1 / 43

Pengantar Sistem Pembayaran & Instrumen Pembayaran

Pengantar Sistem Pembayaran & Instrumen Pembayaran. BANK INDONESIA DIREKTORAT HUKUM Jakarta, September 2006. Pengantar Sistem Pembayaran. Flow pembayaran. Pembeli (Payor). Penjual (Payee). Flow barang/jasa. Pendahuluan.

elisa
Download Presentation

Pengantar Sistem Pembayaran & Instrumen Pembayaran

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Pengantar Sistem Pembayaran& Instrumen Pembayaran BANK INDONESIA DIREKTORAT HUKUM Jakarta, September 2006

  2. Pengantar Sistem Pembayaran

  3. Flow pembayaran Pembeli (Payor) Penjual (Payee) Flow barang/jasa Pendahuluan Pembayaran adalah komponen esensial dalam transaksi perdagangan barang dan jasa (perekonomian). Dalam bahasa yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa tidak akan terdapat perdagangan apabila tidak terdapat pembayaran.

  4. Perkembangan Cara Pembayaran Perkembangan Cara Pembayaran Mengapa diperlukan Sistem Pembayaran • Inovasi dalam pembayaran non-tunai berimplikasi terhadap berbagai aspek, seperti : lembaga yang terlibat, aspek hukum pihak2 yang terkait, mekanisme penyelesaian, risiko, dll yang kesemuanya itu dapat memberi dampak kepada sistem keuangan maupun perekonomian. • Efektivitas dan kelancaran perekonomian sangat dipengaruhi oleh kelancaran sarana pendukung dalam sistem pembayaran. Barter Uang (kerang/batulempengan logam&logam mulia  UK & UL) Uang Giral (Cek, Bilyet Giro, transfer) Muncul kebutuhan akan sistem pembayaran yang efisien, cepat aman dan handal Card Based Payment (kartu kredit, kartu debit)

  5. Pengertian Sistem Pembayaran

  6. Pengertian Sistem Pembayaran “Sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi.” (UU No.23 tentang Bank Indonesia) Komponen Sistem Pembayaran : • Kebijakan • Hukum • Kelembagaan • Instrumen pembayaran • Mekanisme operasional • Infrastruktur

  7. Komponen Sistem Pembayaran Kebijakan : • Merupakan dasar pengembangan Sistem Pembayaran di suatu negara. • Kebijakan di berbagai negara sangat bervariasi, mengingat masing-masing negara mempunyai sejarah, karakteristik dan kebutuhan akan sistem pembayaran yang berbeda-beda. Hukum : • Mencakup undang-undang, dan peraturan-peraturan yang terkait dengan Sistem Pembayaran. Termasuk juga aturan main berbagai pihak yang terlibat, misalnya antar bank, antar bank dan nasabah, antar bank dan bank sentral dll. • Menjamin adanya aspek legalitas dalam penyelenggaraan Sistem Pembayaran. Ketiadaan perangkat hukum tertentu dapat menghambat pengembangan suatu Sistem Pembayaran. Kelembagaan : Meliputi berbagai lembaga yang secara langsung-maupun tidak langsung berperan dalam penyelenggaraan SP a.l : bank sentral, bank, lembaga keuangan, kantor pos, lembaga kliring, pasar modal, penyedia jasa jaringan komunikasi, penerbit kartu kredit, dll. Mekanisme Operasional : Sistem dan mekanisme operasional idealnya harus dapat menjamin kelancaran dan keamanan perpindahan dana, serta kepastian penerimaan dana oleh pihak penerima. Infrastruktur teknis : Berbagai komponen teknis untuk memproses dan melakukan transfer dana seperti message format, sistem komputer Hw & Sw), jaringan komunikasi, sistem back-up, disaster recovery plan dan lain-lain. Instrumen Pembayaran: • Tunai : • Non-tunai :

  8. Settlement dan Risiko dalam Sistem Pembayaran

  9. Pros & Cons Net Setelmen Pros Net • Kebutuhan likuiditas relatif kecil bagi pihak yang mempunyai kewajiban membayar yi hanya sebesar ‘net’ kewajiban yang harus dipenuhinya di akhir suatu periode tertentu (biasanya akhir hari). • Tidak di perlukan fasilitas overdraft intra day karena settlement dilakukan pada akhir hari Kons Net • Risiko terpusat di akhir hari. • Adanya risiko sistemik dimana kegagalan salah satu peserta dapat menyebabkan kegagalan peserta lainnya secara berantai. • Apabila sistem tidak di ‘backup’ dengan suatu mekanisme untuk menjamin pembayaran pihak yang ‘gagal’ maka risiko ini akan menjadi beban penyelenggara settlement (bank sentral).

