1 / 100

BSMR LEVEL 1 T-2!!

BSMR LEVEL 1 T-2!!. Nyoman Duari. Chapter 1, 2 & 3: Bank & Regulasi Perbankan. Industri jasa keuangan, bank, dan regulasi. Bank adalah institusi yang memiliki lisensi perbankan, menerima deposit, membuat loan, menerima serta menerbitkan check.

lave
Download Presentation

BSMR LEVEL 1 T-2!!

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. BSMR LEVEL 1T-2!! Nyoman Duari

  2. Chapter 1, 2 & 3:Bank & Regulasi Perbankan

  3. Industri jasa keuangan, bank, dan regulasi • Bank adalah institusi yang memiliki lisensi perbankan, menerima deposit, membuat loan, menerima serta menerbitkan check. • Risiko adalah kemungkinan hasil buruk atau negatif, dan kemungkinan hasil tersebut bisa diprediksi. • Risk event adalah terjadinya suatu keadaan yang mengakibatkan adanya potensi kerugian (bad outcome) • Risk loss adalah kerugian yang terjadi sebagai akibat dari risk event. Kerugian tersebut bisa berupa kerugian finansial atau kerugian non-finansial • Bank di-regulasi pada institusinya, bukan hanya produk dan jasanya, karena kegagalan bank bisa menyebabkan systemic risk (dampak ke ekonomi dalam jangka panjang). • Bank tidak bebas menentukan capital structure-nya : ada minimum capital requirement dan minimum liquidity. • Basel II berhubungan dengan bank (internasional), kecuali di EU.

  4. Mengapa diperlukan regulasi perbankan • Systemic risk : kegagalan bank menyebabkan dampak lebih dari sekedar ke stakeholder langsung (karyawan, pemegang saham, pelanggan), namun juga ke seluruh ekonomi. • Solvency bank menjadi concern bagi : karyawan, pemegang saham, nasabah, dan juga pengelola ekonomi negara • Dahulu kebutuhan modal dinyatakan sebagai persentase dari kredit • Kebutuhan modal untuk bank dengan risiko rendah (memiliki banyak surat hutang pemerintah) dengan yang berisiko tinggi sama besarnya. • Diperlukan regulasi yang menghubungkan kebutuhan modal dengan risiko yang diambil bank. • Semakin besar risiko yang diambil bank  semakin besar modal yang diperlukan

  5. Regulasi Bank • Basel Committee on Banking Supervision berusaha melakukan standarisasi perhitungan risk-based capital bagi bank • Basel Capital Accord yang pertama pada 1988 hanya mengcover credit risk. Hanya boleh menggunakan standardized approach. • Hubungan modal dan risiko masih lemah • Market Risk Amendment (1996) ditujukan untuk memperbaiki sensitivitas risiko dari Basel I. • Bank boleh menggunakan model internal untuk menghitung market risk, selain standardized approach. • New Accord (Basel II) diadopsi pada 2004 dan akan diimplementasikan pada 2006/7 • Menghubungkan capital bank langsung dengan risiko yang dimilikinya • Market risk tidak berubah dari Amendment 1996 dan revisi berikutnya • Provisi untuk risiko lainnya ketika menghitung risk-based capital bank; namun ini tidak di-cover oleh pendekatan model (Pillar 2) • Risiko yang dicover : credit risk, market risk, operational risk, ‘other’ risk

  6. Basel I vs II

  7. Market risk • Market risk adalah risiko kerugian pada posisi on- dan off-balance sheet yang timbul karena pergerakan harga pasar. • Kelompok risiko yang berasal dari perubahan suku bunga, nilai tukar, harga pasar untuk saham dan komoditas. • Risiko pasar dapat berasal dari : • Traded market risk – dari perdagangan instrumen di pasar, seperti bond. • Interest rate risk in the banking book – karena struktur dari bisnisnya, misalnya pada aktivitas lending dan deposit taking.

