1 / 19

DAMPAK KOMODITAS PERKEBUNAN TERHADAP EKONOMI NASIONAL Dini Puspitarini 08620244

DAMPAK KOMODITAS PERKEBUNAN TERHADAP EKONOMI NASIONAL Dini Puspitarini 08620244. BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

harley
Download Presentation

DAMPAK KOMODITAS PERKEBUNAN TERHADAP EKONOMI NASIONAL Dini Puspitarini 08620244

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. DAMPAK KOMODITAS PERKEBUNAN TERHADAP EKONOMI NASIONALDini Puspitarini08620244

  2. BAB 1 PENDAHULUAN

  3. Latar Belakang Tanaman perkebunan terdiri atas sejumlah komoditas dengan keragaman yang besar.   Ragam dan jenisnya sangat banyak, mulai dari tanaman semusim,  tanaman setahun (annual  crops) hingga tanaman berumur tahunan atau tanaman keras (perenial crops) Sebagian besar produk tanaman perkebunan berorientasi ekspor dan diperdagangkan dipasar internasional, sebagai sumber devisa. 

  4. Disamping sebagai sumber devisa, beberapa komoditas tanaman perkebunan merupakan bahan baku sejumlah industri dalam negeri yang juga berorientasi ekspor dan banyak menyerap tenaga kerja.  Dengan peranan seperti diatas, maka masalah kualitas dan kontinuitas penyediaan bahan baku menjadi sangat penting.  Disamping memberikan benefit ekonomi, tidak bisa diabaikan tuntutan agar usaha perkebunan dapat memelihara bahkan meningkatkan kelestarian lingkungan.

  5. Rumusan Masalah 1. Bagaimana perkembangan komoditas perkebunan pada era perdagangan bebas? 2. Apa saja macam-macam komoditas perkebunan?

  6. Tujuan 1. Untuk mengetahui perkembangan komoditas perkebunan pada era perdagagang bebas. 2. Untuk mengetahui jenis komoditas perkebunan.

  7. BAB 2PEMBAHASAN

  8. Perkembangan Komoditas Perkebunan di Era Perdagagan Bebas Mulai tahun 2003 Indonesia sudah memasuki era perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara (AFTA) dan pada tahun 2010 memasuki era perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik (APEC).   Dengan era perdagangan bebas tersebut, posisi daya saing menjadi sangat penting.    Dalam meningkatkan posisi daya saing, kita harus mengembangkan produk-produk yang mempunyai keunggulan komparatif. Salah satu pendekatannya adalah memprioritaskan pengembangan produk komplementer dibanding dengan produk substitusi di pasar internasional.

  9. Daya saing saat ini lebih ditentukan oleh harga dan kualitas, di masa yang akan datang konsumen akan menuntut persyaratan yang lebih lengkap dan rinci, meliputi : standar kualitas, komposisi nutrisi, keselamatan konsumen, lingkungan hidup dan kemanusiaan. Perubahan preferensi konsumen tersebut berimplikasi terhadap pengembangan produk perkebunan yang dominan untuk ekspor dan memenuhi bahan baku industri. Di masa yang akan datang, keterkaitan sektor pertanian dengan sektor industri tetap menjadi model pembangunan, mengingat lima (5) peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi yang masih relevan.

  10. Kelima peran tersebut meliputi : • sektor pertanian menghasilkan pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. • sektor  pertanian dapat menghasilkan devisa yang berasal dari ekspor atau produk substitusi impor . • sektor pertanian merupakan pasar potensial bagi produk-produk sektor industri. • transfer surplus tenaga kerja sektor pertanian ke sektor industri merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi. • surplus yang dihasilkan sektor pertanian menjadi modal investasi sektor lain khususnya industri.   

  11. Jenis Komoditas Perkebunan :1. KelapaDengan menurunnya harga minyak nabati di pasar internasional, yaitu US $ 700 – 800/ton (pada tahun 1998/1999), menjadi US $ 270/ton (pada tahun 2001) mengakibatkan harga kopra dalam negeri menurun, yaitu dari Rp. 1.450/kg menjadi Rp 700 – 1.000/kg.    Nilai ekspor kelapa sebesar US $ 226,3 juta.    Untuk mengatasi masalah tersebut strategi yang ditempuh adalah : pengembangan industri minyak klentik, intensifikasi pemanfaatan lahan, penganekaragaman produk dan pengembangan produk derivasi. 

  12. 2. Lada Lada merupakan salah satu komoditas yang berorientasi ekspor, dengan pangsa pasar 25 – 30 % yang nilai ekspornya nya mencapai US $ 160 – 210 juta.    Dari ekspor tersebut, diantaranya dalam bentuk lada putih  dengan nilai ekspor sekitar  US $ 127 juta, dan pangsa pasarnya mencapai 75%. 3. Tembakau Komoditas tembakau sangat tergantung dan terkait langsung dengan industri rokok.   Kontribusi industri rokok dalam bentuk cukai mencapai nilai Rp 15 – 16 trilyun pertahun dan menyerap tenaga kerja tidak kurang dari 4,6 juta tenaga.  

  13. 4. Jambu Mente  Saat ini areal jambu mete mencapai  535 ribu hektar,  pangsa pasar sekitar 10,3 %.  5. Sagu Sagu sangat potensial untuk dijadikan sumber substitusi karbonhidrat.    Permasalahan dalam mengangkat peranan sagu tersebut adalah rendaman tepung, kerusakan hutan sagu akibat ekploitasi berlebihan sehinga memerlukan budidaya untuk rehabilitasi.

  14. 6. Panili Pangsa pasar panili Indonesia saat ini berkisar 20 – 30 %.  Produktivitas petani relatif rendah (700 kg/ha), akibat serangan busuk pangkal batang.7. KapasKemantapan industri tekstil yang sudah dicapai Indonesia, sangat tergantung impor bahan baku kapas. Produksi kapas dalam negeri masih sangat jauh untuk mampu memenuhi kebutuhan, sebagai akibat dari produktivitas yang rendah serta tidak diminati petani karena kalah bersaing dengan komoditas lain.  

  15. 8. Minyak Atsiri Pangsa minyak atsiri Indonesia dipasar internasional mencapai 80 %.  Permasalahan utama adalah mutu minyak sebagai akibat dari prosesing yang tidak sepenuhnya memenuhi standar, antara lain penggunaan alat penyuling tradisional. Nilai ekspor  pertahun mencapai US $ 74,26 juta. 9. Kayu Manis Nilai ekspor tahun 1998 sebesar US $ 31,721 juta dengan negara tujuan Amerika, Eropa dan Jepang.   Indonesia memenuhi 60 % kebutuhan dunia dan 93 % disupply dari Sumatera Barat.

  16. 10. Gambir Merupakan jenis tanaman potensial di Kabupaten Lima Puluh Kota, Pesisir Selatan dan Kerinci Sumatera Barat dan Jambi.    Ekspor gambir pada tahun 2000 menghasilkan devisa sebesar US $ 15,6453 juta yang sebagian besar berasal dari Sumatera Barat.

  17. Penyerapan tenaga kerja paling banyak ada di komoditas perkebunan karet, kelapa, kelapa sawit, dan kopi.

  18. Kontribusi terhadap Produk Nasional yang paling tinggi ada di komoditas perkebunan karet, kopi, kakao, dan lada.

More Related