1 / 1

fayola
Download Presentation

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Aku benci sepak bola Indonesia. Tahu kenapa? 24 Januari 2011, keretaku, dari arah Surabaya, sore hari. Aku terbangun, keretaku berhenti. “Gawat nih,” kata mas-mas di sebelahku, menyebut kota kelahiranku, sebut saja kota X. “Kenapa mas?” Aku heran. “Kemaren kan ada satu orang kota X mati sama (menyebut salah satu pendukung sebuah tim sepak bola, sebut saja) Y, kayaknya bakal balas dendam. Kalo ada kereta dari arah Surabaya dilemparin.” Hm.. tidak mengherankan, dan itulah kenapa aku benci sepakbola Indonesia. Orang-orang (maaf) bodoh itu, entah apa yang mereka pikirkan. Saling bunuh hanya karena euforia. Euforia kemenangan. ‘Euforia’ kekalahan. Suporter yang terlalu fanatik, bahkan melebihi fanatisme pemain bola itu sendiri. Bagaimana mungkin mereka mengabaikan harga sebuah nyawa hanya karena sebuah benda bulat yang diperebutkan itu. Maksudku... Hei, itu hanya permainan kan? Apa sebenarnya yang ada di pikiran mereka saat melemparkan batu, saat memukulkan tongkat, saat menggoreskan parang, kepada manusia lain yang lahir di tanah yang sama dengan mereka, yang minum dari sumber mata air yang sama dengan mereka, yang menggunakan bahasa yang sama dengan mereka, yang meletakkan tangan di dahinya untuk menghormati Sang Saka yang sama dengan mereka? Apa yang ada di pikiran mereka ketika tersenyum melihat satu nyawa melayang karena ulah mereka, dan sadar bahwa jasad tak bernyawa itu adalah salah satu putra bangsanya, generasi yang seharusnya menjadi harapan ayah-ibunya, tumpuan masa depan negaranya, yang sama seperti mereka juga memiliki garuda di dadanya? Atau apa mungkin mereka tidak berpikir? Y

More Related