  8. RISIKO PASAR • KELOMPOK (GENERAL MARKET RISK): • Kepala Suku, Punya Saham (TRADING BOOK) • Ditukar, Komoditi (TRADING dam BANKING BOOK) • SUMBER : • Traded Market Risk (trading book) • Interest Rate Risk in the Banking Book (banking book) • KOMPONEN: • General • Specific (rating)

  9. Credit Risk • Credit risk adalah risiko kerugian berhubungan dengan kemungkinan suatu counterparty akan gagal memenuhi kewajibannya • Teknik dan kebijakan untuk mengelola risiko kredit guna meminimalkan kemungkinan atau akibat dari kerugian kredit disebut credit risk mitigation • Grading model untuk masing-masing loan • Menentukan PD dari setiap debt • Digunakan untuk pengukuran risiko kredit • Portfolio management dari loan • Lending tidak terkonsentrasi pada satu industri atau area geografis • Menggunakan cohort analysis • Securitization • Mem ”package” dan menjual portfolio kredit sebagai sekuritas • Collateral • Cash flow monitoring • Recovery management

  10. Operational risk • Operational risk adalah risiko kerugian akibat kegagalan proses internal, akibat faktor manusia dan sistem, atau akibat kejadian eksternal • Ada 5 subkategori : proses, manusia, sistem, kejadian eksternal, legal (hukum) • Basel II mengharuskan bank mengkuantifikasi operational risk, mengukurnya dan mengalokasikan modal untuk operational risk sama dengan credit dan market risk. • Kejadian high frequency/low impact diganti kejadian low frequency/high impact, karena • otomatisasi • ketergantungan pd teknologi • outsourcing • terorisme • meningkatnya globalisasi • insentif dan trading – ‘rogue trader’ • kenaikan nilai dan volume transaksi • kenaikan litigasi.

  11. ‘Other’ risk • Definisi operational risk Basel II tidak memasukan business, strategic, dan reputational risk. Dimasukkan dalam pilar 2 • Risiko Bisnis (Business risk) : risiko berhubungan dengan posisi kompetitif bank, dan prospek bank untuk berhasil dalam pasar yang terus berubah • Misal, bank yang memberikan kredit kepada nasabah berkualitas rendah (Best Bank, Boulder) • Strategic risk adalah risiko berhubungan dengan keputusan bisnis jangka panjang. Berhubungan dengan investasi, akuisisi, dan divestasi. • Contoh : kerugian ketika Midland Bank membeli Crocker Bank • Reputational risk adalah risiko dari potensi kerugian bagi perusahaan karena opini publik yang negatif. • Contoh : masalah software pada internet bank yang menyebabkan nasabah bisa melihat account nasabah lainnya. Bisa menyebabkan ketakutan pada internet banking.

  12. Konsekuensi kegagalan mengelola risiko bank • Selain kerugian finansial secara langsung, risk event dapat menimbulkan dampak pada stakeholder bank – pemegang saham, karyawan, pelanggan – juga ekonomi. • Kerugian pemegang saham (contoh kolapsnya BCCI, 1991) : • Kerugian total dari investasi apabila bank kolaps • Pengurangan nilai investasi • Kehilangan dividen karena penurunan profit perusahaan • Kewajiban dari kerugian – pemegang saham mungkin ikut bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi. • Kerugian karyawan : • internal disciplinary proceedings • kehilangan pendapatan, misal pengurangan bonus atau gaji • kehilangan pekerjaan, misal bangkrutnya Orange County menyebabkan pemecatan sejumlah karyawan.

  13. Konsekuensi kegagalan mengelola risiko bank • Konsekuensi risk event bagi nasabah ikut meningkatkan kebutuhan akan regulasi bank secara spesifik, bukan regulasi untuk industri jasa keuangan secara keseluruhan • Risiko yang langsung dirasakan dampaknya oleh nasabah adalah operational risk. Nasabah bisa merasakan melalui : • kualitas servis yang buruk atau salah • interupsi pelayanan parsial • persepsi kurangnya keamanan ataupun yang sesungguhnya • Menurunnya pelayanan secara keseluruhan.

