1 / 50

ANALISIS REAL I

ANALISIS REAL I. Oleh: Mardiyana Jurusan Pendidikan Matematika. SISTEM BILANGAN REAL (R). Sifat-Sifat yang akan dikaji: Sifat Aljabar Sifat Urutan Sifat Kelengkapan. Operasi Biner. Yang dimaksud dengan operasi biner pada himpunan A adalah fungsi dari AxA ke A. Contoh + : R x R  R

boris
Download Presentation

ANALISIS REAL I

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. ANALISIS REAL I Oleh: Mardiyana Jurusan Pendidikan Matematika

  2. SISTEM BILANGAN REAL (R) Sifat-Sifat yang akan dikaji: • Sifat Aljabar • Sifat Urutan • Sifat Kelengkapan

  3. Operasi Biner Yang dimaksud dengan operasi biner pada himpunan A adalah fungsi dari AxA ke A. Contoh + : R x R  R (x,y)  +(x,y) = x + y

  4. Aksioma 1.1.1 (Sifat Aljabar dari R) Untuk setiap a, b, c  R, dengan 2 operasi biner penjumlahan (+) dan Perkalian (.)berlaku sifat: (A1) a + b = b + a (A2) (a + b) + c = a + (b + c) (A3) terdapat 0 R, sehingga a + 0 = a = 0 + a; (A4) terdapat -a  R, sehingga a + (-a) = 0 = (-a) + a; (M1) a. b = b . a (M2) (a.b).c = a.(b.c) (M3) terdapat 1 R, 1  0, sehingga a.1 = a = 1.a (M4) untuk a 0, terdapat 1/a  R, sehingga a.1/a = 1 = a.1/a; • a.(b+c) = a.b + a.c Selanjutnya (R,+.) disebut lapangan (field), 0 disebut elemen nol dan 1 disebut elemen satuan

  5. Teorema 1.1.2(1). Jika z, aR sehingga z + a = a , maka z = 0 (2). Jika u, b R; u.b = b dan b  0 , maka u = 1 Bukti (1) Diketahui bahwa z + a = a . Dengan menambahkan (-a) pada kedua ruas diperoleh (z + a) + (-a) = a + (-a) Jika berturut-turut diaplikasikan (A2), (A4), dan (A3) pada ruas kiri maka diperoleh (z + a) + (-a) = z + (a + (-a)) sifat A2 = z + 0 sifat A4 = z sifat A3 Selanjutnya, jika diaplikasikan (A4) pada ruas kanan maka diperoleh a + (-a) = 0 Jadi disimpulkan bahwa z = 0. Dari sifat ini berarti bahwa elemen nol tunggal.

  6. Bukti: (2). Diketahui u, b R; u.b = b dan b  0. Berdasarkan (M4) terdapat 1/b di R sedemikian hingga b.(1/b) = 1. Jika kedua ruas dari u.b = b dikalikan dengan 1/b maka diperoleh: (u.b).(1/b) = b.(1/b) (*) Selanjutnya jika diaplikasikan berturut-turut (M2), (M4) dan (M3) pada ruas kiri, maka diperoleh (u.b).(1/b) = u.( b.(1/b)) sifat M2 = u.1 sifat M4 = u sifat M3 Jika diaplikasikan (M4) pada ruas kanan, maka diperoleh b.(1/b) = 1 Jadi dari hubungan (*) disimpulkan bahwa u = 1. Dari sifat ini berarti elemen satuan 1 tunggal.

  7. Teorema 1.1.3 (1). Jika a, bR sehingga a + b = 0 , maka b = -a(2). Jika a, b  R; a  0 sehingga a.b = 1 , maka b = 1/a Bukti (1) Diketahui bahwa a + b = 0 . Dengan menambahkan -a pada kedua ruas, maka diperoleh (-a) + (a + b) = (-a) + 0 Dengan (A2), (A4), dan (A3) pada ruas kiri, diperoleh (-a) + (a + b) = ((-a) + a) + b = 0 + b = b Jika diaplikasikan (A3) pada ruas kanan, maka (-a) + 0 = -a Jadi disimpulkan bahwa b = -a. Dari sifat ini berarti elemen invers thd (+) tunggal

