1 / 20

MENGENAL JENIS-JENIS KALENDER

MENGENAL JENIS-JENIS KALENDER. Kalender Solar (Syamsiyah, berdasarkan matahari) Kalender Lunar (Qomariyah, berdasarkan bulan Kalender lunisolar (kalender lunar yang disesuaikan dengan matahari). Kalender Solar.

demetria
Download Presentation

MENGENAL JENIS-JENIS KALENDER

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. MENGENALJENIS-JENIS KALENDER Kalender Solar (Syamsiyah, berdasarkan matahari) Kalender Lunar (Qomariyah, berdasarkan bulan Kalender lunisolar (kalender lunar yang disesuaikan dengan matahari)

  2. Kalender Solar • Waktu satu tahun = lamanya bumi mengelilingi matahari, yaitu 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik atau 354,2422 hari. • Pergantian hari pada tengah malam (midnight) • Awal bulan (tanggal 1) tidak bergantung pada posisi bulan • Contoh: Kalender Masehi, Iran, dan Jepang.

  3. Kalender Lunar • Waktu satu tahun = dua belas kali lamanya bulan mengelilingi bumi, yaitu 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik atau 29,5306 hari. Dikalikan 12 menjadi 354 hari 8 jam 48 menit 34 detik atau 354,3672 hari. • Pergantian hari pada saat matahari tenggelam (sunset) • Awal bulan (tanggal 1) saat munculnya hilal • Contoh: Kalender Hijriah dan Jawa.

  4. Kalender Lunisolar • Dalam setahun kalender lunar lebih cepat 11 hari dari kalender solar, maka kalender lunisolar mempunyai bulan interkalasi (bulan tambahan, bulan ke-13) setiap 3 tahun, agar sesuai dengan perjalanan matahari. • Pergantian hari pada saat matahari tenggelam (sunset) • Awal bulan (tanggal 1) saat konjungsi (Imlek, Saka, Budha) dan hilal (Yahudi) • Contoh: Kalender Imlek, Saka, Budha, dan Yahudi.

  5. Kalender Arab Pra Islam • Menggunakan lunisolar • Tahun baru (setelah musim panas, sekitar September) dinamai Muharam. • Pada bulan ini disepakati haram melakukan peperangan • Bulan berikutnya dinamai Shafar (kuning) karena daun menguning, yaitu sekitar Oktober

  6. Kalender Arab Pra Islam • Bulan November dan Desember saatnya musim gugur (Rabi’), maka dinamai Rabi’ul Awwal dan Rabi’ul Akhir. • Musim dingin atau beku (Jumad) terjadi pada Januari dan Pebruari, sehingga dinamai Jumadil Awwal dan Jumadil Akhir. • Salju mencair bulan Maret sehingga diberi nama Rajab (mencair) • Musim semi saat untuk turun ke lembah bercocok tanam terjadi bulan April, dinamai Sya’ban (Syi’b yang artinya lembah)

  7. Kalender Arab Pra Islam • Bulan Mei suhu mulai membakar kulit dan meningkat pada bulan Juni. Oleh karena itu dinamai Ramadhan (pembakaran) dan Syawwal (peningkatan). • Bulan Juli puncak musim panas, membuat orang lebih suka duduk di rumah daripada bepergian, dinamai Dzul-Qo’idah (qa’id artinya duduk). • Bulan Agustus masyarakat Arab menunaikan ibadah agama nenek moyang mereka Ibrahim a.s., yaitu berupa ibadah haji. Bulan ini dinamai Dzul-Hijjah.

  8. Kalender Arab Pra Islam • Sistem lunisolar menghendaki penambahan bulan menjadi 13 setelah Dzul Hijjah, yang dinamai Nasi’. Dalam 19 tahun ada 7 tahun yang jumlahnya 13 bulan. • Interkalasi ini banyak menimbulkan masalah, karena kadang satu suku berbeda dengan suku lainnya dalam menentukan Bulan Nasi’. Sehingga seringkali satu suku menyerang suku lainnya pada bulan Muharam, dengan alasan menurut kalender mereka belum masuk bulan Muharam.