  14. Dampak ekonomi dari risk event • Pro-cyclicality effect : banks ‘over lent’ pada saat boom dan ‘under lend’ pada saat resesi. • Menyebabkan bubble pada saat boom. • Basel II dikritik menyebabkan procyclicality karena menghu-bungkan regulatory capital dengan credit grading model. • Contoh dampak ke ekonomi : Long Term Capital Mgmt (LTCM) • Krisis likuiditas jarang terjadi pada retail banking, namun lebih sering terjadi pada wholesale banking. • Untuk mengurangi dampak dari krisis likuiditas diperlukan : • Meningkatkan kewaspadaan bagi supervisor • Reaksi yang cepat dari bank sentral • Monitoring ketat oleh manajemen bank. • Sarbanes Oxley Act : tanggungjawab dan akuntabilitas korporat • Dikeluarkan karena kasus Enron, Worldcom

  15. Regulasi bank di Indonesia • Undang-undang perbankan (1992 dan 1998) : dua jenis bank • Bank komersial (commercial bank) : memberikan jasa keuangan lengkap termasuk jasa foreign exchange, memiliki akses ke sistem pembayaran dan memberi jasa perbankan yang umum. • Bank Perkreditan Rakyat, atau BPR, jauh lebih kecil dari bank komersial dan biasanya beroperasi secara lokal. Menerima deposit tapi tidak memiliki akses pada sistem pembayaran.

  16. Regulasi • Indonesian Banking Architecture (API) : menentukan arah, ringkasan, dan struktur kerja untuk industri perbankan dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan. • Perubahan tersebut akan diimplementasikan secara bertahap meliputi obyektif berikut : • menguatkan struktur sistem perbankan nasional • meningkatkan kualitas regulasi perbankan • meningkatkan fungsi pengawasan • meningkatkan kualitas manajemen dan operasi bank • mengembangkan infrastruktur perbankan • mengembangkan proteksi pelanggan.

  17. Risk Management dan Regulasi di Perbankan

  18. Modal dan likuiditas • Bank adalah spesial karena permasalahan di sektor perbankan bisa berdampak serius ke keseluruhan ekonomi • Masalah bank  kehilangan dana depositor  diperberat gearing yang tinggi dari bank (highly geared/highly leveraged). • Sumber daya utama untuk memastikan solvency bank adalah kecukupan modal (capital). • Insolvency adalah ketidakmampuan suatu perusahaan membayar klaim yang jatuh tempo • Tanpa mekanisme manajemen likuiditas, kondisi illiquidity bisa menyebabkan insolvency • Diperlukan dukungan bank sentral sebagai ‘lender of last resort’ untuk menjaga kestabilan sistem finansial.

  19. Stabilitas finansial dan moneter • Financial stability adalah pemeliharaan kondisi dimana kapasitas institusi finansial dan pasar untuk memobilisasi dana secara efisien, menyediakan likuiditas, dan mengalokasikan investasi tidak terganggu • Financial stability bisa terjadi meski ada kegagalan periodik dari individu institusi keuangan. • Stabilitas moneter (Monetary stability) : stabilitas nilai uang (yaitu inflasi yang rendah dan stabil). • Meski keduanya sering terjadi pada saat bersamaan, kadang-kadang keduanya tidak terjadi secara bersamaan. • Satu alasan mengapa kebijakan moneter yang sukses tidak menciptakan financial stability adalah gelombang liberalisasi yang pada 1970-an dan 1980-an yg meningkatkan kompetisi • Liberalisasi pasar keuangan meningkatkan tekanan kompetisi pada bank melalui : • mengurangi margin dari bisnis mereka • menciptakan gelombang pemain baru  meningkatkan kompetisi. • Liberalisasi mendorong bank mencari risk yang lebih tinggi demi return yang tinggi. Regulator menyadari perlu regulasi yang baru.

  20. Original Basel Accord • Basel Committee terdiri dari perwakilan bank sentral dan supervisor perbankan dari 11 negara G10 ditambah Spanyol dan Luxemburg. • Tujuan Basel I Accord : • Memperkuat daya tahan (soundness) dan stabilitas sistem perbankan internasional • Menciptakan framework yang adil untuk mengukur kecukupan modal pada bank yang aktif secara internasional • Mengupayakan framework yang bisa diaplikasikan secara konsisten dengan prinsip mengurangi ketidakadilan persaingan antar bank-bank yang aktif secara internasional • Basel I menggunakan risk-weighted asset, yaitu kategori aset neraca dikalikan dengan risk-weight. • RWA digunakan untuk menghitung kebutuhan modal. • Risk weight (0%, 10%, 20%, 50%, 100%) didasarkan pada persepsi relatif credit risk yang terkait dengan tiap kategori aset.

