1 / 59

PRESKRIPSI I

D asar-dasar penyiapan obat meliputi: pemilihan produk obat, compounding (seni meracik obat) dalam rangka filling prescription dari aspek Efficacy, Safety, Stability, Acceptability (2). PRESKRIPSI I. Gusti Noorrizka V.A. SEDIAAN LARUTAN. Departemen Farmasi Komunitas

dava
Download Presentation

PRESKRIPSI I

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Dasar-dasar penyiapan obat meliputi: pemilihan produk obat, compounding (seni meracik obat) dalam rangka filling prescription dari aspek Efficacy, Safety, Stability, Acceptability (2) PRESKRIPSI I Gusti Noorrizka V.A. SEDIAAN LARUTAN Departemen Farmasi Komunitas Fakultas Farmasi – Universitas Airlangga 2012

  2. Tujuan Instruksional Umum:Mahasiswa dapat menjelaskan tentang konsep Preskripsi (Resep), Obat, Dosis Obat, Bentuk Sediaan Obat, Aturan Pakai, Rute Pemakaian Obat, serta Compounding & Dispensing Sediaan Obat Padat dan Cair dalam perspektif Asuhan Kefarmasian.

  3. Tujuan Instruksional khusus:Mahasiswa mampu menginterpretasi resep dan compounding and dispensing sediaan cair

  4. Penilaian: Nilai Ujian + Tugas • Tipe soal ujian: Multiple choice dan essay

  5. Pasien Apoteker Dokter RESEP R/ Obat + dosis Bentuk sediaan Aturan pakai • Obat jadi  pustaka • Obat racikan baku  pustaka + cara meracik • Obat racikan komposisi dokter  cara meracik Bermacam-macam  cara meracik sesuai bentuk sediaan Sediaan farmasi diserahkan dalam wadah yang diberi etiket dan label dengan cara penyimpanan tertentu.

  6. SEDIAAN CAIR SISTEM HOMOGEN ( 1 FASA ) PADAT + CAIR CAIR + CAIR GAS + CAIR LARUTAN PADAT + CAIR SUSPENSI SISTEM HETEROGEN ( 2 FASA ) EMULSI CAIR + CAIR

  7. dr. Sulaksana Pramana SID 77.008/ID/II/90 Jl. Dharmawangsa 189 Surabaya Surabaya, ………… R/ OBH Combi 100 ml fl I S 3 d d Cth I Pro : ..………………………… Umur : …….. Alamat : …………………………………….... 20/5/12 Esperanda 10 th dr. Sulaksana Pramana SID 77.008/ID/II/90 Jl. Dharmawangsa 189 Surabaya Surabaya, ………… R/ Succus liquir. 10 Ammon. Chlorid. 6 SASA 6 Aquadest ad 300 ml m.f.l.a. Solutio S 3 d d Cth I da ⅓ Pro : ..………………………… Umur : …….. Alamat : …………………………………….... dr. Sulaksana Pramana SID 77.008/ID/II/90 Jl. Dharmawangsa 189 Surabaya Surabaya, ………… R/ OBH Combi 100 ml fl I S 3 d d Cth I Pro : ..………………………… Umur : …….. Alamat : …………………………………….... 20/5/12 Tussim Esperanda 8 th 10 th

  8. Compounding & Dispensing SEDIAAN LARUTAN Membahas materi sediaan larutan untuk peracikan di apotek, meliputi: • Pengertian umum sediaan larutan. • Tujuan peracikan / pemberian bentuk sediaan larutan. • Cara peracikan sediaan larutan. • Peracikan sediaan larutan yang bersifat khusus. • Wadah, etiket dan label sediaan larutan.

  9. Pengertian umum sediaan larutan Adalah sediaan cair sistem satu fasa yang terdiri dari dua atau lebih bahan. Adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut (FI ed IV). Contoh: SIRUP = gula + air = larutan gula dalam air = sistem satu fasa

  10. Pengertian umum sediaan larutan ISTILAH : - Bahan obat terlarut  solut - Bahan pelarut  solven, mis: air, alkohol, dll - solven tidak berkhasiat - solven berkhasiat Contoh: - Sol. Acidi borici - Sol. Camphora spirituosa

  11. Pengertian umum sediaan larutan Persyaratan: 1. STABIL - JERNIH - Stabil  fisika dan kimia - Jernih  - tidak ada endapan - dapat meneruskan cahaya 2. HOMOGEN

  12. Pengertian umum sediaan larutan Macam: 1. Berdasarkan Pelarut a. Solutio aquosa, e.g. Sol. Acidi Borici R/ Ac.boricum 3 Aquadest ad 100 b. Solutio spirituosa, e.g. Salycil Spiritus R/ Ac.salicylicum 1 Glicerol 3 Aethanol 70% ad 100 ml c. Solutio oleosa, e.g. Sol. Camphora Oleosa R/ Camphora 10 Ol.olivarum ad 100

