1 / 35

Pengaruh dari kondisi-kondisi perawatan pengerasan terhadap kekuatan beton.

Pengaruh dari kondisi-kondisi perawatan pengerasan terhadap kekuatan beton. Urutan Kerja Pengecoran Yang Baik. Penakaran ( batching ) Pencampuran/pengadukan ( mixing ) Pengangkutan ( transporting ) Pemadatan ( compacting ) Penyelesaian ( finishing ) Perawatan ( curing ).

elewa
Download Presentation

Pengaruh dari kondisi-kondisi perawatan pengerasan terhadap kekuatan beton.

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Pengaruh dari kondisi-kondisi perawatan pengerasan terhadap kekuatan beton.

  2. Urutan Kerja Pengecoran Yang Baik • Penakaran (batching) • Pencampuran/pengadukan (mixing) • Pengangkutan (transporting) • Pemadatan (compacting) • Penyelesaian (finishing) • Perawatan (curing)

  3. Penakaran (batching) • Proses mengukur proporsi dan material beton sebelum di muat ke dalam pengaduk (mix design) • Proses pengukuran yang paling akurat adalah dengan menimbang

  4. Pencampuran/pengadukan (mixing) • Pencampuran harus dilakukan cukup lama untuk mendapatkan campuran yang seragam • Waktu pencampuran tergantung jenis pengaduk. • Berkisar 30 detik untuk jenis pan-type dan jenis reversing drum. • Sekitar 3 menit untuk pengaduk free-fall. • PBI 89 mensyaratkan minimal 1,5 menit. • Untuk drum yg berputar dgn kapasitas sampai 1 m3, waktu pencampuran dibutuhkan 1,5 sampai 2 menit setelah semua material masuk. Tri Mulyono,2004:220

  5. Pengangkutan (transporting) • Beton diangkut dengan berbgai cara, mulai dari kereta dorong penuang (dumpers), truk ready-mix, sampai pompa beton. • Sedikitnya ada 3 macam gerakan, yaitu dari pengadukan sampai ke lokasi, dari lokasi ke bagian yang dicor secara vertikal dan horizontal.

  6. Penuangan • Tujuan penuangan: tuangkan beton sedekat mungkin dgn kedudukan akhirnya, dgn secepat dan seefisien mungkin, sehingga pemisahan dapat dihindari dan beton dapat dipadatkan secara penuh. Untuk penuangan beton atau pengecoran dalam air, dapat ditambahkan sekitar 10% semen untuk menghindari kehilangan pada saat penuangan. Penuangan ini dapat dilakukan dengan alat-alat bantu, (1). Karung (protective sandbag walling) 2. bak khusus, 3. tremi, dsb Tri Mulyono,2004:226

  7. Tuangkan campuran dalam lapisan-lapisan yang seragam. • Hindari menuang dalam tumpukan yang besar atau miring karena akan terjadi pemisahan. • Pada kolom dan dinding, tiap lapisan sebaiknya tidak lebih tebal dari 45 cm. • Bila lebih tebal dari itu maka udara akan terjebak dan tidak dapat keluar, biarpun memakai penggetar. • Tiap lapisan harus dipadatkan terlebih dahulu sebelum dituangi lagi dengan lapisan baru. • Hindari terbentuknya sambungan dingin (cold joint) • Kolom dan dinding ekspose, kecepatan menuangnya harus lebih dari 2 meter per jam

  8. Pemadatan (compacting) • Setelah beton diaduk, diangkut dan dituangkan, ia masih mngandung udara dalam bentuk rongga udara. • Pemadatan adalah untuk mengeluarkan udara sebanayak mungkin, kalau dapat kurang dari 1 % (tidak termasuk air entrainment). • Jumlah udara yg terjebak tergantung pada kelecakan beton segar. Beton dengan slump sebesar 25 mm mengandung udara 20%. Itu sebabnya beton denan slump rendah memerlukan pemadatan yg lebih baik. • Untuk setiap 1% udara, kekuatan akan menurun 5 sampai 6%. • Rongga udara akan menambah permeabilitas, yg akan mengurangi ketahanan beton. Tidak mampu menghadapi cairan yg gak agresif maupun pelapukan akibat cuaca (weathering), menyebabkan karatan, juga akan mengurangi lekatan beton dgn baja.

