410 likes | 759 Views
ERYSIPELOTHRIX. Drh. Maxs U.E. Sanam, M.Sc. drh . Hembang MP. pengantar. Erysipelothrix adalah bagian dari kelompok bakteri batang Gram positif (sangat mirip dengan Listeria) Patogen penting pada babi, menyebabkan penyakit unik “ Diamond Skin Disease ” (Penyakit kulit berlian) .
E N D
ERYSIPELOTHRIX Drh. Maxs U.E. Sanam, M.Sc. drh. Hembang MP
pengantar • Erysipelothrix adalah bagian dari kelompok bakteri batang Gram positif (sangat mirip dengan Listeria) • Patogenpenting pada babi, menyebabkan penyakit unik “Diamond SkinDisease” (Penyakit kulit berlian). • Gejala kelainan pada kulit akibat penyakit sistemik dan kuman menyebabkan septisemia ( pada kasus lain disertai dengan sindrom endokarditis dan arthritis). • Penyakit dapat menyerang species lain (misalnya anjing), manusia, dan mamalia laut). • Infeksi mungkin sulit diatasi/diobati dan kadang membutuhkan terapi dosis tinggi dan dalam waktu yang relatif lama.
Species Erysipelothrix yang memiliki dampak veteriner, hospes target, dan penyakit yang ditimbulkan Jumlahtanda + menandaitingkat kerentanan/keseriusan infeksi genus pada species hewan bersangkutan.
Bakteriologi • Erysipelothrixbakteri gram positif, ukuran kecil, bentuk batang • Bentuknya teratur (reguler), - tidak seperti kuman2 diptheroidsdan actinomycetes, yang bervariasi dalam bentuk sehingga disebut “irregular” • fakultatifanaerobik, namun menyukai lingkungan dengan 5-10% CO2, non-motile, non-spora • 2 species yang memiliki kepentingan veteriner: • Erysipelothrixrhusiopathiae • Erysipelothrixtonsillarum
KoloniE. rhusiopathiaedalam agar darah(http://microblog.me.uk/387)
Erysipelothrixdapat diisolasi dari beragam lingkungan (misalnyakolam WC,abatoar, tanah, maupun ikan air tawar/air laut. Sifat saprofitiknya masih dipertanyakan. • Kuman ini juga sudah pernah diisolasi dari saluran pencernaan dan membrana mukosa dari berbagia mamalia dan burung, dan dapat diisolasi dari tonsil babi yang tampak sehat • Babi dianggap sebagai reservoar utama Erysipelothrix.
Metode Penularan • Penularan terutama terjadi melalui ingesti bahan-bahan terkontaminasi (tanah, air, tepung ikan, dsb) atau setelah kontak dengan babi terinfeksi • Infeksi luka dan gigitan arthropoda juga dapat menjadi rute infeksi alternatif
Virulensi & Patogenesis I) Faktor Virulensi a) Neuraminidase • Strain-strain E. Rhusiopathiae bervariasi di dalam virulensinya, menghasilkan neuraminidase dalam jumlah banyak; enzym ini dianggap sebagai faktor virulensi penting bagi infeksi sepsi akut • Enzim ini memotong asam sialic yang terdapat pada permukaan sel, menyebabkan kerusakan vaskuler dan pembentukan trombus hialin • Antibodi terhadap neuraminidase dilaporkan protektif terhadap infeksi eksperimental/buatan pada mencit b) Kapsula • Beberapa strain memiliki kapsula yang berperan penting dalam mecegah terjadinya fagositosis oleh sel hospes
II) Pathogenesis infeksi Erysipelothrix • Ada 4 sindrom utama yang diamati pada E. rhusiopathiaepada hewan domestik : • Septicaemia/septisemia • Lesi kulit yang bersifat umum/menyeluruh • arthritis • Endokarditisvegetatif • Erysipelothrixsecara reguler menginvasi aliran darah; terjadinya atau tidak serta tipe penyakit yang teramati sangat bergantung kepada virulensi strain dan status imunitas hospes • Bentuk-bentuk 4 sindrom tsb di atas dapat terjadi secara terpisah, berurutan ataupun bersama-sama dalam kelompok hewan terserang.