  10. Pros & Cons Gross Setelmen Pros Gross • Mengeliminir risiko-risiko pembayaran khususnya bagi bank sentral, karena setiap transaksi hanya akan dibukukan sepanjang saldo yang memberi perintah pembayaran ada dan mencukupi. Kons Gross • Agar bisa melakukan pembayaran setiap saat, dibutuhkan likuiditas harian yang relatif besar. Dalam hal ini peserta ‘gross settlement’ harus dapat mengelelola dananya dengan lebih baik. • Adakalanya dibutuhkan suatu fasilitas overdraft intraday dari penyelenggara (bank sentral) untuk lebih menjamin kelancaran pembayaran.

  11. Risiko2 dalam Sistem Pembayaran Penyebab • Settlement lag, yaitu selisih waktu antara transaksi dengan terjadinya settlemen; • Non synchronous settlement, yaitu tidak sinkronnya waktu setelmen antar negara (dalam kaitan dengan transaksi valas) • Kegagalan lembaga perantara untuk menyelesaikan tagihan

  12. Sistem Pembayaran Nilai Besar dan Ritel

  13. Sistem Pembayaran Nilai Besar & Ritel • Sistem Pembayaran biasanya diklasifikasikan atas : • Sistem Pembayaran Nilai Besar (High Value Payment System) • Sistem Pembayaran Nilai Kecil/Retail (Small Value/Retail Payment System). • Tidak ada standard internasional atau batasan untuk mengklasifikasikan transaksi mana yang digolongkan kepada high value atau small value. • Setiap negara mempunyai kriteria sendiri untuk penggolongan ini. Bahkan penggolongan ini kadang kala tidak didasarkan pada besarnya nilai transaksi namun berdasarkan tingkat urgensi atau transaksi yang melatarbelakanginya (underlying transaction).

  14. Peran BI DalamSistem Pembayaran

  15. Tugas BI Dalam Sistem Pembayaran Menurut UU No. 23 Th ‘99  Sasarannya Salah satu tugas pokok Bank Indonesia menurut UU No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia adalah : Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran Sistem Pembayaran yang efisien, cepat, aman dan andal

  16. Wewenang BI Dalam Rangka Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin penyelenggaraan jasa SP Mewajibkan penyelenggara jasa SP menyampaikan laporan kegiatannya Menetapkan penggunaan alat pembayaran Mengatur sistem kliring antar bank Menyelenggarakan penyelesaian akhir (setelmen) Menetapkan macam, harga, ciri dan bahan uang Mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah, serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran DASP DPU

  17. Keterkaitan Sistem Pembayaran dengan Moneter dan Perbankan Efektivitas pengendalian moneter memerlukan dukungan Sistem Pembayaran yang efisien, cepat, aman dan andal Sistem perbankan yang sehat akan mendukung pengendalian moneter mengingat pelaksanaan kebijakan moneter terutama dilakukan melalui sistem perbankan sehat Sistem Pembayaran yang efisien, cepat, aman dan andal memerlukan sistem perbankan yang sehat

  18. Cakupan Peran BI dalam SP • Regulator Menyusun kebijakan, peraturan hukum dan prosedur sistem pembayaran • Pengawas Menjamin semua pihak yang terlibat dalam sistem pembayaran mengikuti aturan yang telah dibuat/disepakati • Operator (RTGS/Kliring) Menjamin terselenggaranya sistem pembayaran yang dapat dipercaya, efisien, aman dan adil (sesuai dengan BIS Core Principles)