  21. Menghitung RWA & kebutuhan modal • Bank A wajib mengikuti aturan Basel I, dan memberikan kredit sebesar USD 100 juta pada bank non OECD untuk jangka waktu enam bulan. Risk-weighed asset & kebutuhan modal dari kredit adalah : • Kredit yang diberikan USD 100m • Risk weight 20% • RWA USD 20m (100m * 20%) • Target capital ratio adalah rasio capital yang memenuhi syarat terhadap risk-weighted asset (RWA) bagi bank internasional. Target capital ratio minimal = 8% • Kebutuhan modal USD 1.6m (USD20m x 8%) • Basel tidak menetapkan bahwa ketentuan 8% harus diterapkan secara universal pada semua bank dalam jurisdiksi supervisor nasional, karena minimum regulatory capital ratio untuk bank harus merefleksikan risiko selain credit risk.

  22. Credit risk equivalence • Bank perlu memasukan eksposure off-balance sheet (OBS) dalam RWA • Contingent liability, seperti misalnya guarantees, options, acceptances atau warranties • Neraca tidak mencatat kontrak, hanya hasilnya • Basel Committee menentukan konsep credit risk equivalence untuk meng-konversi OBS menjadi loan equivalent. • Derivatif adalah instrumen finansial dimana jumlah pokok dari transaksi biasanya tidak dipertukarkan. Jenis-jenis derivatif. • interest rate swaps dan options, forward rate agreements, interest rate futures • exchange rate swaps dan options, forward foreign exchange contracts, currency futures (tidak termasuk kontrak dengan original maturity kurang dari 14 hari) • Kontrak terkait precious dan non-precious metals mirip dengan di atas • equity contracts mirip dengan di atas • Perhitungan loan equivalent untuk derivatif menggunakan : (1) current exposure method, atau (2) original method

  23. Menghitung Beban Modal (BM) • POSISI DIRECT/ON BALANCE SHEET BM = RW X A X 8% (ATMR = RW X A) • POSISI OFF BALANCE SHEET CONTINGENT: BM = CF X RW X A X 8% (ATMR = CF X RW X A) • POSISI OFF BALANCE SHEET DERIVATIVES: BM = 50% X RW X CE X 8% (ATMR = 50% X RW X CE)

  24. Menghitung Beban Modal (BM) • POSISI OFF BALANCE SHEET DERIVATIVES: BM = 50% X RW X CE X 8% • CREDIT EQUIVALENT (CE): • CURRENT EXPOSURES METHOD: CE = MTM +NOTIONAL AMOUNT X TABEL • ORIGINAL EXPOSURES METHOD: CE = NOTIONAL AMOUNT X TABEL ADD ON

  25. Return on regulatory capital • Return on regulatory capital adalah ukuran kinerja yang digunakan untuk memastikan bahwa suatu transaksi mendatangkan return yang cukup bagi bank untuk menghasilkan capital baru. • ROEC = NI/RC

  26. Struktur modal • Dalam Basel I juga ditetapkan kerangka untuk struktur capital bank, sering disebut ‘eligible capital’ • Untuk kebutuhan regulatory capital, bank dapat memiliki capital dalam dua tier : • Tier 1 – saham biasa yang diterbitkan dan dibayar penuh dan non-cumulative perpetual preferred stock dan disclosed reserves. • Tier 2 - undisclosed reserves, asset revaluation reserves, general provisions dan general loan loss reserves, hybrid capital instruments dan subordinated debt. • Tier 2 capital tidak boleh lebih dari 50% total capital untuk credit risk. • Tier 3 capital : hanya bisa digunakan untuk market risk • Capital base tidak boleh memasukan: • goodwill • investasi pada bank dan perusahaan keuangan yang tidak dikonsolidasi • investasi pada capital dari bank dan perusahaan keuangan lainnya (tergantung diskresi supervisor nasional) • investasi minoritas pada entitas tidak terkonsolidasi (misal associate bank)

