1 / 24

Pengaruh Budaya Hindu di Bali Pertemuan 8

Pengaruh Budaya Hindu di Bali Pertemuan 8. Matakuliah : U0022 | SEJARAH SENI RUPA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA 1 Tahun : 2009/2010. PERIODISASI SENI BUDAYA BALI. Periode antara abad 8-10 M yaitu masa “ Bali Kuna ” ( purba )

isaura
Download Presentation

Pengaruh Budaya Hindu di Bali Pertemuan 8

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Pengaruh Budaya Hindu di BaliPertemuan 8 Matakuliah : U0022 | SEJARAH SENI RUPA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA 1 Tahun : 2009/2010

  2. PERIODISASI SENI BUDAYA BALI • Periode antara abad 8-10 M yaitu masa “Bali Kuna” (purba) • Periode antara abad 10-13 M yaitu masa “Hindu Bali” (klasik) • Periode antara abad 13-19 M yaitu masa “Bali Pertengahan” (madya) • Periode abad 20 M yaitu masa “Bali Baru” (modern)

  3. BALI PURBA • Hasil Seni Rupa Bali Purba merupakan hasil Seni Rupa Prasejarah: • Tidak berbeda dengan Seni Rupa Pra Sejarah di daerah lain • Berdasarkan pada kepercayaan animisme/dinamisme, kultus kesuburan dan kultus nenek moyang • Peninggalan-peninggalan pra sejarah Bali bayak ditemukan pada masa Megalitikum • Tradisi Seni Rupa Bali Purba (Bali Aga) masih hidup diantaranya di Desa Tenganan dan Trunyan

  4. DESA TENGANAN | BALI AGA

  5. DESA TENGANAN Kain Pegringsingan dihasilkan dengan teknik ikat ganda. Motifnya mendapat pengaruh kuat dari kain patola India. Kain ini dipercaya dapat membawa kesembuhan. Wanita Tenganan mengenakan kain Pegringsingan

  6. DESA TRUNYAN Desa Trunyan dikenal dengan tata cara kematian yang unik, yaitu jenazah tidak dikuburkan tapi hanya diletakkan di atas permukaan tanah begitu saja. Sangkar bambu dipasang untuk melindungi jenazah yang diletakkan.

  7. DESA TRUNYAN Kumpulan tengkorak di bawah pohon Banyan Pohon Banyan yang lebat

  8. SENI RUPA BALI KLASIK • Ciri-ciri Seni Rupa Bali Klasik: • 1. Masih meneruskan tradisi seni rupa Prasejarah yaitu menggunakan ragam hias dan kepercayaan animisme dan dinamisme. • 2. Pada masa ini muncul kerajaan-kerajaan Bali yang cukup kuat, seperti : Gianyar, Tabanan, Buleleng, Singaraja, Klungkung, Badung • 3. Meski mendapat pengaruh dari seni-seni Jawa Timur (Kerajaan Majapahit) telah memperlihatkan ciri khas yang berbeda dengan Seni Rupa Jawa Hindu • Karya Arsitektur Bali Klasik: Candi, Pura, Istana (Puri)

  9. SENI RUPA BALI MADYA • Ciri-ciri Seni Rupa Bali Madya pada umumnya: • Bersifat sakral, seni didedikasikan untuk religi (agama Hindu). Segala aktivitas seni berhubungan dengan kegiatan keagamaan. Oleh karena itu kegiatan seni harus sesuai dengan aturan agama. Masyarakat juga harus memiliki keterampilan seni. • Diterapkan secara merata keseluruh lapisan masyarakat, baik itu di kalangan aristokrat maupun rakyat jelata, sehingga dapat dikatakan bersifat terbuka. • Berhubungan dengan nilai tradisi dan seni merupakan bagian dari upacara adat yang mencakup segala bentuk seni, dari seni rupa hingga seni pertunjukan.

  10. SENI RUPA BALI BARU • Ciri-ciri Seni Rupa Bali Madya pada umumnya: • Masih melanjutkan perkembangan seni rupa Bali Pertengahan. Pengaruh agama dan kepercayaan yang kuat pada masyarakatnya menjadi dasar perkembangan • Meskipun demikian, muncul faktor eksternal dengan masuknya seniman Barat khususnya pelukis Barat yang turut mempengaruhi gaya lukis seniman lokal, dengan mengubah pandangan yang semula seni hanya ditujukan untuk kepentingan agama, menjadi lebih memiliki kebebasan tujuan, termasuk untuk mencari nafkah. Pada masa ini berdirilah Pitamaha, perkumpulan seniman modern Bali. • Berkembangnya pariwisata di Bali

  11. CANDI GUNUNG KAWI Gunung Kawi merupakan kumpulan deretan candi yang buat dengan cara dipahat pada tebing batu. Namun yang tampak hanyalah tampak muka/depan saja. Berfungsi sebagai tempat bermeditasi atau bersemedi.

  12. Pura • Bale Kulkul • Bale Gong • Gedong Sinub Westra • Peranteng • Piasan Pedanda • Apit Lawang • Pesantian • Piasan Dauh • Piasa Ratu Gede • Pelinggih Gedong • Padmasana • Pewedaan Betara • Pewedaan Pemangku • Pasemang

  13. KARANG BOMA Goa Gajah Karang Boma, ornamen yang serupa dengan ornamen Kala di atas pintu candi Jawa

  14. Bale Kulkul | kulkul merupakan alat komunikasi Meru, atap bertumpuk di dalamnya tersimpan benda-benda pusaka

  15. Ider ider

  16. Pura Candi Bentar sebagai gerbang Kori Agung, gerbang yang menyatukan sepasang bentar Meru, atap bertumpuk, biasanya berjumlah ganjil, melambangkan gunung suci maha meru

  17. PURA Meru Ulun Danu http://www.denieksukarya.com Pura Besakih Kolam Tirta Empul Taman Ayun

  18. pengaruh majapahit Meru Ulun Danu Kori Agung Pura Maospahit Puri Gede, Mengwi | menggunakan hiasan keramik Cina dan Belanda

  19. Gaya Lukis Kamasan Ider-Ider Tintya, dewa tertinggi Hindu Bali pada sekelilingnya terdapat aura

  20. persembahan Berbagai sesajen Tjili sering disertakan dalam sesajen Lamak Tjili, lambang kesuburan, ornamen perwujudan Dewi Sri. Penjor, panji-panji dari janur

  21. Topeng Bali Aneka topeng Bali yang cenderung realistik.

  22. Kain Poleng BARONG & RANGDA Barong & Rangda maupun kain poleng Bali yang menyimbolkan kebaikan dan kejahatan yang saling menyeimbangkan

  23. DAFTAR PUSTAKA • Soekmono, R. (1981). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1, 2 dan 3. Kanisius. Yogyakarta. • Miksic, John (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 1 - Ancient History. Didier Millet. Singapore • Reid, Anthony (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 3 - Early Modern History. Didier Millet. Singapore • Tjahjono, G. (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 6 - Architecture. Didier Millet. Singapore • Soemantri, H. (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 7 - Visual Art. Didier Millet. Singapore. • Fox, James (ed) (1998). Indonesian Heritage vol. 9 – Religion and Ritual. Didier Millet. Singapore • McGlynn, J.H. (ed)(1998). Indonesian Heritage vol. 10 - Language and literature. Didier Millet, Singapore

More Related