  19. Gambaran Sistem Pembayaran Saat Ini

  20. Sistem Pembayaran Ritel(Card-based Payment) Penyelenggaraan ATM + 50 bank penyelenggara ATM + 6158 mesin ATM Switching Company : Lokal : ATM Bersama , Alto, Cakra, ATM-BCA International : Cirrus (MasterCard) dan Plus (Visa) + 30 Bank Penyelenggara ATM bergabung dengan Switching Company. Bank Setelmen : Bank Indonesia (ATM Bersama ), Bank Bali (ALTO) BCA (Jaringan ATM-BCA) Belum ada National Switching yang menyatukan semua ATM Issue : Inefisiensi Belum adanya National Switching Kartu Kredit • + 11 bank penerbit • Kliring kartu kredit oleh Card Companies (Visa or MasterCard) • Bank Settlement : • Standard Chartered (Visa), • Chase Manhattan (MasterCard),

  21. BI-RTGS(Pengertian) • Sistem transfer dana antar-bank bersifat on-line • Setiap transaksi akan di-settled secara real-time oleh sistem dengan mendebet rekening bank pengirim dan mengkredit rekening bank penerima secara simultan sepanjang saldo bank pengirim mencukupi • Sifat Transaksi RTGS : • Antar-Bank  “Credit transfer” • Bank – BI  “Credit Transfer” & “Debit Transfer”

  22. BI-RTGS(Manfaat dan Implikasi bagi perbankan) MANFAAT BAGI PERBANKAN : • Transaksi Pembayaran Antar-Bank secara on-line dan paperless • Settlement Transaksi Pembayaran Antar-Bank dilakukan dalam hitungan detik (real-time), sepanjang saldo rekening giro bank pengirim (sending bank) mencukupi • Dapat memonitor posisi “terkini” saldo rekening giro setiap saat sepanjang hari • Membantu pengaturan transmitting Transaksi Pembayaran Antar-Bank dan pengelolaan likuiditas IMPLIKASI BAGI PERBANKAN : • Treasury bank dituntut untuk meningkatkan disiplin dan profesionalismenya dalam mengelola likuiditas (liquidity management) dan risiko (risk management)

  23. BI-RTGS(Manfaat bagi BI) • Mengurangi risiko Bank Sentral akibat adanya ‘time lag’ antara transaksi dan settlement yang terjadi selama ini dalam transaksi pembayaran antar bank melalui kliring dengan multilateral netting. (Sejak diberlakukannya RTGS di Jakarta, nilai perputaran Kliring Jakarta turun dari + 30 triliun rupiah menjadi + 3 triliun rupiah) • Dengan penerapan CSA (Centralised Settlement Account) maka akan tersedia informasi rekening bank secara real time dan menyeluruh.

  24. Issue2 Sistem Pembayaran Saat Ini

  25. BIS CORE PRINCIPLES • Desember 1999, BIS (Bank for International Settlement) mempublikasikan “The Core Principles For Sistemically Importance Payment System (Core Principles)”. • Terdiri dari 10 prinsip yang digunakan sebagai acuan universal dalam penyelenggaraan sistem pembayaran yang dikategorikan ‘sytemically important’ yaitu sistem yang dapat menyebabkan atau memicu terjadinya gangguan atau ‘shock transmitting’ pada sistem keuangan baik domestik atau bahkan internasional. • BI perlu melakukan assessment terhadap sistem pembayaran yang diselenggarakannya, antara lain : kliring dan RTGS

  26. 10 CORE PRINCIPLES • Sistem harus memiliki Dasar Hukum yang kuat pada semua yurisdiksi yang terkait • Ketentuan dan prosedur harus memberikan pemahaman yang jelas kepada peserta terhadap dampak dari setiap risiko yang dihadapi peserta • Sistem harus memiliki prosedur yg jelas mengenai manajemen risiko kredit dan risiko likuiditas • Sistem harus dapat menjamin terlaksananya settlement dengan segera selambat2nya pada akhir hari • Dalam multilateral netting, sistem harus dapat menjamin terlaksananya settlement pada jadwal yang telah ditetapkan meskipun ada peserta kliring terbesar yang mengalami kegagalan untuk memenuhi kewajibannya • Asset/dana untuk setelmen dibawah penguasaan Bank Sentral • Sistem harus menjamin keamanan dan kehandalan operasional dan mempunyai contingency plan • Sistem harus menyediakan sarana pembayaran yang praktis untuk user dan efisien untuk perekonomian • Sistem harus mempunyai kriteria dan akses yang terbuka untuk seluruh partisipan • Penyelenggaraan sistem harus efektif, Accountable (dapat dipertangungjawabkan) dan transparan

