1 / 60

PENULISAN PUISI

PENULISAN PUISI. ANWAR EFENDI FBS UNY Griya Purwo Asri E-340 Purwomartani Kalasan Sleman 08122720889 – (0274) 4395706. EMPAT POKOK BAHASAN. Elemen Puisi Modal Menulis Puisi Model Menulis Puisi Praktik Menulis Puisi. ELEMEN-ELEMEN PUISI. PENGANTAR.

gianna
Download Presentation

PENULISAN PUISI

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENULISAN PUISI ANWAR EFENDI FBS UNY Griya Purwo Asri E-340 Purwomartani Kalasan Sleman 08122720889 – (0274) 4395706

  2. EMPAT POKOK BAHASAN • Elemen Puisi • Modal Menulis Puisi • Model Menulis Puisi • Praktik Menulis Puisi

  3. ELEMEN-ELEMEN PUISI

  4. PENGANTAR • Bahasa adalah media pengucapan karya sastra • Poetry is the best word in the best order (puisi adalah kata-kata terbaik dalam susunan yang terbaik • Bahasa dalam sastra tidak sekadar media, tetapi juga tujuan • Penyair bergelut dengan bahasa dan tidak sekadar menjumput kata-kata begitu saja • Kata-kata adalah segalanya dalam puisi • Kata-kata sebagai penghubung ide, intuisi, dan imaji antara pembaca dan penyair

  5. ELEMEN-ELEMAN PEMBENTUK PUISI

  6. DIKSI • Diction (pilihan kata) • Choise and use of words • Kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai gagasan yang akan disampaikan • Kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai denagn situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar • Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh banyaknya penguasaan sejumlah

  7. CITRAAN • Bahasa yang mampu membangkitkan gambaran angan, gambaran pikiran, kesan mental atau bayangan visual • Untuk memberi gambaran yang jelas, menimbul-kan suasana khusus, membuat lebih hidup gam-baran dalam pikiran dan pengindraan, menarik perhatian • Imaji berguna untuk mengintensifkan, menjer-nihkan, dan memperkaya pikiran • Ide-ide abstrak dalam puisi dikonkretkan dengan menggunakan alat-alat keindraan • Ide-ide yang semula abstrak dapat ditangkap atau seolah-olah dapat dilihat, didengar, dicium, diraba, dan dipikirkan

  8. JENIS CITRAAN • Citraan Penglihatan: dihasilkan dengan memberi rangsangan indra penglihatan, berupa sumber dan kualitas cahaya • Citraan Pendengaran: dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan sumber dan kualitas bunyi • Citraan Penciuman: dihasilkan dengan menyebutkan dan menguraikan sumber dan kualitas bau

  9. Citraan Pencecapan: dihasilkan dengan menyebutkan dan menguraikan sumber dan kualitas rasa • Citraan Perabaan: berupa rangsangan kepada perasaan atau sentuhan, biasanya berupa kualitas dan permukaan bahan • Citraan Pikiran: dihasilkan oleh adanya asosiasi dan analogi pikiran • Citraan Gerak: dihasilkan dengan cara menghidupkan dan memvisualkan sesuatu hal yang tidak bergerak menjadi bergerak

  10. KATA KONKRET • Kata-kata yang digunakan penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud membangkitkan imaji pembaca • Kata-kata diupayakan agar dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh • Kata konkret merupakan syarat atau sebab terjadi pencitraan (pengimajian dalam puisi) • Dengan kata konkret pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan penyair

  11. Beberapa Contoh • Pengemis/gembel: gadis kecil berkaleng kecil daripada gadis peminta-minta • Dunia penuh kemayaan: hidup dari kehidupan angan-anagn yang gemerlapan • Kedukaan: bulan di atas itu tak ada yang punya // kotaku hidupnya tak punya tanda • Penuh dosa: aku hilang bentuk/ remuk • Perjalanan ke surga: kuketuk pintu langit