  9. Drum mixer besi dgn kapasitas 200 liter campuran Stir besi diameter 600 mm Kalau waktu pengadukan kurang lama akan berakibat campuran tidak menyatu (belum seragam) sebaliknya apakah ada pengaruh kalau terlalu lama pencampurannya? Secara umum tidak bermasalah, hanya saja konsistensinya dapat menurun. Jika dipakai bahan kimia air entrainment, kadar udaranya akan berkurang bila waktu pencampuran lama. Molen Pengaduk ukuran sedang

  10. konsolidasi • Konsolidasi : adalah proses memadatkan beton segar untuk pengecoran di dalam acuan dan sekitar bagian yg tertanam dan tulangan, dan untuk menghilangkan udra yg terjebak atau pori udara insidental dalam beton. • Rongga udara dapat disingkirkan dengan skop, dirojok atau bahkan dengan menginjak-injak. • Pemadatan yg terbaik dan tercepat adalah dengan menggunakan penggetar (vibrator). Bila campuran digetarkan, gesekan dalam antar agregat akan berkurang- seperti gula atau pasir yg dipadatkan dengan mengetuk-ngetuknya. • Batang Rojokan harus cukup panjang untuk mencapai dasar acuan, dan cukup tipis untuk lewat antara tulangan dan acuan.

  11. Pemadatan dengan Vibrator • Vibrasi baik internal maupuin eksternal adalah metode yg paling banyak dipakai. • Bila beton digetarkan, gsekan antara butir agregat kasar dihilangkan sementara beton menjadi seperti cair. Ia settle di alam acuan di bawah aktifitas gravitasi dan buih udara besar yg terjebak lebih mudah naik ke permukaan. • Vibrator dalam (internal vibrator, jarum penggetar) adalah jenis yg paling sering dipakai, karena langsung masuk ke dlmcampuran, dapat dipindahkan dgn mudah. • Jarum dihubungkan ke motor penggerak dgn slang yg fleksibel. Jarum umumnya silindris, diameter 20-80 mm. Vibrator diameter kecil berfrekwensi tinggi ( 10.000-15.000 rpm, atau 170-250 hz), dgn amplitudo rendah (0,40-0,75 mm). Jika diameter bsar frekwensi makin kecil dan amplitudo makin besar.

  12. Penyelesaian (finishing) • Lantai beton dapat diselesaikan dgn banyak cara, tergantung tujuan penggunaanya. • Bila misalnya masih akan dipasang ubin, praktis cukup diratakan saja (strike off atau screeding). • Untuk permukaan beton ekspose perlu disapu, float atau trowel finish. • STRIKE OFF atau SCREEDING • Strike off atau Screeding adalah membuang beton yg berkelebihan untuk meratakan permukaan. Memakai tepian yg lurus (lurus atau lengkung, sesuai permukaan yg diharapkan), dengan gerakan seperti gergaji secara horizontal

  13. FLOATING • Dengan Float tangan dari kayu, atau logam, atau mesin dengan bilah-bilah. • Tujuannya untuk membenamkan agregat yg persis di bawah permukaan, menyingkirkan cacat humps (tonjolan kecil) dan rongga-rongga kecil (voids), memadatkan mortal pada permukaan sebagai persiapan operasi finishing dan menjaga permukan tetap terbuka sehingga, kelengasan yg berlebihan dapat keluar. • Float membuat tekstur yg rata (tetapi tidak licin), yang mempunyai keahanan slip yg baik cocok untuk beton eksterior. • TROWELLING • Merupakan float dgn tekanan untuk mendapatkan permukaan yang padat, rata dan kedap air, terutama pada lantai yg tidak akan diberi penutup lagi (identik dengan pembuatan pavement yg biasanya secara awam dilakukan dgn memukul-mukul dengan sapu lidi). • Pada lantai pabrik dimana akan terdapat beban berat dan gesekan, permukaan beton perlu diperkeras dgn memadatkan dgn alat trowel. Ini dilkukan setelah beton mulai set dan cukup keras untuk menerima tekanan alat sehingga air dan material halus tidak naik ke permukaan. Bila di tunda terlalu lama akan sulit dikerjakan. Kadang-kadang ditambah serbuk besi utk memperkeras permukaan.

  14. Perawatan (curing) • Jumlah air di dalam beton cair sebetulnya sudah lebih dari cukup (sekitar 12 liter per ak semen) untuk mnyelesaikan reaksi hidrasi. • Namun sebagian air hilang karena menguap sehingga hidrasi selanjutnya terganggu. • Karena hidrasi relatif cepat pd hari-hari pertama, perawatan yg ling penting adalah pada umur mudanya. • Kehilangan air yg cepat juga menyebabkan beton menyusut, terjadi tegangan tarik pada beton yg sedang mengering sehingga dpt menimbulkan retak. • Beton dirawat sebanyak 7 hri akan lebih kuat sekitar 50% daripada beton tidak dirawat.