  27. Intercity Clearing • Perbankan • Operational Cost relatif tinggi • Kualitas servis yang rendah (lack of information kepastian dana serta tidak ada standard ‘service level agreement’ antar bank) Kondisi Saat Ini : • Kliring Lokal hanya mengakomodir: • Cek/BG yang diterbitkan bank • peserta lokal Permasalahan • Masyarakat : • Ketidakpastian dana (mengganggu cash flow nasabah) • Biaya yang relatif tinggi Bank mengembangkan mekanisme sendiri-sendiri untuk warkat non-lokal (inkaso) • Bank Indonesia : • Menghambat upaya giralisasi serta pengembangan perekonomian daerah • In-efisiensi secara nasional

  28. INSTRUMEN PEMBAYARAN

  29. “Alat pembayaran merupakan media yang digunakan dalam pembayaran” Uang Kertas Uang Logam Tunai Paper Based Card Based Non-Tunai E-Money

  30. Uang Tunai • Media tunai dalam transaksi pembayaran banyak dipilih dengan alasan kemudahannya, khususnya untuk transaksi yang bernilai kecil. • Dengan menggunakan uang tunai maka jika seseorang melakukan jual beli barang dan atau jasa, maka pada saat dia menerima barang dan atau jasa yang dibeli, penjual juga menerima uang sebagai pembayarannya (efektivitas dana pada saat itu juga). • Umumnya merupakan wewenang bank sentral untuk mencetak dan mengedarkannya.

  31. Non Tunai Instrumen paper-based di masyarakat • Cek : • adalah surat perintah membayar tanpa syarat sebagaimana diatur dalam KUHD. • Dasar Hukum : KUHD Psl.178 s/d 229 • Bilyet Giro : • adalah surat perintah dari nasabah kepada Bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening pemegang yang disebutkan namanya dengan tenggang waktu tertentu. • Dasar Hukum : • SK Dir 28/32/KEP/DIR 4 Juli 1995 • SE 28/32/UPG 4 Juli 1995 • SE 2/10/DASP 8 Juni 2000

  32. Perbedaan Pokok Cek dan Bilyet Giro

  33. Syarat Formal Cek dan BG

  34. Kewajiban Penyediaan Dana (Penarik)* 70 hari 6 bulan Daluwarsa Tgl penarikan Akhir Tanggal Penawaran Asumsi : tidak ada penarikan cek/ pembatalan BG Tenggang Waktu pengunjukkan/ penawaran Tgl Efektif BG • Cek: sejak tanggal penarikan s/d kadaluarsa • BG : sejak tgl efektif s.d kadaluarsa

  35. Instrumen paperbased antar-bank (yang diperhitungkan dalam kliring) • Selain Cek dan BG yang merupakan instrumen pembayaran antar individu (nasabah) terdapat instrumen lain untuk transaksi antar bank yang dapat diperhitungkan melalui kliring, yaitu : • Nota Kredit • Nota Debit • Wesel Bank Untuk Transfer (WBUT) • Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT) • Warkat-warkat tersebut merupakan sarana perhitungan antar bank (atas perintah nasabah atau atas perintah bank sendiri)

  36. Instrumen paperbased antar-bank (yang diperhitungkan dalam kliring)

  37. Card Based instrument Kartu Kredit Karakteristik : • Secara fisik berupa media kartu plastik • Teknologi ‘magnetic stripe’ atau ‘microchip’ • Ada logo dan nama penerbit, nomor kartu, masa berlaku, nama pemegang kartu, tanda tangan • Pemegang tidak harus memiliki rekening simpanan di bank penerbit • Penggunaannya memerlukan proses otorisasi secara elektronis dan on-line melalui terminal EDC atau inkprinter • Pembayaran oleh pemegang kartu kepada bank penerbit setelah jangka waktu tertentu (bank penerbit memberikan kredit kepada pemegang kartu) Merchant/toko Tagihan Kartu Kredit Pemegang Kartu Princple/Card Company (Visa, MasterCard) Acquiring Bank Issuing Bank

