1 / 17

POKOK-POKOK PIKIRAN VISI-MISI PEMBANGUNAN PERTANIAN 2009-2013

Irham. POKOK-POKOK PIKIRAN VISI-MISI PEMBANGUNAN PERTANIAN 2009-2013. Pengantar. Dalam penyusunan Visi-Misi Pembangunan Pertanian 2009-2013 ini yang harus diperjelas adalah eksekutor yang akan melaksanakan visi-misi tersebut.

everly
Download Presentation

POKOK-POKOK PIKIRAN VISI-MISI PEMBANGUNAN PERTANIAN 2009-2013

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Irham POKOK-POKOK PIKIRAN VISI-MISI PEMBANGUNAN PERTANIAN 2009-2013

  2. Pengantar Dalam penyusunan Visi-Misi Pembangunan Pertanian 2009-2013 ini yang harus diperjelas adalah eksekutor yang akan melaksanakan visi-misi tersebut. Jika eksekutornya fakultas, maka penyusunan ini menjadi tugas Senat Fakultas yang akan dilaksanakan oleh pengurus fakultas berserta seluruh civitas akademika. Jika eksekutornya pamerintah, maka penyusunan ini menjadi tugas fakultas bersama alumni.

  3. Terlepas dari siapapun yang akan menjadi eksekutor, penyusunan visi-misi pembangunan pertanian 2009-2013 harus didasarkan pada 3 aspek mendasar, yakni: budaya bangsa, kinerja sektor pertanian, dan kinerja perguruan tinggi pertanian (baca: Fakultas Pertanian UGM). • Budaya bangsa bisa dipersempit lagi sebagai budaya sumberdaya manusia Indonesia dalam melaksanakan seluruh aspek kehidupan termasuk dalam bidang pertanian.

  4. Budaya bangsa • Kegagalan pembangunan ekonomi, termasuk pembangunan sektor pertanian tidak lepas dari 4 penyakit kronis bangsa: • Rutinitas • Budaya jalan pintas (koruptif) • Budaya instant • Inferioritas

  5. Budaya rutinitas akan menyebabkan ketertinggalan dan kemunduran. • Budaya jalan pintas menyebabkan inefisiensi alikasi sumberdaya. • Budaya instan menyebabkan rendahnya daya saing bangsa. • Inferioritas menyebabkan runtuhnya sendi-sendi nasionalisme dan kedaulatan bangsa. • Keempat budaya kronis tersebut berimbas pada kinerja sektor pertanian.

  6. Kinerja sektor pertanian • Merosotnya kinerja sektor pertanian dapat dijelaskan dengan Teori Geertz: involusi pertanian (agricultural involution). • Bisa dikatakan bahwa fenomena ini sebagai involusi babak kedua, dan cakupannya lebih luas karena involusi tersebut juga terjadi pada institusi dan sumberdaya manusia yang terlibat dalam proses pembangunan pertanian.

  7. Ciri-ciri kektor pertanian yang involutif: • Produktivitas pertanian yang stagnan • Kesejahteraan petani rendah • Perkembangan pertanian jalan ditempat • Riset yang mandeg (lembaga penelitian dan perguruan tinggi) • Kemandegan institusi pertanian • Kemandegan sistem penyuluhan pertanian • Kemandegan lembaga penelitian pertanian • Kemandegan birokrasi pertanian

  8. Kinerja pendidikan tinggi pertanian (Fakultas Pertanian UGM) • Rutinitas • Rendahnya output riset inovatif yang spektakuler • Mobilisasi sumberdaya yang belum optimal • Rendahnya sinergi dengan lembaga penelitian • Kurangnya jejaring dengan pemerintah daerah • Kurangnya support terhadap alumni

  9. Keberhasilan pembangunan pertanian • Menarik untuk menyimak kembali Teori Booke tentang dualisme pembangunan pertanian (agricultural dualism) yakni adanya sektor pertanian moderen (maju) yang berjalan berdampingan dengan sektor pertanian tradisonal (tidak maju). • Keduanya tidak ada interaksi sehingga sektor moderen menjadi ”enclave” bagi sektor tradisional.

  10. Industri pertanian moderen (agribisnis/agroindustri) • Industri input pertanian • Industri pertanian • Industri pengolahan hasil pertanian • Usahatani komersial, dll. • Usahatani kecil • Usahatani subsisten • Usahatani sakap dan buruhtani

  11. Keberhasilan pembangunan pertanian akan sangat ditentukan oleh bagaimana menghilangkan kesenjangan diantara keduanya. • Terdapat dua kemungkinan untuk mengatasi fenomena dualisme ini: (1) melalui kerjasama kemitraan antara keduanya dalam arti yang sesungguhnya atau (2) men-support habis2an terhadap sektor tradisional. • Pengembangan kerjasama antara sektor moderen dengan sektor tradional sudah dilakukan melalui berbagai program seperti PIR, TRI, dll. • Pengembangan sektor tradisional juga sudah dilakukan, akan tetapi hasilnya belum bisa dirasakan.

  12. Prioritas pembanguan pertanian • Mendesaknya prioritas pembangunan pertanian untuk sumberdaya “marjinal” • Wilayah • Lahan • Sumberdaya manusia, dsb • Wilayah dan lahan: teknologi frontier (budidaya, perikanan, biotek, tanah, HPT) • SDM: pemberdayaan, pendidikan bisnis, kewirausahaan (Ek. Pertanian/Agribisnis dan PKP)

  13. Pemberdayaan dan pendidikan bisnis • 3 strata masyarakat di pedesaan • petani miskin sekali karena memang tidak memiliki sumberdaya terutama lahan sebagai asset penting (landless farmers), • petani subsisten (usahataninya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari) • petani yang berskala bisnis.

  14. Starta (1): • melalui pemberdayaan yang terarah • target program landreform • Strata kedua dan ketiga: • diperlukan pendekatan pembangunan dalam arti ‘pengembangan’ menuju kearah peningkatan kemampuan berusahatani yang lebih komersial (agribisnis). • pentingnya pendidikan bisnis bagi petani

  15. Menumbuhkan wirausahawan sejati di pedesaan • Wirausahawan-wirausahawan ini dibutuhkan untuk menggerakkan kelompok masyarakat pada strata (2) dan (3). • Menumbuhkan intrapreneurship dalam birokrasi pertanian

  16. Keunggulan wirausahawan • visioner • kaya kreasi • inspirasi bagi orang lain • pencipta peluang • semangat kebersamaan

  17. SEMBAHNUWUN

More Related