  12. Bahasa Figuratif • Bahasa yang mempergunakan kata-kata yang susunan dan artinya sengaja disimpangkan • Bentuk penyimpangan dari bahasa normatif, baik dari segi makna maupun rangkaian kata-katanya • Bertujuan untuk mencapai efek estetis, kesegaran dan kekuatan ekspresi • Memudahkan pembaca dalam menikmati sesuatu yang disampaikan penyair

  13. Kategori Bahasa Figuratif • Kategori Perbandingan a. Simile: perbandingan bersifat eksplisit, dengan kata-kata pembanding langsung Contoh: bagai, laksana, seperti, bak b. Metafora: perbandingan dua benda atau hal secara implisit, tanpa kata pembanding ekplisit Contoh: kami kejar cahaya, tatkala bertiup sepi

  14. Kategori Perwakilan • Sinekdoki: menyebutkan suatu bagian penting dari suatu benda atau hal untuk benda atau hal itu sendiri, sebagian untuk keseluruhan (pars pro toto), keseluruhan untuk sebagian (totem pro parte) • Metonimia: pemindahan istilah atau nama suatu hal atau benda ke suatu hal atau benda lainnya yang mempunyai kaitan rapat Pengertian yang satu dipergunakan sebagai pengganti pengertian lain karena adanya unsur-unsur yang berdekatan Kaitan itu karena: hubungan kausalitas, logika, hubungan waktu dan ruang

  15. Kategori Pemberian Ciri Insani • Personifikasi: mempersamakan benda atau hal dengan manusia Benda atau hal yang digambarkan dapat bertindak dan mempunyai kegiatan seperti manusia Benda atau hal yang bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan

  16. VERSIFIKASI • Versifikasi berkenaan dengan karakteristik karya puisi, yakni persajakan • Versifikasi meliputi: (a) ritma, (b) rima, dan (c) metrum • Ritma (rhythm), yaitu pergantian turun naik, keras lembut, panjang pendek, tinggi rendah ucapan bunyi bahasa dengan teratur • Rima (rhyme), yakni pengulangan bunyi dalam baris atau larik, berupa aliterasi, asonansi, persamaan bunyi awal/tengah/akhir • Metrum adalah irama yang tetap menurut pola tertentu, karena (i) jumlah suku kata, (ii) tekanan yang tetap, dan (iii) alunan suara menaik dan menurun tetap

  17. TIPOGRAFI • Tipografi berkenaan dengan bentuk lahir, yang langsung dikenali • Pembeda (sementara) antara puisi dan prosa/drama • Baris-baris puisi tidak selalu di awali dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan • Mengenal adanya enjabement (lompatan baris) • Baris kata atau kalimat dalam puisi membentuk periodisitet yang disebut bait

  18. TEMA • Sesuatu yang menjadi pikiran pengarang, • Sesuatu yang menjadi dasar bagi penulisan puisi • Dapat berupa “segala permasalahan hidup” • Permasalahan tersebut disusun dan diperkaya dengan ide, gagasan, cita-cita, dan sikap (pendirian) penyair • Dalam tema selain sesuatu yang dipikirkan penyair, juga terbayang pandangan hidup penyair, bagaimana penyair melihat permasalahan ang dipikirkannya itu • Penyair tidak pernah menyebut apa tema puisi yang ditulisnya

  19. NADA • Sikap penyair kepada pembaca • Dalam menulis puisi, penyair bisa jadi bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir kepada pembaca • Adakalanya penyair hanya bersikap lugas, sekedar menceritakan sesuatu • Adakalnya penyair hanya bersikap “main-main”

  20. SUASANA • Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi • Artinya, sebuah puisi dapat membawa akibat psikologis pada pembacanya • Akibat psikologis ini terjadi karena nada yang dituangkan penyair dalam puisi

  21. AMANAT • Amanat atau tujuan adalah hal-hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya • Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun dan di balik tema yang diungkapkan • Dalam puisi tema berkaitan dengan arti, sedangkan amanat berkaitan dengan makna karya sastra • Arti puisi bersifat kias, subjektif, dan umum • Makna berhubungan dengan individu, konsep seseorang, situasi, tempat penyair mengimajinasikan puisinya

