1 / 34

INFLATION TARGETING FRAMEWORK (ITF)

INFLATION TARGETING FRAMEWORK (ITF). OUTLINE. TUJUAN & TUGAS BANK INDONESIA BANK INDONESIA SEBAGAI PENGENDALI INFLASI KEBIJAKAN MONETER BANK INDONESIA INFLATION TARGETING FRAMEWORK. TUJUAN DAN TUGAS BANK INDONESIA. Tujuan dan Tugas Bank Indonesia.

hieu
Download Presentation

INFLATION TARGETING FRAMEWORK (ITF)

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. INFLATION TARGETING FRAMEWORK (ITF)

  2. OUTLINE • TUJUAN & TUGAS BANK INDONESIA • BANK INDONESIA SEBAGAI PENGENDALI INFLASI • KEBIJAKAN MONETER BANK INDONESIA • INFLATION TARGETING FRAMEWORK

  3. TUJUAN DAN TUGAS BANK INDONESIA

  4. Tujuan dan Tugas Bank Indonesia • Tujuan Bank Indonesia Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 : “Mencapai dan Menjaga Kestabilan Nilai Rupiah” • Kestabilan Nilai rupiah dicapai melalui 2 hal, yaitu : • Kestabilan nilai Rupiah terhadap barang dan jasa, yang dicerminkan oleh tingkat INFLASI. • Kestabilan Nilai Rupiah terhadap mata uang asing, yang dicerminkan oleh NILAI TUKAR (kurs/ exchange rate). • Tugas Bank Indonesia: 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 1. Menetapkan & melaksanakan kebj moneter MENCAPAI & MEMELIHARA KESTABILAN NILAI RUPIAH 3. Mengatur & mengawasi Bank

  5. BANK INDONESIA SEBAGAI PENGENDALI INFLASI

  6. DEFINISI INFLASI • Inflasiadalahkecenderungannaiknyaharga-hargabarangdanjasasecaraumumdanterusmenerusdisuatuwilayahpadaperiodetertentu (Korteweg, 1973 ; Auckley, 1978, Boediono, 2001). Misalnya : Beras 1 kg = Rp. 3000,- Inflasi Beras 1 kg = Rp. 4000,- Deflasi Beras 1 kg = Rp. 2000,-

  7. INDIKATOR INFLASI • IndeksHargaKonsumen (IHK) yaituindikator yang umumdigunakanuntukmenggambarkanpergerakanhargabarangdanjasa yang dikonsumsiolehmasyarakat. Di Indonesia, tingkatinflasidiukurdengan IHK • IndeksHargaPerdaganganBesar merupakanindikator yang menggambarkanpergerakanhargadarikomoditi-komoditi yang diperdagangkandisuatudaerah. • IndeksHargaProdusen merupakanindikator yang menggambarkanperkembanganhargaditingkatprodusen. • Deflator GDP Deflator GDP merupakanperubahandarirasioantara PDB nominal dengan PDB riil.

  8. DampakInflasi Inflasi menurunkan daya beli, terutama masyarakat miskin/ berpendapatan tetap. Kesenjanganpendapatan yang semakinmelebar • Inflasi yang tinggi menghambat investasi produktif karena tingginya ketidakpastian (mendorong investasi jangka pendek) • Inflasi yang tinggimenghambat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang

  9. Mengacu pada teori ekonomi Neo-Keynesian dalam Gordon (1997) pendekatan determinan inflasi Indonesia dapat dijelaskan, antara lain: 1. Inflasi Permintaan (demand-pull inflation) Jenis inflasi ini biasa dikenal sebagai Philips Curve inflation, yaitu merupakan inflasi yang dipicu oleh interaksi permintaan dan penawaran domestik jangka panjang 2. Inflasi Penawaran (cost-push inflation) Cost-push inflation atau juga bisa disebut supply-shock inflation merupakan inflasi penawaran yang disebabkan oleh kenaikan pada biaya produksi atau biaya pengadaan barang dan jasa 3. Ekspektasi Inflasi Faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat yang dapat bersikap adaptif atau forward looking Teori Pembentukan Inflasi

  10. Inflasi dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian : • Inflasi Inti (Core Inflation) Inflasi inti adalah inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum (faktor-faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan permintaan dan penawaran agregat) yang akan berdampak pada perubahan harga-harga secara umum dan lebih bersifat permanen dan persistent. • Inflasi Administered(Administered Price) Inflasi administered adalah inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya secara umum diatur pemerintah. • Inflasi bergejolak (Volatile Goods Price) Inflasi bergejolak adalah inflasi barang/jasa yang perkembangan harganya sangat bergejolak, umumnya dipengaruhi oleh shocks yang bersifat temporer seperti musim panen, gangguan alam, gangguan penyakit, dan gangguan distribusi. Disagregasi Inflasi