1. Septicaemia • Septisemiaakut dapat menyebabkan kematian hewan. Namun hewan yang terinfeksi dengan strain kurang virulen, kumannya terlokalisir di dalam kulit, sendi, atau jantung menimbulkan infeksi kronis • Terlokalisirnya bakteri tsb akan menentukan bentuk kronis mana yang akan teramati secara klinis
2. Bentuk Kulit • Imunitas sebagian (partial immunity) dari hospes dan virulensi yang rendah, hanya timbulkan lesi kulit bersifat lokal yang kebanyakan teramati pada babi. • Lesi-lesi tsb mungkin timbul sebagai akibat adanya pembentukan trombus menyusul reaksi imun kompleks (reaksi Arthus)
3. Arthritis • Terlokalisirnya E. rhusiopathiaepada persendian babi mulanya bersifat artritis akut dan kemudian kronis dengan eksudasi fibrin serta pembentukan pannus • Kerusakan pada kartilago artikularis adalah merupakan respon imunologik persisten terhadap antigen bakterial yang berada di dalam jaringan sinovial; • kondrosit (chondrocytes) yang bertanggung jawab terhadap perubahan persendian kronis tsb dan bukan karena keberadaan bakteri di tempat tsb.
4. Endokartiditis valvularis • Diinisiasi oleh adanya emboli bakteri yang menyumbat valvula (katup) jantung • Selanjutnya, Inflamasi (peradangan) vaskuler menghasilkan perubahan-perubahan kronis dan kerusakan katup jantung
Epidemiologi & Gejala klinis Erysipelothrix • Nama penyakit yang ditimbulkan oleh Erysipelothrixdisebut “erysipelas” • Babi adalah species yang paling banyak diserang dan paling parah penderitaannya. • Namun, sejumlah species lain juga dilaporkan dapat terinfeksi: domba, kalkun, anjing, kucing, mamalia laut, dan manusia
1. Babi • Babi umur kurang dari 3 bulan dan lebih dari 3 tahun adalah kelompok paling peka • Kekebalan pasif (anak babi kurang dari 3 bulan) dan kekebalan aktif (untuk babi lebih dari 3 tahun) mungkin menjadi jawaban terhadap adanya fenomena kepekaan yang berhubungan dengan umur tsb. • Faktor predisposisi meliputi stres lingkungan, perubahan pakan, kelelahan, dan aflatoksikosis subklinis • 4 sindrom tsb sebelumnya dapat diamati pada species ini:
Septicaemia akut • Sindrom ini paling banyak diamati pada babi dan jarang pada species lain • Infeksi erysipelas akut pada babi menunjukkan: hemoragi pada serosa lambung, otot-otot jantung dan tulang, serta korteks ginjal • Kongesti pada paru-paru, liver, limpa, kulit, dan kantong kemih juga dapat diamati • Hemoragi terjadi karena kerusakan vaskuler karena adanya mikrotrombi, dan infiltrasi sel-sel mononuklear pada berbagai kasus. • Secara klinis, babi terlihat demam, anoreksia, depresi, muntah, berdiri kaku dan menolak untuk berjalan. • Terkadang, induk mengalami abortus akibat adanya infeksi tsb • Jika tidak diobati, mortalitas penyakit sangat tinggi
1. Babi • Babi umur kurang dari 3 bulan dan lebih dari 3 tahun adalah kelompok paling peka • Kekebalan pasif (anak babi kurang dari 3 bulan) dan kekebalan aktif (untuk babi lebih dari 3 tahun) mungkin menjadi jawaban terhadap adanya fenomena kepekaan yang berhubungan dengan umur tsb. • Faktor predisposisi meliputi stres lingkungan, perubahan pakan, kelelahan, dan aflatoksikosis subklinis • 4 sindrom tsb sebelumnya dapat diamati pada species ini:
b) Penyakit Kulit– “Diamond Skin Disease” • Lesi-lesi kulit dapat diamati pada bentuk spetisemik akut dan terlihat sebagai lesi-lesi urtikarial, yang dapat terpalpasi/teraba (oleh karena lesi tersebut timbul) sebelum nyata terlihat/visible. • Jika tampak, lesi berwarna pink, atau pada kasus yang parah ungu, terutama di bagian abdomen, paha, telinga dan ekor • Pada kasus yang parah, kulit mengalami nekrosis dan mengelupas. • Pada yang kurang parah, lesi terbatas pada kulit namun mungkin disertai dengan sedikit demam. • Lesi-lesi kulit ini memiliki banyak sisi (mirip intan) dan berwarna merah hingga ungu – oleh karena itu dinamakan “diamondskin disease” • Lesi akan berlanjut menjadi nekrosis atau sembuh, menimbulkan sedikit jejas pada kulit • Mortalitas jarang terjadi pada bentuk kasus ini
GAMBAR: Babi dengan Diamondskin disease.Ini adalah manisfestasi kulit dari penyakit sistemik; kuman awalnya menyebabkan septisemia dan kemudian terlokalisir di dalam kulit. Di samping itu, sebagaian dari lesi ini merupakan mekanisme respon yang dimediasi oleh sistem imun.