  9. Kalender Islam • Setelah turun QS. At Taubah: 36-37Rasululloh SAW mengeluarkan dekrit bahwa kalender Islam tidak bergantung pada perjalanan Matahari. • Nama bulan Muharam s.d. Dzul Hijjah tetap dipakai karena sudah populer, tetapi jatuhnya Ramadhan tidak selalu musim panas, karena bulan Nasi’ dihapus. • Kenapa harus sistem Lunar? Jawabannya karena prinsip keadilan bagi pemeluk Islam yang letak geografisnya berbeda satu sama lainnya. Lebih dari itu pemurnian kalender lunar juga merupakan perintah Alloh kepada Nabi SAW. Berikut

  10. QS. At Taubah (9):36-37 • Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Alloh ialah 12 bulan, dalam ketetapan Alloh di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya 4 bulan haram (Dzul Qaidah, Dzul Hijjah, Muharam, dan Rajab). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri (dengan berperang) dalam bulan yang 4 itu. Dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwasannya Alloh beserta orang-orang yang bertaqwa. • Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran, disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lainnya agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang Alloh mengharamkannya, maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan oleh Alloh. (Syaiton) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. Kembali

  11. Kalender Islam • Penetapan Tahun Hijriah dimulai pada masa Khalifah Umar ibn Khattab (638 M) atas usulan Gubernur Iraq Abu Musa al-Asyari. Tahun 638 M saat dikeluarkan keputusan tersebut langsung ditetapkan tahun 17 H. • Setelah dibentuk panitia dewan yang diketuai Umar ibn Khattab dan anggota Utsman ibn Affan, Ali ibn Thalib, Abdurrahman ibn Auf, Saad ibn Abi Waqqas, Talhah ibn Ubaidillah, dan Zubair ibn Awwam ditetapkan tahun 1 hijriah adalah saat peristiwa hijrah kaum muslimin dari Makkah ke madinah atas usulan Sahabat Ali ibn Thalib. • Alasan Ali ibn Thalib mengusulkan hal tersebut adalah: • Dalam Al qur’an sangat banyak penghargaan Alloh pada orang yang berhijrah • Masyarakat Islam yang berdaulat dan mandiri baru terwujud setelah hijrah ke Madinah • Umat Islam diharapkan sepanjang hidupnya selalu dilandasi oleh semangat hijriah, yaitu selalu dinamis untuk berhijrah ke kondisi yang lebih baik.

  12. Sistem Kalender Hijriah • Dari Muharam s.d. Dzul Hijjah, setiap bulan 30 atau 29 hari, sehingga 354 hari setahun • Dalam setiap siklus 30 tahun, 11 tahun adalah kabisat (Dzul Hijjah dijadikan 30 hari), yaitu tahun ke-2, 5, 7, 10, 13, 16, 18, 21, 24, 26, dan 29) • Setiap 32 atau 33 tahun, dalam satu tahun masehi terjadi 2 kali Idul Fitri. Fenomena ini terjadi antara lain tahun 1870, 1903, 1935, 1968, 2000. Dan akan terjadi tahun 2033, 2065, 2098, 2130 dst.

  13. KONVERSI Hijriah-Masehi • Konversi Tahun Hijriah ke Tahun Masehi atau sebaliknya dapat digunakan rumus: • Kalender Hijriah setiap tahun lebih cepat 11 hari dari kalender Masehi, sehingga selisihnya akan mengecil. Menurut rumus di atas keduanya akan bertemu pada tahun 20526 M atau 20526 H.

  14. Kalender Saka • Nenek moyang kita menggunakan kalender Saka saat masih memeluk Agama Hindu. • Kalender Saka dimulai tahun 78 M ketika kota Ujjayini (Malwa, India) direbut kaum Saka (Scythia) di bawah Pimpinan Raja Kaniska dari kaum Satavahana. • Tahun baru terjadi pada saat Minasamkranti (Matahari pada Rasi Pisces) awal musim semi. • Nama bulan: Caitra, Waisaka, Jyestha, Asadha, Srawana, Bhadrawada, Aswina (Asuji), Kartika, Margasira, Posya, Magha, Palguna.