  27. BASEL: BI (PBI): T1, T2, T3

  28. Market risk amendment • Basel I sering dikritik karena kurang sensitif terhadap risiko • Diperbaiki dengan Market Risk Amendment (1996) • Pengukuran market risk boleh menggunakan internal model. • Pertama kali regulasi berdasarkan risiko yang sesungguhnya. • Yang boleh digunakan adalah model Value at Risk (VaR) • Model VaR memperkirakan kemungkinan kerugian maksimum pada portfolio yang terkena market risk dari bank • untuk suatu periode waktu tertentu • dengan suatu degree confidence statistik tertentu • Periode holding dari transaksi dikenal sebagai VaR Horizon : ukuran yang sering digunakan adalah daily value at risk (DVAR) • “Portfolio trading memiliki DVaR USD 5 juta pada level 95%” • “Selama periode satu hari trading ada 5% kemungkinan (100% - 95%) kerugian portfolio melebihi USD 5 juta” • Tidak ada perkiraan seberapa besar kerugian melewati $5 juta. • Pendekatan twin-track menilai kelayakan bank dalam penerapan model kuantitatif, dan penilaian kualitas dari proses yang mendukung implementasi model di bank.

  29. Kelemahan Basel I • Basel I Accord tidak melihat bahwa modal yang dimiliki bank harus sebagian terkait dengan kualitas kredit dari debitur, penerbit sekuritas, dan counterparty penjamin. • Bank dengan lending ke perusahaan berkualitas kredit tinggi memerlukan modal yang sama dengan ke perusahaan yang berkualitas rendah. • Pada tahun 1999, Basel Committee mulai bekerja dengan bank-bank utama dari negara anggota untuk pengembangan Capital Accord baru. • Ada potensi bahwa EU akan mengadopsi Basel II Accord sebagai dasar bagi regulasi capital dari bank dan perusahaan jasa keuangan • Karena tidak adanya definisi mengenai bank yang seragam di antara negara-negara anggota • Basel II Accord akan menjadi dasar arahan bagi aturan kecukupan modal di EU – the Capital Requirement Directive (CRD).

  30. BASEL II CAPITAL ACCORD PILLAR 1: ICAAP (KPMM) PILLAR 2: SPV. REVIEW PROCESS PILLAR 3: MARKET DISCIPLINE • Kepatuhan pada ketentuan modal minimum • Risiko-risiko di luar risiko di Pilar 1 (dan bukan risiko likuiditas • Kepatuhan pada ketentuan model internal DISCLOSURES • PASAR: • SA • IMA SREP (SUPERVISORY REVIEW AND EVALUATION PROCESS): • Diseminasi informasi material ke publik • Memungkinkan masyarakat mengevaluasi bank • Pasar ikut mendisiplinkan bank • KREDIT: • SA • FIRB • AIRB • OPERASIONAL: • BIA • SA • AMA

  31. Modal Minimum dan Modal aktual • Dalam praktek banyak bank yang saat ini memiliki rasio permodalan minimum sebesar 10% sampai 12%, jauh di atas kebutuhan modal minimum. Ada beberapa alasan : • Regulatory ratio adalah batas minimum. Oleh karena itu pengelolaan bank pada umumnya memilih menjaga ratio capital berada di atas angka minimum yang ditentukan oleh supervisor • Di AS dan UK misalnya, supervisor menentukan rasio modal terhadap RWA secara spesifik untuk masing-masing bank, biasanya melebihi minimum dari yang ditetapkan Basel. Sehingga ‘surplus’ tsb tidaklah terlalu besar bila dibandingkan dengan ratio dari regulator. • Model ‘economic capital’ ini dapat saja menghasilkan kebutuhan modal yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang diatur dalam Basel II. • Rencana pertumbuhan bank baik secara ‘organik’ maupun melalui akuisisi, kemungkinan akan membutuhkan modal yang lebih banyak untuk mendukung rencana pertumbuhan tersebut.

  32. Chapter 4 - Konsep dasar dari Market risk dan Treasury risk

  33. Market Risk • Market risk = Risiko kerugian akibat posisi yang tercatat pada on- dan off-balance sheet karena pergerakan faktor pasar • Komponen Market risk : • Risiko Spesifik (specific risk) –akibat faktor issuer dari sekuritas. Contoh: Harga turun karena rating dari issuer memburuk. Dampak: hanya pada sekuritas yang diterbitkan issuer ini. • Risiko pasar secara umum (general market risk) –pada kelompok jenis instrumen tertentu. Contoh: Kenaikan bunga SBI menyebabkan harga pasar bond turun • General market risk dapat dibagi menjadi: risiko suku bunga (interest rate risk), risiko posisi ekuitas (equity position risk), risiko nilai tukar (foreign exchange risk), risiko posisi komoditas (commodity position risk). • Interest rate risk : potensi kerugian akibat perubahan tingkat bunga, yang menyebabkan perubahan harga pasar dari posisi. Contoh : Orange County (1994) ketika berspekulasi bahwa bunga akan turun atau tetap rendah.