  8. Teorema 1.1.4 Jika a, b  R, maka:(1). Persamaan a + x = b mempunyai penyelesaian tunggal x = (-a) + b.(2). Jika a  0maka persamaan ax = b mempunyai penyelesaian tunggal x = (1/a)b. Bukti (1)Dengan mengaplikasikan (A2), (A4), (A3), diperoleh a + (-a + b) = (a + (-a)) + b = 0 + b = b yang berakibat(-a + b) penyelesaian dari a + x = b. Selanjutnya ditunjukkan penyelesaian tersebut tunggal. Misalkan z penyelesaian lain persamaan tersebut, maka a + z = b , dan jika ditambahkan (-a) pada kedua ruas, maka diperoleh (-a) + (a + z) = (-a) + b Selanjutnya dengan mengaplikasikan (A2), (A4), dan (A3) pada ruas kiri, maka (-a) + (a + z) = ((-a) + a) + z = 0 + z = z • Jadi disimpulkan bahwa z = (-a) + b.

  9. Teorema 1.1.5 Jika a  R; maka(1). a.0 = 0 (2). (-1).a = -a (3). –(-a) = a (4). (-1)(-1) = 1 Bukti (1) Dari (M3), a.1 = a, sehingga dengan menambahkan a.0 dan menerapkan (D) dan (M3) akan diperoleh a + a.0 = a.1 + a.0 = a.(1+0) = a.1 = a . Dengan Teorema 1.1.2 (1), disimpulkan a.0 = 0.

  10. Teorema1.1.6 Misalkan a, b, c  R,(1). Jika a  0 , maka 1/a  0 dan 1/(1/a) = a. (2). Jika ab = ac dan a  0, maka b = c. (3). Jika ab = 0 , maka a = 0 atau b = 0 Bukti: (1). Untuk a  0 , maka 1/a ada. Jika 1/a = 0, maka 1 = a.(1/a) = a. 0 = 0, sehingga bertentangan dengan (M3). Jadi 1/a  0. Selanjutnya karena (1/a).a = 1, maka dengan Teorema 1.1.3 (2) diperoleh 1/(1/a) = a.

  11. Teorema 1.1.7 Tidak ada bilangan rasional r sehingga r2 = 2. Bukti: Andaikan terdapat bilangan rasional r sehingga r2 = 2 . Oleh karena itu terdapat bilangan bulat p dan q dengan q  0 sehingga (p/q)2 = 2. Tanpa mengurangi keumuman diasumsikan p,q bilangan positif dengan faktor persekutuan terbesar 1. Karena p2 = 2q2 , maka p2 bilangan genap. Akibatnya p juga bilangan genap. Karena jika p ganjil, maka p2 juga ganjil. Karena 2 bukan faktor persekutuan dari p dan q, maka q bilangan ganjil. Selanjutnya, karena p genap, maka p = 2m untuk suatu mZ. Akibatnya 2m2 = q2. Jadi q2 bilangan genap, sehingga q juga bilangan genap. Terdapat kontradiksi bahwa q adalah bilangan asli yang genap sekaligus ganjil. Jadi, pengandaian di atas salah.

  12. Aksioma 1.2.1 (Sifat–Sifat Urutan dari R) Terdapat himpunan bagian tak kosong P dari R yang disebut himpunan bilangan real positif, yang memenuhi sifat-sifat berikut : • Jika a, b  P maka a + b  P. • Jika a, b  P maka a.b  P. • Jika aR maka tepat satu dari di bawah ini akan dipenuhi: a  P, a = 0 -a  P

  13. Definisi1.2.2 • Jika a  P, maka dikatakan bahwa a bilangan real positif dan ditulis a > 0. • Jika a  P  {0} , maka dikatakan bahwa a bilangan real nonnegatif dan ditulis a ≥ 0. • Jika -a  P, maka dikatakan bahwa a bilangan real negatif dan ditulis a < 0. • Jika -a  P  {0} , maka dikatakan bahwa a bilangan real nonpositif dan ditulis a ≤ 0.

  14. Definisi 1.2.3 Misalkan a, b R . (a) Jika a – b  P, maka kita tulis a > b atau b < a. • Jika a – b  P  {0}, maka ditulis a ≥ b atau b ≤ a.

  15. Teorema 1.2.4 Misalkan a, b, cR. • Jika a > b dan b > c, maka a > c. • Dipenuhi tepat satu dari: a > b, a = b atau a < b. (c) Jika a ≥ b dan a ≤ b, maka a = b.