  15. PALU BETON(Schmids Concrete Hammer) • Bila benda dilemparkan pada permukan benda lain, maka benda yang dilemparkan akan memantul kembali. • Efek pantulan yang ditimbulkan tergantung pada sifat kekerasan benda yg dilemparkan dan juga sifat kekerasan serta tekstur permukaan benda yg dilemparkan. • Dengan mengetahui berat benda yg dilemparkan dan sifat permukan yg terkena lemparan, maka dpt dihitung berapa tinggi pantulan yg akan terjadi. • Dengan prinsip ini, dpt diciptakan suatu alat yg dapat menguji kekerasan beton. • Dari berbagai jenis alat, alat yg diciptakan oleh Ernest Schmids adalah yg paling banyak digunakan dan lebih populer dengan nama Schmids Concrete Hammer, atau palu beton Schmids

  16. Cara pengujiannya telah diatur dalam British Standard, Bab IV, dan secara singkat dapat diuraikan cara kerja alat ini SBB: • Tongkat penusuk yg terdapat pada alat ini ditusukkan pada permukaan beton yang akan diuji, kemudian per pengontrolan palu dilepas. • Palu yang dilepas akan memukul pangkal tongkat, lalu membentur permukaan beton. Akibat benturan, tongkat pemukul akan memantul kembali. • Pada tongkat dipasang jarum petunjuk yg dapat dibaca efek pantulannya. • Berdasarkan eksperimen, pengembalian jarum adalah merupakan petunjuk dari derajat kekerasan permukaan beton yg diuji. • Perlu diperhatikan bila pengujian dilakukan dengan sudut tertentu, maka hasil pembacaan harus diberi koreksi, karena adanya sudut permukaan yang akan mengubah energi benturan

  17. Kelemahan dari metoda ini yaitu mengambarkan kualitas permukaan beton dengan kedalaman penetrasi benturan yang rendah, sehingga hasilnya lebih rendah bila dilakukan dengan pengujian tekan secara langsung. Kadang-kadang hasil pembacaan palu beton memberikan hasil yang terlalu optimis, dan ini biasanya terjadi bila permukaan dekat pada pengaruh tulangan atau agregat kasar. Pembacaan pada pelat lantai biasanya lebih tinggi bila dibandingkan dengan balok, karena tulangan pelat biasanya lebih tinggi bila dibandingkan dengan balok, karena tulangan pelat lebih dekat pada permukaan. Untuk menghindari faktor kesalahan ini, maka harus dilakukan pembacaan sebanyak mungkin dengan interval yang rapat. Untuk suatu lokasi diperlukan sebanyak 20 kali pembacaan. Dengn membuat bujur sangkar 20 x 20 cm dan membaginya dalam 20 kotak, maka akan diperoleh 20 kali pembacaan. Dengan membuang angka pembacaan yang terlalu optimis dan pesimis lalu ambil harga rata-rata pembacaan keseluruhan. Pengujian palu beton dapat digunakan sebagai pengujian awal, untuk tujuan pengendalian mutu pekerjaan.

  18. Perbandingan hasil pengujian palu beton dgn kut tekan kubus (Amri, 2005:175)

  19. HAMMER TEST

  20. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton dengan Cara Pengambilan Beton Inti (Core drill) • Bila ingin mengetahui mutu beton nyata dari seluruh penampang, maka harus dilakukan pengambilan bagian dalam penampang beton. • Pengambilan bagian inti beton dilakukan dengan cara pemboran ke dalam penampang yg akan diketahui sifatnya. • Diameter mata Bor (bor head) yg umum digunakan adh 50 dan 100 mm. • Penggunaan mata bor yg kecil diperuntukkan pada penampang dgn tulangan yg rapat, sehingga tidak banyak baja tulangan yg terpotong akibat pengeboran. • Beton inti diperoleh dari hasil pengeboran kemudian dibawa ke Laboratorium untuk dilakukan pengujian tekannya. • Tinggi beton inti minimal yg dapat diuji adalah bila tinggi benda uji sama dengan diameternya. • Pengujian beton inti selain untuk memperoleh kuat tekan juga dapat memperoleh nilai Modulus elastisita atau Poissons’s Ratio dan kuat belah.

More Related