Peradanganpadakulit. Perhatikankongestipadapembuluhdarah, infiltrasisel-selmononuklear, danpenimbunanjaringanikat Kongesti MN cells Jar ikat
a) Arthritis • synovitisakut biasanya berlanjut menjadi kelainan artikularis kronis, meskipun secara klinis bentuk kronis dapat diamati tanpa tanda infeksi akut sebelumnya • Bentuk penyakit ini banyak teramati pada hewan tua • Membrana synovial mengalami hiperplasia dan terinfiltrasi dengan sel-sel mononuklear dan akan terlihat sebagai fibrosis periartikular berat. • Penyebaran jaringan granulasi di atas permukaan artikular, dan erosi kartilago artikularis bisa juga terjadi (“pannus formation”) • ankylosis persendian akan terbentuk sebagai akibat dari proses sebelumnya • Tanda-tanda klinis meliputi kepincangan, kekakuan berjalan, dan pembesaran persendian yang terserang
b) Endokarditis • Pada endokarditisvalvular, katupmitral adalah yang paling banyak terserang; di sini akan terbentuk lesi vegetatif berukuran besar akibat adanya penimbunan fibrin dan proliferasi jaringan ikat • emboli dapat menyebabkan infark pada limpa dan ginjal • Secara klinis, akan tampak gejala-gejala kelainanan jantung ataupun kematian mendadak
Pannus formation in the joint of a pig chronically infected with E. rhusiopathiae Persendian babi yang mengalami arthritis akibat infeksi Erysipelothrixrhusiopathiae. Perhatikan: Pembentukan pannus(Penyebaran jaringan granulasi)
2. Domba • Polyarthritisadalah gejala yang paling banyak ditemui pada infeksiErysipelothrixpada domba • Pintu masuk (point of entry) diduga melalui umbilikus atau luka akibat kastrasi, potong ekor, cukur bulu, ataupun dipping (rendam) • Hewan terserang mengalami kekakuan gerak, dan pembengkakan sendi • Domba mungkin mengalami kesulitan untuk berdiri ataupun duduk • Infeksi kutan pernah juga diamati pasca-dipping pada domba • Pneumoniapernah dilaporkan
3. Anjing • SemuaisolatErysipelothrixadalahE.tonsillarum (meski awalnya diidentifikasi sebagai E. rhusiopathiae) • Pada anjing, septisemiadan endokarditispaling banyak diamati, meski arthritis juga dilaporkan • Tanda-tanda klinis: Demam intermiten (selang-seling), dan suara detak jantung abnormal (murmur)
4. Kalkun • Infeksi Erysipelothrixpada unggas, terutama kalkun, biasanya teramati sebagai septisemia • Kalkun jantan biasanya terinfeksi melalui luka akibat berkelahi • Sedangkan, betina dapat terinfeksi melalui inseminasi dengan semen terkontaminasi • Kalkun menunjukkan kulit yang sianotik (kebiruan), sayap terkulai dan akhirnya mati • Pial (snood) yang membengkak dan sianotik, jika ada, dianggap sebagai patognomonik (tanda paling menciri/khas) • Tingkat mortalitas berkisar 2-25% • Manifestasi kronis pada kalkun meliputi endokarditisvegetatif dan arthritis • Kalkun dengan endokarditistampak lesu dan lemah atau mati tanpa menunjukkan gejala sakit • Species unggas lain yang sudah dilaporkan terserang kuman erysipelothrix antara lain ayam, bebek, emu, nuri, pheasantsdan burung merak.