  13. Pengertian umum sediaan larutan Macam: 2. Berdasarkan Perbandingan Solut - Solven a. Larutan tidak jenuh b. Larutan jenuh c. Larutan lewat jenuh 3. Berdasarkan Penggunaan - potio - elixir - gargarisma - collutorium - saturatio - irigasi - enema - collunarium - sirup - injeksi - guttae - collyrium

  14. Tujuan PemberianBentuk Sediaan Larutan Keuntungan: • Dosis lebih bervariasi / tepat. • Absorpsi dapat lebih cepat. • Kurang mengiritasi  konsentrasi dapat dibuat encer. • Tepat untuk bahan higroskopis – deliquescent. • Mudah penggunaannya.

  15. Tujuan PemberianBentuk Sediaan Larutan Kerugian: • Pengemasan & pengangkutan sulit. • Rasa & bau bahan yang tidak enak sulit ditutupi. • Tidak dapat untuk bahan yang terurai dalam bentuk larutan.

  16. Cara PeracikanSediaan Larutan KOMPOSISI UMUM: R/ Bahan obat  solut Bahan pelarut  solven Bahan pembantu Bahan obat  padat, cair Bahan pelarut  pembawa / vehiculum Bahan pembantu : - corigens : saporis, odoris, coloris - pengawet

  17. Cara PeracikanSediaan Larutan Contoh Resep: OBH: OBP: padat R/ Succus liquiritae 10 Ammon.chlorid. 6 SASA 6 Aquadest ad 300 m.f. Solutio padat cair R/ SASA 2% Ol.menth.pip. gtt I Sir. Simpleks 10 Aquadest ad 100 m.f. Solutio cair cair cair

  18. Cara PeracikanSediaan Larutan BAHAN OBAT  harus terlarut Bagaimana jika bahan obat sukar larut ??? - Menaikkan kelarutan - Mempercepat kelarutan

  19. Cara PeracikanSediaan Larutan Cara menaikkan kelarutan: 1. Penggantian bentuk yang tepat (like dissolves like) 2. Dilarutkan dalam pelarut campuran 3. Dibuat bentuk kompleks yang larut 4. Pengaturan pH 5. Penambahan solubilizing agent Cara mempercepat kelarutan: 1. Memperkecil ukuran partikel 2. Pengadukan 3. Pemanasan

  20. Cara PeracikanSediaan Larutan Cara menaikkan kelarutan: 1. Penggantian bentuk yang tepat (like dissolves like) - solut polar larut dalam pelarut polar - solut non polar larut dalam pelarut non polar Contoh: - garam alkaloid larut dalam pelarut polar (Ephedrin HCl) (air) - alkaloid base larut dalam pelarut non polar (Ephedrin base) (minyak)

  21. Cara PeracikanSediaan Larutan Cara menaikkan kelarutan: 2. Dilarutkan dalam pelarut campuran Phenobarbital, paracetamol, dll sukar larut dalam air  kelarutan akan naik bila dilarutkan dalam pelarut campuran. Contoh: Elixir Phenobarbital  pelarut: air, alkohol, gliserin R/ Phenobarbital 0,3 Alkohol qs Glycerin qs Aquadest ad 100 ml m.f. Solutio pelarut pelarut pelarut

  22. Cara PeracikanSediaan Larutan Cara menaikkan kelarutan: 2. Dilarutkan dalam pelarut campuran Solubility of Phenobarbital in Alcohol-Glycerin-Water Systems at 25ºC x 0.1º 201

  23. Cara PeracikanSediaan Larutan Cara menaikkan kelarutan: 3. Dibuat bentuk kompleks yang larut Iodium sukar larut dalam air tetapi larut dalam larutan pekat KI atau NaI  membentuk garam rangkap yang mudah larut. Contoh: pembuatan Solutio Lugoli R/ Iodide 50 Potasium Iodide 100 Aquadest ad 1000 ml m.f. Solutio

  24. Cara PeracikanSediaan Larutan Cara menaikkan kelarutan: 4. Pengaturan pH - asam larut dalam suasana basa - basa larut dalam suasana asam 5. Penambahan solubilizing agent Penambahan zat tertentu yang dapat menaikkan kelarutan, misal: Tween

  25. Cara PeracikanSediaan Larutan Cara mempercepat kelarutan: 1. Ukuran partikel Semakin kecil ukuran partikel  semakin cepat larut Mengapa??  ukuran partikel kecil  luas permukaan besar  kontak dengan pelarut semakin besar  yang teramati: semakin cepat larut.