  38. Mekanisme Penggunaan Kartu Debit Merchant/toko Pemegang Kartu Debet : Card Holder Credit : Merchant Issuing Bank Card Based instrument Kartu Debit/Kartu ATM Karakteristik : • Secara fisik berupa media kartu plastik • Teknologi ‘magnetic stripe’ atau ‘microchip’ • Ada logo dan nama penerbit, nomor kartu, masa berlaku, nama pemegang kartu, tanda tangan • Pemegang harus memiliki rekening simpanan di bank penerbit • Penggunaannya memerlukan proses otorisasi secara elektronis dan on-line melalui mesin ATM, terminal EDC atau inkprinter • Pada saat transaksi, rekening pemegang kartu di bank langsung di debit (berkurang)

  39. Electronic Money • Karakteristik : • Merupakan produk stored-value atau prepaid dimana sejumlah dana disimpan secara elektronis dalam suatu peralatan elektronis. • ‘Nilai elektronis’ ini dapat dibeli oleh seseorang dan tersimpan dalam peralatan elektronis miliknya dimana nilainya akan berkurang pada saat digunakan untuk melakukan pembayaran. • Berbeda dengan kebanyakan single-prepaid card yang ada saat ini (seperti kartu telepon), e-money dimaksudkan untuk berbagai keperluan pembayaran (multi purpose). • E-money juga berbeda dengan instrumen pembayaran elektronis lainnya seperti debit/credit card yang dalam penggunaannya memerlukan otorisasi secara on-line dan dapat mendebit rekening si pemakai begitu transaksi dilakukan.

  40. Access Product Vs Prepaid Product Access Product Prepaid/Stored-Value Product (kartu debit, kartu kredit, phone banking, internet banking) (E-Money) • Dana berada dalam pengelolaan bank, sepanjang belum digunakan untuk pembayaran • Selalu memerlukan proses otorisasi (via leased line, telepon, atau internet) • Dana yang tersimpan dalam peralatan e-money sepenuhnya berada dalam penguasaan customer • Tidak harus memerlukan proses otorisasi

  41. Jenis E-Money • Dilihat dari media yang digunakan, ada dua tipe produk e-money : • a. Prepaid Card (disebut juga electronic purses), dengan karakteristik sebagai berikut : • ‘Nilai elektronis’ disimpan dalam suatu chip (integrated circuit) yang tertanam pada kartu. • Mekanisme pemindahan dana dilakukan dengan meng-insert kartu ke suatu card reader. • b. Prepaid software (sering disebut juga digital cash), dengan karakteristik sebagai berikut : • ‘Nilai elektronis’ disimpan dalam suatu hard disk komputer. • Mekanisme pemindahan dana dilakukan melalui suatu jaringan komunikasi seperti Internet, pada saat melakukan pembayaran.

  42. Implikasi Pengembangan E-Money terhadap Bank Sentral • E-Money merupakan inovasi pembayaran yang relatif baru, namun menimbulkan berbagai issue yang berkaitan dengan bank sentral. Meskipun sejauh ini belum ada produk e-money di Indonesia, namun perlu diantisipasi kebijakan yang perlu diambil Bank Indonesia sehubungan dengan pengembangan e-money. Beberapa issue seputar e-money yang terkait dengan bank sentral adalah : • Implikasi e-money terhadap efektivitas kebijakan moneter dikaitkan dengan perhitungan M1. • Implikasi pengembangan e-money terhadap pendapatan seigniorage bank sentral selaku pemegang hak monoply pencetakan dan pengedaran uang kartal • Implikasi e-money terhadap fungsi pengawasan sistem pembayaran.

  43. S e k I a n D a n T e r I m a k a s I h

More Related