Diagnosa Penyakit Koleksi sampel • Spesimen dikumpulkan dari organ yang sesuai gejala klinis (misalnya persendian) • Biakan darah dari beberapa hewan terserang sangat berguna untuk mendiagnosa septisemi atau endokarditis • Alternatif, sampel nekropsi dapat digunakan untuk isolasi dan diagnosa infeksi – sampel berupa liver, limpa, ginjal, jantung, dan jaringan sinovial • Isolasi kuman dari lesi kulit juga dimungkinkan • Pada kasus kronis, biakan dari sendi atau katup jantung sering kali kurang memberikan hasil positif
Pemeriksaan langsung • Pewarnaan gram terhadap sampel yang dikoleksi akan mengungkapkan adanya bentuk bakteri batang pendek, gram positif, yang uniform (seragam bentuknya). • Namun, hasil yang negatif tidak serta merta disimpulkan sebagai negatif infeksi E. Rhusiopathiae
Gambar: Pewarnaan gramE. rhusiopathiae. Perhatikan ukuran kuman yang sangat pendek!
Kultur/Biakan • Kuman akan tumbuh pada media-media rutin (Bloodagar) jika diinkubasi pada suhu 370C dan10% CO2 • Alternatif lain, ditumbuhkan pada media mengandung aminoglycosidadan vancomycinsebagai media selektif terutama pada sampel yang terkontaminasi • Koloni yang tumbuh dalam 24 jam bersifat non hemolitik dan berukuran sangat kecil Identifikasi • Kuman sangat menyerupai Listeriaspp.Namun, fakta bahwa kuman adalah non-motildan katalasenegatif akan membantu membedakannya dari Listeria.
Pengobatan Infeksi • Erysipelothrix peka terhadap sejumlah antibiotika, namun penicillin adalah obat pilihan • Sebaliknya, kuman resisten terhadap antibiotika golongan aminoglycosidadand sulfonamida.Kadang resisten terhadap golongan makrolida • treatment dengan penicillin sekurang-kurangnya5 hari adalah efektif terhadap infeksi akut penyakit pada babi • Tetrasiklin dan tylosindapat menjadi alternatif, namun beberapa tetrasiklin dan makrolida telah dilaporkan resisten
Pengendalian dan Pencegahan • Mikroorganismasangat resisten terhadap kekeringan dan bertahan hidup dalam waktu lama (dalam biakan kaldu bertahan hidup 17 tahun) • Tahan terhadap kadar garam tinggi, pengasaman, dan pengasapan, dan dapat bertahan hidup 6 bulan di dalam feses babi, cadaver pada suhu dingin • Akan tetapi, kuman terbunuh oleh panas uap • Sanitasi yang baik dan nutrisi yang baik akan bermanfaat mencegah wabah pada babi dan kalkun • Karkas terinfeksi harus dimusnahkan dalam cara yang tepat, hewan pengganti harus diisolasi setidaknya 30 hari sebelum dimasukkan ke dalam kelompoknya yang baru. • Pada kalkun, penicillin adalah obat pilihan, dapat diberikan melalu air minum untuk pencegahan/profilaksis • Vaksinasi direkomendasi bagi babi dan kalkun di daerah yang memiliki riwayat erysipelas sebelumnya • Vaksin atenuasi hidup dan bakterin telah dipergunakan untuk vaksinasi babi dan kalkun
Pertimbangan/dampak aspek Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) • Manusia dapat terinfeksi dengan E. rhusiopathiae, dengan sebutan “erysipeloid”, suatu infeksi terbatas pada kulit, biasanya pada tangan • Jangan kacaukan ini dengan penyakit manusia “erysipelas” yang adalah infeksi streptococcal (dikarenakan adanya lesi-lesi pada kulit berwarna pink/merah) • Sebagaian besar kasus infeksi pada orang terkait dengan pekerjaan orang bersangkutan, karena itu peternak babi, dokter hewan yang mengurus babi, nelayan, pekerja abatoar, pejagal, atau pemburu babi adalah orang-orang yang berisiko • Kuman masuk biasanya melalui luka abrasi di kulit, dan setelah 1-5 hari masa inkubasi akan terbentuk lesi erythematousyang sakit di daerah tersebut. • Biasanya lesi akan terisolir (1-3 minggu) akan tetapi, infeksi berat seperti endokarditis,septisemiadan arthritis juga sudah pernah dilaporkan • Anjing yang terinfeksi nampaknya tidak merupakan ancaman bagi aspek kesmavet
GAMBAR: Jari & bibirpasien yang menderita erysipelas. Infeksi ini mungkin dperoleh saat menangkap hewan terinfeksi atau bersentuhan dengan mamalia laut