  11. Konsumsi Permintaan Output Gap Ekspor Inflasi Dunia Investasi INFLASI Eksternal INTI Nilai Tukar Produksi Penawaran Inersia Ekspektasi Impor INFLASI IHK Kebijakan Administered Pemerintah Price Impor Barang Supply INFLASI Shocks NON-INTI Penawaran Produksi/distribusi Barang Volatile Good Price Populasi Permintaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi IHK

  12. Inflasi dan Kebijakan Moneter di Indonesia TARGET INFLASI IHK DITETAPKAN PEMERINTAH (BERKOORDINASI DENGAN BI) BI BERTUGAS MENCAPAI TARGET INFLASI YANG DITETAPKAN UU Bank Indonesia No. 3 Tahun 2004, KEBIJAKAN MONETER

  13. KEBIJAKAN MONETER BANK INDONESIA

  14. Peranan Kebijakan Moneter Kesejahteraan Masyarakat Kebj. Fiskal & Sektor Riil Kebijakan Moneter Jangka Pendek Permintaan Agregat • Kestabilannilaiuang • Menjaga likuiditas • perekonomian • sustainable growth • full employment • real income • income distribution Jangka Panjang Inflasi Nilai Tukar Kebijakan Ekonomi

  15. Macam – macam Rezim Kebijakan Moneter Dalamteorikebijakanmoneterterdapatbeberapachannels dalam transmisi moneter yang diyakini oleh suatu negara dalam rangka mencapai sasaran akhir, yaitu : Monetary targeting; mendasarkanpadapengendalianuangberedar (sbgIntermediate target) danuang primer (sbg. Sasaranoperasional), denganberdasarkestabilanpermintaanuang. Exchange rate targeting;mendasarkanpadapengendaliannilaitukar (sbgintermediate target) untukmencapaisasaranakhir. Inflation targeting; memfokuskansasaranakhirpada target inflasi yang diumumkan. dengan intermediate targetnyamenggunakaninflation forecast, yang mendasarkanpadasemuachanneltransmisimoneter. Biasanyadikombinasikandengansukubungauntukpenentuan operating targetnya. Implicit Nominal Anchor (No Anchor). Tidakmenetapkansasaranakhir dan intermediate tertentu. Tergantungpenilaiandankeyakinanboards of governor. Untukoperating target biasanyamenggunakansukubunga.

  16. Evolusi Kerangka Kebijakan Moneter di Indonesia Sebelum th 2005, Bank Indonesia menggunakan pendekatan uang primer (base money) sebagai sasaran operasional. Namum dalam dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kelemahan, antara lain : Hubungan antara uang primer dengan inflasi dan pertumbuhan ekonomi semakin tidak stabil. Sinyal kebijakan moneter kepada pasar dan masyarakat kurang efektif. Respon kebijakan moneter cenderung mengarah ke belakang (backward looking) dan lebih sulit dilakukan. Uang primer lebih sulit dikendalikan oleh bank sentral karena adanya perubahan perilaku permintaan uang kartal, giral dan kuasi masyarakat di Indonesia. Sejak Juli 2005, Bank Indonesia melakukan perubahan regime kebijakan moneter, dari pendekatan base money menjadi pendekatan Inflation Targeting Framework (ITF)

  17. INFLATION TARGETING FRAMEWORK

  18. INFLATION TARGETING FRAMEWORK (ITF) Inflation Targeting Framework (ITF) adalah suatu kerangka kerja kebijakan moneter yang secara transparan dan konsisten diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi yang secara eksplisit ditetapkan dan diumumkan. • Ciri KhususITF • Pernyataan resmi (dan dikuatkan dlm UU) bhw tujuan akhir • kebijakan moneter adalah inflasi yang rendah dan stabil. • Penetapan dan pengumuman target inflasi dalam jangka • menengah-panjang. • Adanya elemen independensi, komitmen, komunikasi, • disiplin dan mekanisme akuntabilitas kebijakan moneter.