  26. Cara PeracikanSediaan Larutan Cara mempercepat kelarutan: 2. Pengadukan Pengadukan mempercepat penggantian pelarut di permukaan solut Pelarut jenuh diganti dengan pelarut belum jenuh Solut semakin cepat larut

  27. Cara PeracikanSediaan Larutan Cara mempercepat kelarutan: 3. Suhu - Eksotermik : suhu  kelarutan  H ( – ) - Endotermik : suhu  kelarutan  H ( + )

  28. Cara PeracikanSediaan Larutan BAHAN PELARUT Menurut FI ed III: kecuali dinyatakan lain, yang disebut pelarut ialah air suling.

  29. Cara PeracikanSediaan Larutan BAHAN PELARUT Syarat: • Bersih dan higienis. • Memiliki daya melarutkan solut yang besar. • Inert. • Bebas dari warna dan bau yang tidak dikehendaki.

  30. Cara PeracikanSediaan Larutan BAHAN PEMBANTU Corigens: - saporis - coloris - odoris Pengawet  untuk penyimpanan lama Sangat berpengaruh pada anak-anak

  31. Cara PeracikanSediaan Larutan R/ Bahan Obat (SOLUT) Bahan Pelarut (SOLVEN) Bahan Pembantu PERACIKAN Antara lain: 1. Dengan cara sederhana 2. Dengan reaksi kimia 3. Dengan ekstraksi simplisia nabati • Dengan cara sederhana Misal: - Sirup simplex  melarutkan gula dalam air - Solutio Acidi Borici  melarutkan Acidum boricum dalam air

  32. Cara PeracikanSediaan Larutan R/ Bahan Obat (SOLUT) Bahan Pelarut (SOLVEN) Bahan Pembantu PERACIKAN 2. Dengan reaksi kimia Misal: - Solutio Lugoli  melarutkan Iod dalam larutan pekat kalium iodida - Solutio Magnesii citras  melarutkan Magnesium carbonat dalam larutan asam citrat 3. Dengan ekstraksi simplisia nabati Misal: Infusa daun sirih (Piper betle folium)

  33. Cara PeracikanSediaan Larutan R/ Bahan Obat (SOLUT) Bahan Pelarut (SOLVEN) Bahan Pembantu PENYARINGAN Tujuan: 1. Menghilangkan kotoran mekanis 2. Menghilangkan zat yang tidak dikehendaki Macam penyaring : - kertas saring  larutan obat - kapas  sirupus simplex - kain flanel / kasa  infusa

  34. Cara PeracikanSediaan Larutan Bahan obat tertentu  cara melarutkan khusus • Natrium bikarbonat - menggoyang / memutar dengan air dalam wadah tertutup, atau - gerus tuang dengan air dalam mortir. b. Kamfer Ditambah spiritus fortior 2x berat kamfer  larut  ditambah aqua panas  kocok.

  35. Cara PeracikanSediaan Larutan Bahan obat tertentu  cara melarutkan khusus c. Tanin dalam air dan gliserin Dilarutkan dalam air, baru ditambah gliserin  karena tanin mengandung hasil oksidasi yang larut dalam air tetapi tidak larut dalam gliserin. d. Succus liq. / ekstrak liq. Ditambah aqua panas / mendidih  gerus ad larut dalam mortir.

  36. Cara PeracikanSediaan Larutan Bahan obat tertentu  cara melarutkan khusus e. SASA (Solutio Ammoniae Spirituosa Anisata) Tanpa sirup: SASA ditambahkan terakhir  langsung dalam botol Ada sirup: Sirup + SASA (dalam botol)  kocok ad SASA terbagi halus R/ Oleum Anisi 4 Aethanol 90% 76 Ammonia liquidum 20

  37. PeracikanSediaan Larutan Bersifat Khusus 1. NETRALISASI dan SATURASI Sediaan NETRALISASI ialah sediaan obat minum yang dibuat dengan cara mencampurkan suatu asam dengan suatu basa dan tidak mengandung gas CO2. Asam: - mudah larut  asam sitrat - sukar larut  asam salisilat Basa: - suatu karbonat  CO2 harus dihilangkan - ammonium liquida

  38. PeracikanSediaan Larutan Bersifat Khusus 1. NETRALISASI dan SATURASI Sediaan NETRALISASI Contoh: - Ac.citrat + MgCO3 Solutio Magnesii Citratis - Ac.acetyl.salicyl. + CaCO3  Solutio Calcii Acetyl Salicylas (Ascal)

  39. PeracikanSediaan Larutan Bersifat Khusus 1. NETRALISASI dan SATURASI Sediaan SATURASI ialah sediaan obat minum yang dibuat dengan cara mencampurkan suatu asam dengan suatu basa dimana sediaan jenuh dengan gas CO2. Adanya gas CO2 dalam botol  tekanan > dibanding luar botol  disebut Potio efervescen.