  22. MODAL MENULIS PUISI

  23. MODAL MENULIS PUISI • FAKTA EMPIRIK (event) • FAKTA INDIVIDUAL (momentum) • FAKTA IMAJINATIF (kontemplatif)

  24. Bagaimana cara memberi makna pada setiap pengalaman? Salah satu caranya “memutus rutinitas” memberi “makna” pada setiap pengalaman

  25. Jika ingin bisa menulis puisi, sebaiknya Anda jatuh cinta dulu ....?

  26. HUMANISME • Cinta Kasih • Keindahan • Penderitaan • Keadilan • Tanggung Jawab • Pandangan Hidup • Harapan • Kecemasan

  27. LATIHAN MENULIS PUISI

  28. Pengantar • Kata orang kalau kita mau belajar melukis, maka menurut cara Barat kita harus belajar garis dan bentuk dulu, kemudian anatomi, perspektif, warna dan sebagainya menurut urut-urutan yang sesuai dengan pendirian guru yang mengajar. • Konon di Cina pada zaman dahulu tidak demikian halnya. • Orang yang ingin menjadi pelukis akan diberi sebuah lukisan yang sudah jadi dan baik. • Biasanya lukisan itu dibuat oleh seorang master, yaitu orang yang ahli melukis yang terkenal. • Calon pelukis disuruh meniru lukisan master tadi, sebisa-bisanya, semirip mungkin.

  29. Sesudah sepuluh-duapuluh kali mencoba, sang calon akan mendapat master baru untuk ditiru. • Metode ini biasanya dinamakan copy the master, yang artinya meniru lukisan seorang ahli. • Metode ini menuntut banyak latihan sesuai dengan master ( sebut saja contoh) yang diberikan. • Model-model ini harus dibacakan terlebih dulu dan dilihat apakah unsur-unsurnya sudah ada ataukah belum, baru sesudah itu siswa disuruh menulis. • Tentu saja yang dituliskan tidak persis seperti modelnya: ini namanya menyalin, menjiplak, atau bahkan membajak. • Dalam latihan menulis itu yang di-copy adalah ‘unsur-unsurnya’, ‘idenya’, atau bahkan ‘teknik’ dan ‘caranya

  30. LATIHANSATU: KEINGINAN • Setiap kita manusia pasti mempunyai banyak keinginan, baik keinginan yang dapat dijangkau maupun yang tidak terjangkau oleh kemampuan kita. • Pada acara-acara tertentu, misalnya pada acara pesta atau perayaan ulang tahun, kita mengungkapkan keinginan-keinginan kita. • Dan semua yang hadir dalam acara itu turut mendo’akan demi terkabulnya keinginan kita itu. • Nah, pada kesempatan ini mintalah siswa untuk menuangkan keinginannya dalam bentuk puisi.

  31. Caranya: • Siswa menyiapkan selembar kertas. • Siswa menulis minimal satu baris, maksimal tiga baris puisi. • Baris puisi itu dimulai dengan aku ingin … • Masukkan ke dalam baris itu: a. sebuah warna b. seorang manusia, c. sebuah tempat (jalan, desa, kota, negara, benua) • Guru membacakan model. • Waktu menulis 10’ (menit) • Puisi dikumpulkan pada guru. • Guru membacakan semua puisi yang dibuat siswa secara berurutan. • Nah, demikianlah puisi itu telah jadi, yaitu puisi gabungan atau puisi bersama yang dibuat oleh siswa.

  32. Model 1 • Aku ingin menjadi switer ketat warna merah kalau hari dingin aku dipakai cewek cantik untuk menghangatkan badan dan dibawa jalan-jalan ke puncak. • Aku ingin menjadi penerjun melompat dari ketinggian 3.000 meter dengan payung udara biru tua dan mendarat tepat di pekarangan bagian depan rumah calon mertua.