  34. Market Risk • Equity position risk : potensi kerugian akibat fluktuasi harga saham. Contoh : Morgan Grenfell Private Equity (2001) menderita kerugian dari saham EM.TV • Foreign exchange risk : potensi kerugian akibat fluktuasi nilai tukar. Contoh : PT Telkom (1998) yang meminjam dalam $ kemudian dikonversi ke rupiah. • Commodity position risk : potensi kerugian akibat fluktuasi harga komoditas. Contoh : Sumitomo (1996) merugi akibat perdagangan tembaga yang tidak sah oleh trader-nya. • Harga pasar dipengaruhi oleh : • Supply dan demand • Liquidity • Intervensi pemerintah/BI • Arbitrage • Event ekonomi/politik dan bencana alam : berdampak jangka pendek • Fundamental ekonomi : berdampak jangka panjang

  35. Perkembangan aktivitas trading: strategi trading • Strategi ‘matched book’ strategy : posisi bank dibuat selalu square. Risiko yang tersisa: beda waktu saat transaksi dengan nasabah dilakukan dan saat upaya squaring dilakukan • Strategi kedua: Mengelola posisi dengan melakukan ‘covering deals’ atau hedging, dengan wewenang trading desk, yang dapat melakukan trade kalau pasar sedang menguntungkan. • Ditetapkan ‘market risk limit’/ untuk membatasi risiko kerugian setiap saat • Posisi bank dapat untuk kepentingan nasabah, atau untuk kepentingan bank sendiri/ proprietary trading. • Strategi ketiga: Bank menjadi ‘market maker’ untuk produk tertentu.

  36. Manajemen posisi dan hedging • Trader diberi wewenang untuk memelihara posisi, dan melakukan pengelolaan market risk pada trading book secara terus menerus pada dealing rooms. • Aktivitas ini memerlukan pengawasan melekat oleh pihak independen • Traders dapat melakukan ‘hedge’ dengan mengambil posisi tertentu pada underlying instrument maupun instrumen yang berbeda. • Hedging bisa dilakukan secara penuh atau sebagian (bila traders memiliki pandangan bahwa posisi akan menguntungkan). • Bank melakukan hedging melalui transaksi derivative karena : credit risk lebih kecil, kebutuhan dana lebih kecil, kebutuhan modal lebih kecil, likuiditas lebih baik, dan biaya transaksi lebih murah. • Biasanya akan selalu terdapat residual risk yang tidak terlindung yang harus dikelola dan dimonitor. Salah satu residual risk adalah basis risk. • Basis risk adalah risiko perubahan hubungan antara nilai pasar posisi risiko dan nilai pasar instrumen hedge • Contoh basis risk : financing dengan LIBOR dan aset prime rate.

  37. Pengembangan produk baru • Unsur penting untuk mengawasi aktivitas trading adalah adanya unit independen yang menentukan prosedur persetujuan yang ketat yang melibatkan berbagai unit dalam bank kalau bank ingin meluncurkan produk baru.

  38. Instrumen trading : transaksi valas • ‘vanilla’ : instrumen yang paling sederhana • Spot foreign exchange : transaksi yang akan menjadi efektif dua hari kemudian, yang disebut dengan spot date • Forward foreign exchange adalah transaksi dengan settlement lebih dari dua hari. • Jangka waktu settlement sampai 1 tahun, beberapa lebih dari setahun • Risiko nilai tukar dan risiko suku bunga • Foreign exchange rate swap adalah kombinasi dari transaksi spot dan forward. • Kedua pihak melakukan transaksi spot pada spot rate dan pada saat yang sama melakukan transaksi forward pada forward rate, dengan jumlah pokok yang sama dalam mata uang lokal • Beda antara rate spot dan forward mencerminkan beda suku bunga dari dua valuta