  19. Alasan Penerapan ITF -Kebijakan moneter dalam jangka menengah-panjang hanya berpengaruh langsung terhadap inflasi dan bukan pertumbuhan ekonomi. Inflasi yang tinggi dalam jangka menengah-panjang  social cost (penurunan daya beli dan uncertainty) dan menekan nilai tukar  memperburuk perekonomian. Jadi, kebijakan moneter yang baik adalah pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang. -Dapat dijadikan alat untuk memelihara kredibilitas bank sentral dalam mengendalikan inflasi. Dengan adanya transparansi target inflasi dan cara pencapaiannya, bank sentral akan dituntut komitmennya untuk mempertahankan reputasinya. -terdapat jangkar nominal yang jelas, yaitu inflasi. -Dapat memperkuat akuntabilitas bank sentral, karena adanya publikasi target inflasi maka publik dapat menilai kesuksesan atau kegagalan pencapaian bank sentral serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

  20. 4 Langkah Penguatan Kebijakan Moneter melalui ITF • Penggunaansuku bunga (disebut BI Rate) sebagai reference rate dalampengendalian moneter, sebagaipenggantisasaranoperasionaluang primer. • Penguatan proses perumusan kebijakan moneter dengan strategi antisipatif (forward looking strategy) dalam mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi ke depan. • Strategi komunikasi yang lebih transparan untuk memperkuat sinyal kebijakan moneter kepada pasar dan upaya pembentukan ekspektasi inflasi. • Penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah untuk meminimalkan tekanan inflasi dari kenaikan administered prices dan volatile foods maupun untuk sinergikebijakan ekonomi secara keseluruhan. 20

  21. Bank sentral yang independen (minimal “instrument independence”). Komitmen untuk mencapai kestabilan harga. Tidak ada dominasi fiskal. Transparansi dan akuntabilitas. Tidak ada ‘anchor’ yang lain (exchange rate harus fleksibel/floating). Kebijakan Moneter yang bersifat “forward looking” Memiliki kemampuan Operasional: Kemampuan dalam forecast inflasi Pemahaman transmisi kebijakan moneter Prosedur operasional kebijakan moneter Syarat Keberhasilan Implementasi ITF 21

  22. Kerangka Inflation Targeting Framework (ITF) OPERASI MONETER RESPON KEBIJAKAN (operational target) INDIKATOR KEBIJAKAN (intermediate target) SASARAN AKHIR Instrumen Moneter BI RATE PRAKIRAAN INFLASI SASARAN INFLASI + • Kesejahteraan msy • Trade off yg optimal antara Inflasi dan pertumbuhan ek. • Pengaruh ekspektasi • Koridor suku bunga • Struktur suku bunga • Manajemen • likuiditas OUTPUT GROWTH • Stabilisasi nilai tukar • Kebijakan moneter lain • Kebijakan perbankan • Determinan inflasi • Keterkaitan antar variabel ekonomi • Transmisi moneter + Koordinasi Pemerintah KREDIBILITAS KEBIJAKAN Model, riset, statistik, pendapat ahli, judgement • KOMUNIKASI KEBIJAKAN • Komitmen & Konsistensi • Pembentukan ekspektasi 22

  23. ResponKebijakanMoneterBI Rate sebagaiSukuBungaKebijakan • BI rate adalah suku bunga yang diumumkan oleh bank indonesia secara periodik untuk waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter • Dalam kerangka ITF, BI Rate merupakan suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter dalam merespon prospek pencapaian sasaran inflasi ke depan. • Perubahan BI Rate dilakukan dalam kelipatan 25 basis points (bps). • BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang (SBI dan PUAB) untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. • BI Rate menjadi pedoman pelaksanaan operasi moneter : • Juli 2005 s/d awal Desember melalui lelang SBI 1 bulan. • Awal 2008 s/d sekarang melalui suku bunga PUAB O/N (Pasar Uang Antar Bank Overnight)

  24. BI RATE – Respon Kebijakan Moneter -Pada saat terjadi tekanan inflasi yang membahayakan ekonomi nasional, BI rate perlu dinaikkan. -Pada saat tekanan inflasi menurun dan diperlukan stimulus pertumbuhan ekonomi, BI rate perlu diturunkan.

  25. Transmisi Kebijakan Moneter Mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah suatu proses dimana suatu kebijakan moneter dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan inflasi BI Rate 6 Saluran Transmisi Kebijakan Moneter

  26. Kebijakan Moneter & Instrumennya • KebijakanMoneteradalahKebijakan yang ditetapkandandilaksanakanoleh Bank Indonesia untukmencapaidanmemeliharakestabilannilai rupiah • Dalammelaksanakankebijakanmoneter, bank sentralmenggunakanInstrumenmoneter yang terdiriatasInstrumenLangsungdanInstrumentidaklangsung.

