1 / 15

METODE PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL Ada 3 metode perhitungan :

METODE PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL Ada 3 metode perhitungan : 1. METODE PRODUKSI (NILAI TAMBAH)  Pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlah kan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan o- leh setiap sektor produktif dalam suatu negara selama

chas
Download Presentation

METODE PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL Ada 3 metode perhitungan :

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. METODE PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL Ada 3 metode perhitungan : 1. METODE PRODUKSI (NILAI TAMBAH)  Pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlah kan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan o- leh setiap sektor produktif dalam suatu negara selama satu tahun.  Jumlah nilai produksi barang dan jasa akhir yang diha- silkan sektor produkstif selama satu tahun fiskal dise- but Gross Domestic Product (GDP/PDB) atau Gross National Product (GNP/PNB). 2. METODE PENDAPATAN  Pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlah kan pendapatan faktor-faktor produksi yang diguna- kan dalam memproduksi barang dan jasa.

  2. Faktor-faktor produksi : tanah, modal, tenaga kerja dan wirasasta (entrepreneur) yang digunakan tersebut diberi balas jasa yang masing-masing bernama sewa, bunga, upah/gaji dan laba. 3. METODE PENGELUARAN  Pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlah- kan seluruh pengeluaran dari masyarakat. Pendapatan yang diterima oleh semua masyarakat akan dibelanjakan pada berbagai barang dan jasa atau dita- bung. Dengan metode ini PENGELUARAN terdiri atas : a. Pengeluaran konsumsi perorangan dan rumah tangga tangga (Personal Consumption Expenditure) yang ter- diri dari : pengeluaran untuk barang-barang yang ta- han lama (Durable Goods) dan yang tidak tahan lama.

  3. Pengeluaran ini biasanya disingkat C. b. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (Government Ex- penditure)  disingkat G. c. Investasi Domestik Bruto yang terdiri dari bangunan baku, alat produksi baru dan tahan lama, dan persedi aan barang oleh perusahaan. Investasi disingkat I. d. Ekspor (x) dikurangi Impor (y). Persamaan/Rumus Pendapatan Nasional dilihat dari si- si pengeluaran :  Y = C + I + G + (X - M) LAJU PERTUMBUHAN PENDAPATAN NASIONAL Pengertian pendapatan nasional dibedakan menjadi dua yaitu 1. Pendapatan nasional menurut harga yang berlaku (Pen- dapatan Nasional) pada tahun yang bersangkutan.

  4. 2. Pendapatan nasional menurut harga konstan (Pendapat- an Nasional Riil)  bisa ditentukan dengan cara mende- flasikan pendapatan yang berlaku yaitu dengan menilai- nya kembali berdasarkan atas harga-harga pada tahun dasar tertentu (Base Year). Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendefla sikan/menurunkan pendapatan nasional  cara paling sederhana menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK). IHK merupakan indeks yang menunjukan perubahan har- ga dari barang yang dikonsumsi masyarakat dari waktu ke waktu. Angka indeks pada tahun dasar perbandingan selalu di- nyatakan dengan angka 100. Berdasarkan pada perbandingan tingkat harga pada ta- hun dasar tersebut dengan tingkat harga pada tahun-ta- hun sebelumnya atau sesudahnya, angka indeks pada ta hun-tahun lainnya tersebut bisa ditentukan.

  5. INDIKATOR PEMBANGUNAN 1. TINGKAT PENDAPATAN PER KAPITA. 2. PERTUMBUHAN GDP RATA-RATA PER TAHUN. 3. TINGKAT INFLASI RATA-RATA PER TAHUN. 4. INDIKATOR KUALITAS PENDUDUK : ANGKA HARAP AN HIDUP DAN PERSENTASE PENDUDUK DEWASA YANG MELEK HURUF. 5. PERTUMBUHAN DAN KOMPOSISI SEKTOR PRODUK SI. 6. PERSENTASE INVESTASI DAN TABUNGAN TERHA- DAP GDP.

