamakan Emotional Script atau skema kompleks yang memungkinkan seorang anak untuk mengidentifikasi tipe reaksi emosional yang bersamaan dengan suatu kejadian khusus tertentu. Multiple Emotions, Multiple Causes Satu aspek tentang pengertian emosi yang juga secara bertahap berkembang adalah kesadaran bahwa seseorang bisa mempunyai lebih dari satu rasa pada saat yang bersamaan dan bahwa seseorang bisa mengalami dua atau lebih perasaan yang bertentangan pada saat yang sama.

  13. The Family’s Role in Emotional Development Menurut Suzanne Denham ada tiga cara dimana keluarga mempengaruhi emosi anak – anak: • Pola yang dimiliki oleh anggota keluarga dalam mengungkapkan emos mereka merupakan contoh bagi seorang anak untuk mengungkapkan emosi mereka juga. • Reaksi khusus yang diberikan oleh orang tua atau saudara kandung mendorong atau bahkan mengurangi pola tertentu dalam emosi. • Orang tua sering bertindak sebagai pelatih emosi dengan bicara tentang emosi dan menjelaskan serta mengeksplorasi pengertian anak tentang emosi mereka sendiri dan merespon emosi orang lain. Anak yang dibesarkan dalam sebuah keluarga yang memiliki emosi positif dengan banyak kebahagiaan dan kesenangan biasanya juga akan menampilkan emosi yang positif. Sebaliknya, anak bisa yang dibesarkan dalam keluarga dengan emosi yang negatif akan juga menampilkan emosi negatif seperti kemarahan dan kesedihan. Anak – anak belajar emosi dari orang tua mereka, bagaimana cara orang tua bereaksi secara emosional dan juga mengawasi bagaimana orang tua dan anggota keluarga lainnya bereaksi secara emosional satu sama lain.

  14. The Development of Attachment Pada pertengahan kedua tahun pertama, bayi belajar untuk membedakan antara pengasuh yang mereka kenali dengan yang tidak dan membentuk sebuah hubungan dengan orang – orang yang penting dalam kehidupannya. Hubungan yang dekat ini dapat terlihat ketika anak sedang mengalami situasi yang asing dan dia berusaha untuk selalu berada dekat dengan orang tuanya. Hubungan ini juga dapat terlihat ketika seorang anak ditinggal pergi oleh orang tuanya, biasanya dia akan protes dengan menunjukkan emosi yang negatif. Theories of Attachment • Psychoanalitic theory Menurut Freud, bayi menjadi dekat dengan pengasuhnya karena berhubungan dengan keinginan bayi untuk mencari kesenangan lewat mengisap dan bentuk lain dari stimulasi oral, seperti ibu menyusui dan bayinya. Teori ini berfokus pada hubungan ibu dan bayinya. • Learning Theory Poin utama dari teori ini adalah bahwa hubungan yang dekat bukanlah suatu hal yang otomatis, hubungan ini dibangun sebagi hasil dari interaksi yang memuaskan dengan orang dewasa yang responsif. Penelitian mengungkapkan bahwa bayi lebih memilih untuk dekat dengan ayahnya atau orang dewasa lain yang perhatian walaupun tidak menyusi daripada dengan ibu yang menyusui tapi menjaga jarak. Dengan interaksi ini, bayi belajar untuk bergantung dan menghargai orang dewasa di dekat mereka dan menjadi dekat dengan orang tersebut.

  15. Cognitive Development Theory Teori ini mengatakan bahwa bayipun harus bisa membedakan antara ibu mereka dan orang yang asing bahkan jika ibunya tidak terlihat didepan mereka. Seiring dengan bertambahnya usia anak, hubungan secara fisik menjadi kurang penting karena anak – anak bertambah bisa untuk membuat kontak psikologi dengan orang tua mereka melalui kata – kata, senyum dan pandangan. Ditambah lagi, anak- anak sudah tambah mengerti ketidak hadiran orang tua di sekitar mereka kadang – kadang penting dan biasanya Cuma temporer, sehingga mereka menjadi tidak lagi kesal dengan perpisahan. Orang tua bisa memberikan alasan yang jelas sebagai penjelasan akan ketidak hadiran mereka untuk mengurangi stress anak. • Ethological Theory John Bowlby berpendapat bahwa hubungan diperoleh dari persiapan biologi yang baik bayi dan orang tua saling merespon tingkah laku satu sama lain. Teori ini berdasar pada sebuah penelitian yang menemukan adanya proses imprinting, dimana binatang dapat membangun ikatan antara mereka yang baru lahir dengan segala sesuatu yang mereka lihat setelah mereka lahir.