  33. LATIHAN KEDUA: SIMILE • Kalau kita menerangkan sesuatu kepada seseorang, lalu seseorang itu tidak mengerti-mengerti juga, apa yang kita lakukan agar orang itu mengerti? • Kita akan menggunakan perbandingan antara sesuatu itu dengan sesuatu yang lain yang sudah diketahuinya bukan? • Perbandingan itu disebut juga simile. • Perbandingan dalam puisi sama dengan perbandingan dalam kehidupan sehari-hari. • Bedanya, perbandingan dalam puisi tidak hanya diterapkan antara sesuatu yang belum diketahui (abstrak) dengan sesuatu yang sudah diketahui (kongkret), tetapi lebih sering digunakan sebaliknya, yaitu untuk membandingkan sesuatu yang kongkret dengan sesuatu yang abstrak. • Perbandingan dalam puisi juga bisa diterapkan antara sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang abstrak lainnya.

  34. Nah pada kesempatan ini mintalah siswa untuk membuat puisi yang berisi simile. • Caranya adalah: • Siswa menyiapkan satu lembar kertas. • Siswa menulis puisi antara yang panjangnya 4 – 7 baris. • Pada setiap baris ada simile, misalnya: a. seperti, b. mirip, c. bagai, d. laksana • Guru membacakan model. • Waktu menulis 20’ (menit) • Puisi dikumpulkan pada guru. • Guru memilih puisi yang bagus menurut versi guru. • Guru/siswa membacakannya di depan kelas.

  35. Model 2 Gugus awan di langit putih bagai kapas Mendung berarak-arakan seperti kambing digiring ke kandang Gunung berhamburan laksana kapas yang beterbangan Wajahnya mirip anak kecil dengan kaleng kecil yang kujumpai di stasiun kereta.

  36. LATIHAN KETIGA: BUNYI • Kalau telinga kita normal, setiap hari kita mendengar apa saja, bukan? • Nah, kali ini suruhlah siswa untuk memasukkan bunyi-bunyi itu dalam puisi mereka buat. • Caranya ialah: • Siswa menyiapkan satu lembar kertas. • Siswa menulis puisi 4-7 baris. • Pada setiap baris ada bunyi.

  37. Bunyi itu boleh berasal dari: benda, hewan, mesin, instrumen musik, apa saja yang mungkin mengeluarkan bunyi • Waktu menulis 20’ (menit). • Kertas dikumpulkan pada guru. • Pilihlah puisi yang bagus yang dibuat siswa menurut versi guru. • Guru/ siswa membacakanpuisi yang bagus di depan kelas.

  38. Model 3 Nang ning nung ning nang ning nung suara nenekku menghibur adik, Sebutir kelereng digelindingkan adik masuk ke kolam dan berbunyi plung. Seekor kucing terkejut dan lari bagai kilat miaaau! Bam! Bam! Bam! Morter ditembakkan ke sebuah gedung berlantai enam.

  39. LATIHAN KEEMPAT:ALAM • Kita ini hidup di alam, bukan? Ada berapa banyak benda-benda di alam ini?Coba mintalah siswa untuk menggambarkan dengan kata-kata tentang benda alam itu. • Caranya adalah: • Siswa menyiapkan selembar kertas. • Tulis puisi antara 4-7 baris. • Pada setiap baris ada kata:(pilih salah satu) gunung, bukit, laut, danau, langit, awan, sungai, dan semacamnya, sebuah warna, manusia • Guru membacakan model. • Waktu menulis 20’ (menit) • Kertas dikumpulkan pada guru. • Guru memilih puisi terbaik. • Guru/siswa membacakan puisi terbaik itu di depan kelas.

  40. Model 4 Danau yang luas itu terbentang biru, Sungai keluar dari ujung danau yang berhutan hijau, Awan berarak putih terang, berhenti di atas curamnya jurang, Kini aku meluncur jadi angin, tanpa warna dan dingin.

  41. LATIHAN KELIMA:MIMPI • Tanyakan kepada siswa, pernahkah mereka bermimpi? • Sering bukan? • Bagaimana mimpi mereka itu: indah, menyenangkan, buruk, menakutkan, menyeramkan? • Mengapa tidak kita suruh saja mereka menuangkan mimpinya dalam bentuk puisi?