  40. PeracikanSediaan Larutan Bersifat Khusus 1. NETRALISASI dan SATURASI Sediaan SATURASI Syarat peracikan sediaan Potio efervescen: 1. Dibuat pada suhu serendah mungkin 2. Bagian asam dan basa harus terlarut 3. Tidak boleh dikocok dan tidak boleh mengandung bahan yang tidak larut • Isi botol maximum 80% • Bagian basa dilarutkan dalam 70% air tersedia, bagian asam dilarutkan dalam 30% air tersedia

  41. PeracikanSediaan Larutan Bersifat Khusus 1. NETRALISASI dan SATURASI Sediaan SATURASI Syarat peracikan sediaan Potio efervescen: • Bagian asam ditambahkan ke bagian basa • Penambahan bahan lain: a. ke bagian asam: bahan bersifat asam, mudah menguap, sirup, garam netral b. ke bagian basa: bahan bersifat basa, garam dari asam yang sukar larut

  42. PeracikanSediaan Larutan Bersifat Khusus 1. NETRALISASI dan SATURASI Sediaan SATURASI Cara peracikan sediaan Potio efervescen: • Larutkan bagian asam. • Larutkan bagian basa  masuk botol. • - ⅔ bagian asam ditambahkan sedikit2 ke bagian basa sambil digoyang2 sampai gas CO2habis. - sisa asam ditambahkan sekaligus  botol langsung ditutup rapat.

  43. PeracikanSediaan Larutan Bersifat Khusus 1. NETRALISASI dan SATURASI Sediaan SATURASI Contoh sediaan Potio efervescen: Potio Riveri: R/ Ac. citric 5 Aqua 50 Spiritus citri 5 Sir. Simpleks 25 Natr. Bic. 6 Aqua 110

  44. PeracikanSediaan Larutan Bersifat Khusus 2. SEDIAAN INFUSA Definisi menurut FI ed IV • sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit Komposisi umum R/ Simplisia nabati Aqua

  45. PeracikanSediaan Larutan Bersifat Khusus 2. SEDIAAN INFUSA Cara Peracikan Simplisia dengan derajat halus yang cocok Campur dengan air secukupnya dalam panci Panaskan di atas tangas air selama 15 menit (terhitung mulai suhu mencapai 90°C) sambil diaduk-aduk Serkai selagi panas dengan kain flanel Tambahkan aqua panas secukupnya melalui ampas ad volume yang dikehendaki

  46. PeracikanSediaan Larutan Bersifat Khusus 2. SEDIAAN INFUSA Jumlah simplisia Kecuali dinyatakan lain, dibuat dengan 10 bagian simplisia untuk 100 bagian colatur, kecuali: - Chinae cortex 6 - 100 - Digitalis folium 0,5 - 100 - Orthosiphonis folium 0,5 - 100 - dll (lihat F.I.)

  47. PeracikanSediaan Larutan Bersifat Khusus 2. SEDIAAN INFUSA Derajat kehalusan Tergantung jenis simplisia Contoh : - serbuk 5/8  daun sirih - serbuk 8/10  kelembak - serbuk 10/22  temulawak, jahe - dll (lihat F.I.)

  48. PeracikanSediaan Larutan Bersifat Khusus 2. SEDIAAN INFUSA Jumlah aqua - simplisia segar  tidak perlu air ekstra - simplisia kering  perlu air ekstra Umumnya: 2 x berat simplisia, kecuali: - Piper betle folium  0 x - Pulpa tamarindorum  1 x

  49. PeracikanSediaan Larutan Bersifat Khusus 2. SEDIAAN INFUSA Jumlah aqua Contoh : R/ Infus Piper betle folium 150 ml  jumlah air = 150 + 0 x 15 = 150 ml R/ Infus Chinae cortex 200 ml  jumlah simplisia untuk 200 ml = 12 g  jumlah air = 200 + 2 x 12 = 224 ml

  50. PeracikanSediaan Larutan Bersifat Khusus 2. SEDIAAN INFUSA Lama pemanasan Proses penyarian:suhu 90°C selama 15’ Ada 3 cara mengetahui suhu 90°C tercapai: 1. Suhu 90°C diukur dengan termometer • Bila digunakan tangas air dingin, suhu 90°C dicapai bila tangas air mulai mendidih  hitung waktu 15’ • Bila digunakan tangas air mendidih, suhu 90°C dianggap dicapai setelah 10’  jadi, waktu yang diperlukan seluruhnya = 10’ + 15’ = 25’

More Related