  6. INDIKATOR PEMBANGUNAN Pendapatan per kapita digunakan sebagai : 1. INDIKATOR PEMBANGUNAN 2. Untuk membedakan tingkat kemajuan ekonomi antar ne- gara-negara maju dengan NSB. 3. Memberikan gambaran tentang laju pertumbuhan kese- jahteraan masyarakat di berbagai negara. 4. Perubahan corak perbedan tingkat kesejahteraan masya- rakat yang sudah terjadi diantara berbagai negara. Kelemahan Umum Pendekatan Pendapatan Perkapita salah satu KELEMAHAN penting dari tingkat pendapatan perkapita sebagai INDIKATOR PEMBANGUNAN (Indeks Kesejahteraan) adalah bersumber pada anggapan bahwa tingkat kesejahtera an masyarakat ditentukan oleh besarnya pendapatan perkapi ta masyarakat tersebut. Masih ada beberapa faktor lain yang cukup penting dalam me nentukan tingkat kesejahteraan masyarakat, misalnya FAK-

  7. TOR-FAKTOR EKONOMI seperti adat istiadat, keadaan iklim dan alam sekitar dan ada/tidaknya kebebasan mengeluarkan penda- pat dan bertindak merupakan beberapa contoh yang akan menim bulkan perbedaan tingkat kesejahteraan di negara-negara yang mempunyai pendapatan perkapita yang tidak banyak berbeda. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa KESEJAHTERAAN MASYARAKAT merupakan suatu hal yang BERSIFAT SUBYEK- TIF artinya tiap orang mempunyai pandangan hidup, tujuan hidup dan cara hidup yang berbeda. Dengan demikian memberikan nilai yang berbeda pula terhadap faktor-faktor yang menentukan TING- KAT KESEJAHTERAAN mereka. Ada sekelompok orang mene- kankan kepada penumpukan kekayaan dan memperoleh penda- patan tinggi sebagai unsur penting untuk mencapai kepuasan hi- dup lebih tinggi dan ada pula sekelompok orang yang lebih suka memperoleh waktu senggang yang lebih banyak dan enggan un- tuk bekerja lebih keras untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.

  8. DUALISME • Dalam waktu yang sama di dalam masyarakat terdapat dua gaya sosial yang jelas berbeda satu sama lain, dan masing- masing berkembang secara penuh serta saling mempenga- ruhi DUALISME EKONOMI • kegiatan-kegiatan ekonomi dan keadaan-keadaan ekonomi serta keadaan-keadaan yang lain dalam suatu masa terten- tu, atau dalam suatu sektor ekonomi tertentu memiliki me- miliki sifat-sifat yang tidak seragam ini, dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu ekonomi tradisional (kegiatan-ke giatan ataupun keadaan-keadaan ekonomi yang ada masih dikuasai oleh unsur ketradisionalan) dan ekonomi moder (berbagai kegiatan dan keadaan ekonomi yang sedang ber- langsung dikuasai oleh unsur-unsur yang bersifat modern).

  9. BEBERAPA MACAM DUALISME : 1. Dualisme Sosial (Boeke 1953)  Di dalam suatu masyarakat terdapat dua sistem yang berbeda dan keduanya hidup saling berdampingan. Pada satu bagian masyarakat terdapat sistem sosial yang lebih modern yang terutama berasal dari barat akibat hubungan dagang dengan luar negeri atau dengan penjajah. Sedangkan pada sebagian masyara- kat yang lain pada saat yang sama, keadaan sistem sosialnya tidak mengalami perubahan yang berarti atau tetap dalam suasana ketradisionalan (kuno).  ditemukan di sebagian besar Asia, Afrika dan Ame- rika Latin. 2. Dualisme Teknologi (Myint 1967 dan Higgins 1968)  Suatu keadaan dimana di dalam suatu bidang kegia- tan ekonomi digunakan teknologi dan organisasi pro-

  10. duksi yang berbeda. Pada sektor ekonomi yang lebih maju dan modern di- gunakan teknologi canggih dan organisasi produksi yang efisien hal ini dapat ditemukan pada industri tam bang dan minyak, industri pengolahan, industri jasa angkut modern, dunia perbankan dan jasa lembaga ke uangan lain, dsb. Sedangkan pada kegiatan ekonomi seperti kegiatan ekonomi sub sektor bahan makanan, dan pertanian tradisional secara umum, dan jasa pela- yanan tradisional menggunakan teknologi dan organi- sasi produksi yang konvensional, rendah, satu lebih rendah daripada kelompok pertama. 3. Dualisme Finansial (Myint)  Pasar uang di negara-negara berkembang dapat dipi- sahkan ke dalam 2 golongan yaitu Organized Money Market yaitu pasar uang yang terdiri dari bank-bank