  16. Phases in the development of attachment

  17. Attachment to Fathers Ayah juga memegang peranan dalam perkembangan emosi anak melalui kedekatan hubungan yang terjalin. Dalam sebuah penelitian dimana seorang bayi ditempatkan dalam situasi yang asing tapi ramah bersama ayah dan ibunya, bayi itu menunjukkan sikap yang sama baik kepada ayah maupun ibunya. Di beberapa daerah juga ditemukan dimana seorang ayah bertindak sebagai partner yang baik dalam pengasuhan anak seperti di Kongo dan Cagayan Philipina. Dalam beberapa budaya, ayah mempunyai peranan yang khusus dalam perkembangan bayi yaitu sebagai teman main. Kualitas permainan yang dimiliki ayah dan ibu pada umunya berbeda. Ayah biasanya terlibat dalam permainan yang tidak biasa dan cenderung fisik, sementara ibu menstimulasi bayi mereka secara verbal dan permainan yang lebih tenang seperti cilukba. Dan hal ini berlangsung hingga bayi memasuki tahapan masa kanak – kanak. Budaya membentuk peranan ayah dalam pengasuhan bayi, akan tetapi faktor biologis juga memiliki andil. Ketika masa kehamilan baik ibu maupun ayah memiliki perubaham hormonal yang menyebabkan mereka lebih sensitif pada tangisan bayi. Laki – laki yang mempunyai hormon testoterone yang lebih rendah dikatakan lebih responsif pada tangisan bayi. Perubahan hormonal ini benar – benar terjadi apabila seorang laki – laki lebih terlibat dalam masa kehamilan istrinya, sehingga dianjurkan supaya suami istri untuk mempunyai hubungan yang lebih intim supaya menstimulasi perubahan hormon. Peranan ayah merupakan hal yang kompleks karena ditentukan oleh sosial budaya, perkembangan dan juga faktor biologis. Disamping dengan ayah dan ibunya, bayi juga memiliki hubungan yang dekat dengan saudara sekandung, teman sebaya, kakek, nenek, tante dan om.

  18. The Nature and the Quality of Attachment Method of Assesing Attachment Relationship Mary Ainsworth menggunakan sebuah metode yang bernama Secure based untuk menganalisa kualitas hubungan antara anak dan orang tua, dimana metode ini menggunakan sebuah alat yaitu Strange Scenario. (lihat tabel di slide berikut). Selanjutnya Ainsworth mengelompokkan anak – anak yang ditelitinya menjadi empat kelompok yaitu secure attachment,insecure avoidant attachment, insecure resistant attachment, dan insecure disorganized attachment. Metode lain yang digunakan adalah Attachment Q Sort. Dimana dalam metode ini ibu atau pengasuh lainnya mengelompokkan satu set kartu yang berisi tentang tingkah laku anaknya dengan mengurutkan dari yang paling deskriptif ke yang kurang deskriptif.

  19. The Parents’ Role in the Quality of Attachment Kualitas hubungan antara bayi dan orang tuanya ditentukan oleh interaksi awal antara anak dan orang tua. Orang tua yang menunjukkan sikap perhatian yang sensitif, merespon kebutuhan bayi mereka, dan memberikan kontrol akan lingkungan bayi, akan memiliki bayi yang memiliki hubungan yang aman (secure attached). Proses kedekatan hubungan ini tidak hanya penting pada masa bayi saja tapi akan berlanjut dalam tingkatan perkembangan selanjutnya bahkan pada saat dewasa. Hubungan antara anak dan orang tua ini bukanlah hubungan yang steril, dalam artian tertutup untuk faktor – faktor lainnya, akan tetapi hubungan ini dipengaruhi oleh hubungan yang terjalin antara anggota keluarga lainnya dan juga hubungan di luar rumah. Menurut Bowlby, perhatian yang didapat orang tua pada masa kanak – kanaknya dulu juga mempengaruhi hubungan dengan bayinya . Hal ini dinamakan attachment representation. Untuk menyelidiki hal ini, Main dkk mengadakan sebuah survey dan menemukan status hubungan antara ibu dan anak seperti di tabel dibawah ini:

  20. Temperamen bayi juga memiliki peranan dalam kualitas hubungan antara bayi dan orang tua. Namun, bukan berarti apabila orang tua memiliki bayi yang “sulit” juga berari memiliki hubungan yang tidak bagus dengan bayinya. Hal ini dapat diatasi bila orang tua mendapat bantuan dari anggota keluarga lainnya atau teman. Jadi, efek dari temperamen pada sebuah hubungan tidak dapat dipisahkan dari pengaruh konteks sosiak dimana bayi dibesarkan. Anak yang memiliki kualitas hubungan yang kuat pada masa bayi akan tumbuh menjadi anak yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi, rasa ingin tahu yang tinggi pula, dan mau untuk bereksplorai, serta memiliki hubungan yang baik dengan teman sebaya dan lainnya. Ternyata, hubungan yang terjalin antara orang tua dan bayi memberikan pengaruh pada perkembangan kognitif dan sosial anak.

  21. The Sense of Self The Early stages of self awareness

  22. Multiple Caregiver and Attachment: The Effects of Child Care Walaupun belum terbukti bahwa bayi yang memiliki pengasuh lain selain orang tua atau menghabiskan waktu di Tempat penitipan Anak menjadi memiliki hubungan yang tidak kuat dengan orang tuanya, beberapa penelitian mengindikasikan bahwa kuantitas waktu yang dihabiskan di TPA berpengaruh pada hubungan antara ibu dan anak. Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan oleh ibu bekerja adalah kualitas dari pengasuh atau staf TPA tsb karena apabila kualitas perawatan yang diberikan bagus, anak dapat memperoleh keuntungan lainnya baik dalam koginitifnya maupun sosialnya.

  23. Thank You

More Related