  39. Instrumen Trading • Loans dan deposits adalah transaksi antar bank dengan bunga fixed untuk periode sesuai perjanjian. • Jangka waktu mulai overnight s/d 5 th, sebagian besar < 1 th • Pasar uang antar bank adalah tempat dimana bank melakukan transaksi (pinjaman dan penempatan). Tujuan : 1) memperoleh likuiditas dan 2) spekulasi pergerakan bunga • Risiko suku bunga. • Obligasi atau bond adalah surat hutang jangka panjang yang dapat diperdagangkan, diterbitkan oleh penerbit (issuer). • Investor (holder) membayar sebesar pokok obligasi tersebut. • Penerbit bond berkewajiban membayar holder bunga (coupon) secara periodik sebelum bond jatuh tempo, dan membayar pokok hutang pada saat bond jatuh tempo. • Risiko : interest rate risk, credit risk (kualitas rating dari issuer)

  40. Instrumen trading: equity & commodity trading • Equity trading adalah jual beli saham perusahaan yang diperdagangkan di bursa. • Saham biasa adalah bukti kepemilikan perusahaan. • Pemilik menerima dividen dan kenaikan harga saham (capital gain) • Risiko : risiko ekuitas umum (general equity risk), dan risiko spesifik • Commodity trading adalah transaksi jual beli komoditas yang diperdagangkan pada pasar sekunder • Tersedia pasar spot dan forward untuk berbagai macam komodiitas • Posisi spot komoditas : risiko komoditas ; posisi forward : risiko komoditas + suku bunga.

  41. Instrumen Derivatif: Futures • Fitur utama dari kebanyakan produk derivatif adalah bahwa tidak ada transaksi pada pokok instrumen. • Mengurangi risiko kredit dan risiko settlement • Kontrak mengenai selisih harga (‘contracts for difference’) • Derivatives bisa diperdagangkan pada bursa (exchanges) dan over-the-counter (OTC) market • Kontrak futures (janji penyerahan di masa depan) diperdagangkan di bursa • Jumlah fixed per contract • Tanggal penyerahan fixed • Syarat penyerahan sudah ditetapkan • Mark to market harian dan adanya sistim margin calls • Penyerahan fisik jarang dilakukan, biasanya settelement dilaksanakan secara tunai

  42. Interest rate swap, currency swap & FRA • Interest rate swap : kedua belah pihak saling menukar arus kas dari suku bunga tanpa perlu menukar pokoknya. • Vanilla swaps pada umumnya meliputi pembayaran bunga fixed yang dipertukarkan dengan floating rate index • Interest rate swaps menimbulkan risiko suku bunga • Currency swap : bunga dalam US dollar ditukar dengan bunga dalam valuta euro (berbeda mata uang) • Pokok dipertukarkan pada spot rate • Menimbulkan interest rate risk pada kedua valuta dan risiko nilai tukar • Forward rate agreements (FRAs) memungkinkan bank mengambil posisi pada forward interest rates. • Tidak ada pertukaran pokok, pada saat kontrak jatuh tempo, dilakukan cash settlement, yaitu selisih dari rate dalam kontrak dengan rate LIBOR rate

  43. Option contract • Option memberi hak pada pembeli, tapi bukan kewajiban • Transaksi dasar (underlying transaction) akan terlaksana apabila rate menguntungkan bagi pembeli opsi • Penjual mempunyai risiko tak terbatas, menerima premi

  44. Option contract • Harga Option didasarkan pada kemungkinan option tersebut dilakukan eksekusi. Unsur utama dari nilai option adalah: • Tingkat strike price relatif terhadap harga pasar berlaku. • Jangka waktu berlakunya option : semakin panjang waktu ke maturity semakin tinggi nilai option • Volatilitas dari harga pasar. Semakin volatile harga, semakin tinggi harga option • Pembeli option harus memilih Strike price dan jangka waktu option. • Volatility adalah ukuran statistik yang diperoleh dari data historis perubahan harga, meski pasar sering menggunakan expected volatility. • Volatilitas meningkat dengan peningkatan waktu ke maturity

  45. Pricing mark-to-market • Fungsi kontrol untuk mengelola operasional trading adalah memastikan bahwa terhadap posisi terbuka trading setiap hari dilakukan penilaian kembali sesuai dengan harga pasar yang berlaku : marking-to-market. • Instrumen finansial dgn arus kas dimasa depan dinilai dengan cara menghitung present value dari future cash flows • Produk dengan cash flow dimasa depan sensitif terhadap perubahan satu atau lebih titik pada yield curve. • Jenis utama dari yield curves terkait dengan bunga adalah: • Cash • Derivatives • Bond • Basis • Bond, equity, spot foreign exchange dan transaksi spot commodity dinilai atas dasar selisih antara original traded price dan current market price • Forward foreign exchange rates ditentukan dengan menyesuaikan current spot rate dengan suatu forward margin tertentu • Forward margin = spot x interest differential x (day / 360)