  11. komersial dan badan-badan keuangan lainnya dan ter dapat terutama di pusat-pusat perdagangan dan kota- kota besar dan Unorganized Money Market yaitu pa- sar uang yang terdiri dari tuan-tuan tanah, ceti-ceti de sa, pedagang-pedagang perantara yang terdapat da- lam daerah pertanian dan pedesaan. 4. Dualisme Regional  Ketidakseimbangan diantara tingkat pembangunan di- berbagai daerah dalam suatu negara. Ketidak seim- bangan yang dimaksud sebenarnya juga terdapat di negara-negara maju tetapi keadaannya tidak separah seperti yang terdapat di negara-negara berkembang. Dualisme ini di negara-negara berkembang dapat dibe dakan ke dalam 2 jenis yaitu dualisme antara daerah perkotaan dan pedesaan serta dualisme antara pusat pemerintah dan beberapa daerah industri dan perda-

  12. gangan dengan daerah-daerah lain dalam perekonomi- an tersebut. Konsep dualisme telah menjadi bahan pembicaraan secara lu as dalam ekonomi pembangunan (Todaro 1978) dan menun- jukan adanya 4 elemen dalam ekonomi pembangunan : 1. Kendatipun ada perbedaan dari “yang merasa lebih” da- lam banyak hal, ternyata dalam waktu-waktu tertentu da- pat melakukan kerjasama. Contoh : adanya kerjasama antara metode produksi mo- dern dengan metode produksi tradisional da- lam suatu proses produksi, kerjasama antara kelompok elite kaya berpendidikan dengan ke- lompok miskin yang tuna aksara, dsb. 2. Kerjasama (ko-eksistensi) bukanlah semata-mata transi- si, hal ini berlangsung bukan karena fenomena sementa- ra yang dalam beberapa waktu dapat menghapuskan per

  13. bedaan antara superior dan inferior. Kerjasama (interna- sional) bukan semata merupakan fenomena historis yang akan terhapus dalam beberapa waktu. 3. Tingkat superioritas dan inferioritas antar kelompok da- lam suatu negara dan antar negara bukan makin me- nyempit tetapi cenderung meningkat. Contoh : celah produksi antara negara kaya dengan du- nia ketiga yang makin lama makin melebar. 4. Interrelasi antara elemen-elemen superior dan inferior se demikian rupa sehingga dapat dikatakan elemen kelom- pok superior tidak “menarik keatas” elemen-elemen pa- da kelompok inferior> Akibatnya ketidakharmonisan ker- jasama ini semakin “membangun keterbelakangan”. 4 Faktor Melatar Belakangi/Menyebakan Lahirnya Dualisme : a. Adanya kebijakan yang memiliki 2 dimensi yaitu kebijak- an untuk mempertahankan agar surplus di sektor pertani an tetap berada di dalam negara daripada dibawa ke luar

  14. negeri seperti pada masa penjajahan dan kebijakan un- tuk mengalihkan surplus sektor pertanian ke sektor in- dustri (manufacturing), dan ekspor seperi semula. b. Adanya pengaruh dari pola pertumbuhan ekonomi teruta ma yang terjadi di negara Asia. Pertumbuhan penduduk yang cepat untuk negara Philippina, Taiwan dan Korea Selatan (2 - 3 % per tahun) “berdampingan” dengan mis- kinnya pemilikan sumber-sumber alam. Ekspor hasil bu- mi dapat dikatakan kecil dan tidak dapat mengimbangi angka pertumbuhan penduduk. Sementara di daerah lain akan ditemukan tekanan penduduk yang rendah tetapi cukup memiliki sumber-sumber alam dan potensial un- tuk mengadakan ekspor hasil bumi. Malahan ekspor ha- sil bumi memainkan peranan penting dalam ekonomi na- sional. Ini ditemukan di negara Thailand dan Malaysia. c. Yang menyangkut ratio antara manusia dan tanah. Di NSB kebanyakan dari masyarakat tingkat pemilikan ta

  15. nahnya kecil. Ratio antara manusia dan tanah dapat men capai 1000–1500 orang perkilometer persegi dengan 80% nya lebih hidup di pedesaan dan bekerja pada sektor per dan bekerja pada sektor pertanian tradisional. d. Lemahnya perekonomian nasional. Perekonomian nasonal negara yang memiliki dualisme untuk pertumbuhan ekonominya, pada sebagian besar NSB, biasanya tergantung perdagangan luar negeri, ban- tuan luar negeri dan investasi asing. Dilihat dari stuktur pasar dunia, mereka merupakan daerah pasaran industri dan ekspor produk modern yang semula mengalir dari sektor pertanian komersial ke sektor luar negeri. Hasil yang diperoleh sektor pertanian dimanfaatkan untuk pembentukan kapital sehingga akhirnya sektor pertanian tradisional tetap terisolasi dan tetap kesubsistensiannya.

More Related