  15. Kalender Jawa • Kalender Saka dipakai di Jawa s.d. Abad 17. • Kasultanan Demak, Banten, dan Mataram menggunakan kalender Saka dan Hijriah bersama-sama. • Tahun 1633 M (1555 Saka atau 1043 H) Sultan Agung Ngabdurahman Sayidin Panotogomo Molana Matarami menghapus kalender lunisolar Saka dari Pulau Jawa dan menciptakan Kalender Jawa yang mengikuti kalender Lunar Hijriah. • Angka tahun Saka diteruskan, sehingga 1 Muharam 1043 adalah 1 Muharam 1555, yang jatuh pada Jumat Legi tanggal 8 Juli 1633 M. Angka tahun Jawa selalu berselisih 512 dari angka tahun Hijriah

  16. Kalender Jawa • Nama-nama bulan disesuaikan dengan lidah orang Jawa: Muharam, Sapar, Robingulawal, Robingulakir, Jumadilawal, Jumadilakir, Rejeb, Saban, Ramelan, Sawal, Dzulkangidah, Dulkijah. • Muharam sering disebut Sura terkait 10 Muharam sebagai hari Asyura. • Rabingulawal dijuluki Mulud sesuai kelahiran Nabi SAW. Rabingulakir dijuluki Ba’da Mulud (Silihmulud). • Saban dinamai Ruwah karena dipakai untuk mendoakan arwah keluarga yang telah wafat, untuk menyambut bulan Pasa (Ramadhan, Ramelan). • Dulkangidah disebut Hapit atau Sela karena diantara dua hari raya. • Dulkijah sering dinamai bulan Haji atau Besar atau Rayagung, saat berlangsungnya Ibadah haji.

  17. Kalender Jawa • Nama-nama hari dari Sansakerta (Raditya, Soma, Anggara, Budha, Brehaspati, Sukra, Sanaiscara) yang berbau Jahiliyah penyembahan terhadap langit diganti oleh Sultan Agung menjadi Ahad, Senen, Seloso, Rebo, Kemis, Jumuwah, Saptu. • Konsep Pancawara yang diyakini budaya asli Jawa, bukan dari Saka (India) tetap dilestarikan, yaitu Pahing, Pon, Wage, Kliwon (Kaliwuan), Legi (Umanis). • Dalam siklus satu windu (8 tahun), 1 Muharam berturut-turut jatuh pada hari ke-1, 5, 3, 7, 4, 2, 6 dan ke-3. Dinamai dengan numerologi Arab: Alif (1), Ha (5), Zim Awal (3), Zai (7), Dal (4), Ba (2), Waw (6), dan Zim akhir (3). Diucapkan dengan lidah jawa, menjadi: Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, Jimakir. • Tahun Ehe, Je, dan Jimakir ditetapkan sebagai tahun kabisat.

  18. Kalender Sunda (Kala Sunda) • Kala Sunda dikatagorikan sebagai kalender lunar. • Umumnya kalender lunar menentukan awal bulan (tanggal 1) bergantung pada posisi bulan, sehingga kalender Hijriah, Jawa, Yahudi, Saka, Budha dan Imlek selalu berdekatan. • Anehnya Kala Sunda menetapkan tanggal 1 ketika bulan berwujud setengah lingkaran (seharusnya tanggal 7 atau 8 dalam Hijriah). • Istilah Sansakerta Suklapaksa (paro terang), yang arti sesungguhnya “separo bulan (half moon) sebelum purnama”, dimaknai lain dalam Kala Sunda, yaitu “awal bulan terjadi ketika bulan terlihat separo (half-moon)”.

  19. Kalender Sunda (Kala Sunda) • Kala Sunda diciptakan oleh Abah Ali (Ali Sastramidjaya) • Kala Sunda mirip dengan Kalender Jawa ciptaan Sultan Agung. • Kala Sunda merupakan ramuan dari beragam kalender modern lain, tapi mirip kalender Jawa yang memiliki tiga tahun kabisat dalam periode satu windu. Setiap 120 tahun sama dengan kalender Jawa selalu menghilangkan satu hari. • Awal windu (indung poẻ) yang jatuh pada senen manis, maka awal windu berikutnya juga senen manis. Setelah 120 tahun, indung poẻ bergeser dari senen manis menjadi Ahad kliwon, kemudian Sabtu wage dst.

  20. Kalender Sunda (Kala Sunda) • Nama Bulan dalam kala Sunda: Kartika, Margasira, Posya, Maga, Palguna, Setra, Wesaka, Yesta, Asada, Srawana, Badra, Asuji yang mirip Kalender Saka (India). • Nama hari Kala Sunda: Radite, Soma, Anggara, Buda, respati, Sukra, Tumpek. Mirip Kalender Saka, yang berbeda hanya tumpek (sabtu), entah dari mana. • Pembagian bulan menjadi Suklapaksa dan kresnapaksa (Pinjaman istilah dari India) • Nama-nama kalender Saka yang berbau kemusrikan telah dihapus oleh Sultan Agung, dihidupkan kembali dalam Kala Sunda.

More Related