  46. Proses mark-to-market • Harga pasar bisa diperoleh dari : • Broker yang aktif di pasar • Harga resmi : • LIBOR dari British Bankers Association • Futures dan options on futures diperoleh dari bursa berjangka (futures exchanges) • Harga pasar dari transaksi digunakan untuk berbagai tujuan: • Perhitungan rugi laba • Perhitungan counterparty risk • Perhitungan collateral untuk transaksi OTC • Margin call oleh bursa berjangka • Settlement transaksi dengan counterparty

  47. Nature treasury risk • Treasury risk adalah risiko kerugian pada aktivitas Treasury dari bank. • Treasury sebenarnya dapat mengelola berbagai risiko pada unit treasury risk management, tetapi program sertifikasi hanya akan mengcover: • interest rate risk pada banking book • liquidity risk • capital management. • Risiko tersebut diatas dan masalah terkait (seperti konsentrasi asset dan liability, kemampuan akses pada dana bank sentral, payment systems, kebutuhan agunan dsb.) dicover oleh fungsi asset and liability management (ALM).

  48. Asset Liability Management • Tujuan utama dari asset and liability management : mengelola risiko pada neraca bank dan memastikan bahwa interest rate risk yang melekat pada aktifitas bisnis bank tidak menurunkan stabilitas pendapatan bank. • Pendapatan bank terutama adalah Net Interest Income (NII) dari bank • Nilai tunai (net present value) dari arus NII selama periode tertentu merupakan komponen utama dari nilai pasar bank. • Stabilisasi NII  stabilisasi nilai bisnis (business value) bank • ALM mencakup interest rate risk in the banking book dan liquidity risk. • Interest rate risk in the banking book : risiko kerugian akibat bank memiliki posisi yang terpengaruh pergerakan suku bunga karena struktur bisnis bank, seperti aktifitas memberikan kredit dan menghimpun dana pihak ketiga • Contoh : Savings and Loan : mark-up nilai properti dan mismatch antara kewajiban dan aset S&L. • Interest rate risk in the banking book tidak dibahas secara detil pada Basel II, namun pada paper yang diterbitkan Juli 2004.

  49. Aktivitas ALM • Selain stabilisasi nilai bisnis, ALM juga memperhatikan: • Pemeliharaan struktur likuiditas dari bisnis • Masalah yang dapat mempengaruhi struktur neraca bank. • Masalah yang memberikan dampak pada stabilitas pendapatan pada periode mendatang. • Bank International mempunyai struktur modal dengan dominasi valuta domestik, tapi pendapatan dan aset terdiri dari valuta lainnya. Kondisi ini menimbulkan risiko nilai tukar pada pendapatan bank. • Present dan future profits dari aktifitas internasional menjadi volatile ketika dihitung dalam mata uang domestik • Modal dalam valuta domestic yang dialokasikan pada aktifitas internasional menyebabkan rasio capital to assets menjadi volatile ketika nilai tukar berubah.

  50. Aktivitas ALM (2) • Pengelola aktiva passiva harus memahami: • Neraca bank komersial tidak terdiri dari kumpulan aktiva dan passiva yang stabil (kredit baru dan deposits terus berubah) • Repricing dari aktiva dan passiva pada neraca bank komersial tidak dapat dihitung secara kontraktual (ada perbedaan timing yang cukup besar antara perubahan rate pasar dan perubahan bunga kredit serta bunga dana). • Seringkali tidak terdapat korelasi antara produk retail dan wholesale rates untuk menetapkan pricing dari assets dan liabilities (sejumlah masalah pemasaran mempengaruhi keputusan repricing dari produk retail yang tidak mempengaruhi harga produk wholesale) • Produk retail sering termasuk unsur opsi yang melekat (embedded options) yang seringkali dilakukan exercise secara tidak rasional. (nasabah retail seringkali mempunyai hak untuk melakukan terminasi kontrak kapan saja)

More Related