  42. Caranya: • Siswa menyiapkan satu lembar kertas. • Tulis puisi antara 4-7 baris. • Puisi itu dimulai dengan Aku bermimpi … • Dalam puisi itu masukkan unsur:warna, bunyi, manusia, nama tempat • Guru membacakan model. • Waktu menulis 20’ (menit). • Puisi dikumpulkan pada guru. • Guru memilih puisi yang bagus menurut versi guru. • Guru/siswa membacakan puisi yang bagus di depan kelas

  43. Model 5: Aku bermimpi sebuah sikat gigi warna ungu menggosok-gosok mulutku supaya terbuka srek-srek-srek, usrek-usrek-usrek Ketika bangun pagi hari, aku pergi ke kamar mandi Sikat gigiku tinggal sepotong Sepotong yang hilang itu agaknya tersesat dalam mimpiku dan tak bisa kembali Aku bermimpi seluruh RT/RW-ku di malam hari berwarna putih salju, Terdengar ada tetangga yang bermain kecapi Cianjuran, Berkata Hansip tetangga kami, „Wah, klining-klining itu merdu sekali.“ Di dalam mimpi itu aku lalu bermimpi tentang kecapi lagi.

  44. LATIHAN KEENAM:FANTASI TAK MASUK AKAL • Tanyakan kepada siswa, pernahkah mereka mengkhayalkan sesuatu? Pasti pernah, sebab tanpa khayalan hidup ini menjadi tidak kreatif. • Konon, sebelum akhirnya manusia benar-benar dapat menginjakkan kakinya di bulan diawali lebih dulu dengan berkhayal bagaimana caranya untuk sampai ke bulan. Lalu diciptakanlah pesawat apolo. • Pada kesempatan ini mintalah siswa untuk berkhayallah tentang sesuatu yang tak masuk akal. Dan khayalan itu dituangkan dalam bentuk puisi.

  45. Caranya: • Siswa menyiapkan selembar kertas. • Mulailah menulis puisi antara 4-7 baris. • Puisi dimulai dengan dengan kutemukan … • Dalam puisi itu masukkan unsur:warna, hewan/benda, alam • Guru membacakan model. • Waktu menulis 20’ (menit). • Puisi dikumpulkan pada guru. • Guru memilih puisi yang bagus menurut versi guru. • Guru/siswa membacakanpuisi yang bagus di depan kelas.

  46. Model 6 Kutemukan buaya menggigit kaki gunung Gunung itu menjerit kesakitan Lalu hujan turun menyerakkan kebocoran tiga ribu botol sampho Gunung pun kedinginan dan awanputih membelit lehernya.

  47. LATIHAN KETUJUH:METAFOR • Masih ingat simile? • Metafor ini perbandingan juga, tetapi tidak menggunakan kata pembanding, seperti, bagai, mirip dsb. • Karena tidak menggunakan kata pembanding inilah, metafor dinamakan juga perbandingan tidak langsung.

  48. Caranya: • Siswa menyiapkan selembar kertas. • Mulailah menulis puisi antara 4-7 baris. • Setiap baris ada metafor menggunakan kata adalah … • Dalam puisi itu masukkan unsur:warna, hewan/benda, alam, tempat • Guru membacakan model. • Waktu menulis 20’ (menit). • Puisi dikumpulkan pada guru. • Guru memilih puisi yang bagus menurut versi guru. • Guru/siswa membacakannya di depan kelas.

  49. Model 7 Gerimis yang turun dari langitadalahbening air mata pengungsi korban stunami yang malang nasibnya, Awanputihdi lereng bukitadalah bantal unggas yang kelelahan setelah terbang panjang seharian, Samudera Pasifik yang biruadalah akuarium Tuhan yang amat indah, Hari depanku adalah kepalaku di mulutbuayahitam menganga yang siap mengatup kapan saja.

More Related