  27. Kebijakan Moneter & Instrumennya S B I Kontraksi F A S B I Operasi Reguler SWBI Ekspansi Repo OPT Fine TuneKontraksi (FTK) Kontraksi Jual USD/IDR FX Swap Beli Operasi Non-Reguler Fine Tune Ekspansi (FTE) Ekspansi 27 BeliUSD/IDR FX Swap Jual 27

  28. PERKEMBANGAN KERANGKA OPERASIONAL KEBIJAKAN MONETER DI BI Sebelum ITF ITF (s.d awal 2008) ITF (Feb 2008) • BI Rate • Suku Bunga PUAB O/N • Uang Beredar • SBI 1 Bulan • BI Rate • SBI 1 Bulan

  29. 29 KERANGKA OPERASIONAL KEBIJAKAN MONETER DI BI Kerangka operasional disempurnakan sejak Feb. 2008 Kerangka Strategis Kerangka Operasional Sasaran Akhir Instrumen Sasaran Operasional Sasaran Antara - OPT - sk bunga jk. pd - sk. bunga jk. pj - Inflasi - Fas. Diskonto - uang primer - M1, M2, kredit - Pertumbuhan ek. - Giro Wajib Min - policy rate (BI Rate) - Kesempatan kerja - Imbauan, dll “Jangkar” Nominal • - Nilai tukar • Besaran moneter • Inflasi (inflation targeting) • Output nominal • tidak disebut secara eksplisit Penargetan 29

  30. Kerangka Operasional Lama(Sebelum Feb 2008) • BI rate digunakan sebagai acuan dalam penetapan suku bunga SBI 1 bulan. • Koridor suku bunga yang berlaku sebesar 800 basis point, yaitu : • Repo Rate O/N: 300 bps dari BI rate. • Fasbi Rate O/N 500 bps dari BI rate. • spread suku bunga sebesar 800 bps, dianggap terlalu lebar, sehingga menyebabkan distorsi transmisi kebijakan moneter (suku bunga jk pendek yang terjadi terlalu berfluktuatif, dan pergerakannya tidak sejalan dengan sinyal BI Rate) • Kesimpulan: perlu dilakukan penyempurnaan, dengan melakukan penyempitan koridor suku bunga. Suku Bunga Repo Rate (o/n) Repo o/n PUAB o/n 300 bp BI Rate Koridor Suku Bunga SBI 1b 500 bp FASBI Rate (o/n) FASBI o/n Waktu

  31. Tujuan Penyempurnaan • Menghilangkan distorsitransmisi kebijakan moneter: • Fluktuasi rate PUAB O/N yang cukup tinggi dan pergerakan tidak sejalan dengan sinyal kebijakan moneter (BI Rate) • Struktur suku bungajangka pendek yang curam • Memperbaiki infrastruktur pasar keuangan sehingga mempercepat terciptanya kondisi pasar uang yang stabil, kuat dan efisien • Mengurangi risiko likuiditasatas penempatan aset/investasi jangka menengah dan panjang • Dari sisi perbankan, penyempurnaan diharapkan akan mengurangi salah satu hambatan dalam menjalankan fungsi intermediasi

  32. Beberapa Karakteristik Kerangka Operasional Baru • BI menjadi lebih aktif, yaitu melihat likuiditas di pasar keuangan; -jika dana di pasar terlalu ketat, BI akan buka FTE, -jika dana di pasar terlalu longgar, BI akan buka FTK. • Dengan koridor suku bunga yang lebih sempit, -jika bank kekurangan dana, bisa pinjam dengan suku bunga yang lebih murah. -jika bank kelebihan dana, BI akan masuk dengan FTK dengan suku bunga yang menarik. • SBI 1 bulan dilepas dan sudah tidak sama lagi dengan BI rate. • Acuannya beralih dari SBI 1 bulan ke PUAB o/n. Untuk itu, PUAB o/n dicoba diikutkan ke BI rate sebagai reference rate.

  33. Kerangka Operasional Baru (Penyempurnaan) Sblm 2008 Akhir 2008 Suku Bunga Repo o/n FTE Repo Rate (o/n) PUAB o/n Repo o/n SBI 1b 300 bp 500 bp BI Rate Koridor Suku Bunga FASBI o/n 50 bp 50 bp FASBI Rate (o/n) FASBI o/n FTK Waktu

  34. Perkembangan Kerangka Operasional Baru Sejak implementasi Kerangka Operasional yang baru, pergerakan suku bunga PUAB o/n cenderung stabil dan semakin mendekati level BI Rate. Sejak pertengahan Mei 2008, rate PUAB O/N berhasil dibawa masuk pada koridor yang dijaga oleh BI. 34 ======TERIMA KASIH ========

More Related