  16. Teorema 1.2.5 (a) Jika aR dan a ≠ 0, maka a2 > 0. (b) 1 > 0. (c) Jika nN, maka n > 0.

  17. Teorema 1.2.6 Misalkan a, b,c, dR. (a) Jika a > b, maka a + c > b + c. (b) Jika a > b dan c > d, maka a + c > b + d. (c) Jika a > b dan c > 0, maka ca > cb Jika a > b dan c < 0, maka ca < cb. (d) Jika a > 0, maka 1/a > 0 Jika a < 0, maka 1/a < 0.

  18. Teorema 1.2.7 Jika a, b  dan a < b, maka a < ½ (a + b) < b. Akibat 1.2.8 Jika b dan b > 0, maka 0 < ½ b < b. Teorema 1.2.9 Jika a dan 0  a <  untuk setiap  > 0, maka a = 0.

  19. Example 1 Show that for real numbers a > 0 and b > 0, we have the inequality chain min(a,b)     max(a,b).

  20. Example 2 Bernaulli’s Inequality. Prove that if x > -1, then (1 + x)n 1 + nx, for all n  N.

  21. Example 3 Cauchy’s Inequality. Prove that if n  N and a1, a2, …, an and b1, b2, …, bn are real numbers, then (a1b1 + … + anbn)2  (a12 + … + an2) (b12 + … + bn2)

  22. Definisi 1.3.1 Untuk a R, harga mutlak dari a, dinotasikan|a|, dan didefinisikan dengan |a| = a jika a ≥ 0 dan = -a jika a < 0.

  23. Teorema 1.3.2 (a) |a| = 0 jika dan hanya jika a = 0. (b) |-a| = |a| untuk semua a R. (c) |ab| = |a| |b| untuk semua a, b R . (d) Jika c ≥ 0, maka |a| ≤ c jika dan hanya jika –c ≤ a ≤ c. (e) - |a| ≤ a ≤ |a| untuk semua a R.

  24. Bukti Teorema 1.3.2 (a) Dari definisi, jika a = 0, maka |a| = 0. Sebaliknya, jika a ≠ 0 maka –a ≠ 0, sehingga |a| ≠ 0. Jadi, jika |a| = 0, maka a = 0. (b) Jika a = 0, maka |0| = 0 = |-0|. Jika a > 0, maka –a < 0 sehingga |a| = a = -(-a) = |-a|. Jika a < 0 maka –a > 0 sehingga |a| = -a = |-a|. (c) Jika salah satu dari a,b bernilai nol, maka baik |ab| maupun |a| |b| sama-sama bernilai nol. Jika a > 0 dan b > 0 maka |ab| = ab = |a| |b|. Jika a > 0 dan b < 0 maka ab < 0 sehingga |ab| = -(ab) = a (-b) = |a| |b|, Sedangkan untuk dua kasus yang lain dapat dikerjakan dengan cara yang sama. (d) Jika |a| ≤ c, maka diperoleh a ≤ c dan –a ≤ c. Hasil ini memberikan a ≤ c dan –c ≤ a, sehingga -c ≤ a ≤ c. Sebaliknya, jika –c ≤ a ≤ c, maka a ≤ c dan –a ≤ c yang berarti |a| ≤ c. (e) Substitusikan c = |a| ke dalam (d).

  25. Teorema 1.3.3 Ketaksamaan SegitigaUntuk sebarang bilangan real a dan b berlaku|a + b| ≤ |a| + |b| Bukti:Dari Teorema 1.3.2 (e), diperoleh -|a| ≤ a ≤ |a| dan -|b| ≤ b ≤ |b|. Dengan menjumlahkan keduanya dan menerapkan Teorema 1.2.6 (b) akan diperoleh -(|a| + |b|) ≤ a + b ≤ |a| + |b| Dengan Teorema 1.3.2 (d), disimpulkan bahwa |a + b| ≤ |a| + |b| 

  26. Akibat1.3.4Jika a dan b sebarang bilangan real, maka (a) ||a| - |b|| ≤ |a – b| (b) |a – b| ≤ |a| + |b| Bukti (a) Perhatikan a = a – b + b. Dengan Ketaksamaan Segitiga diperoleh |a| = |a – b + b| ≤ |a – b| + |b|atau |a| - |b| ≤ |a - b|. Dengan cara yang sama |b| = |b – a + a| ≤ |b – a| + |a| Akibatnya -|a – b| = -|b – a| ≤ |a| - |b|. Dengan menggabungkan kedua ketaksamaan ini dan menerapkan Teorema 1.3.2 (d), maka disimpulkan bahwa ||a| - |b|| ≤ |a – b|. (b) Dengan mengganti b pada Ketaksamaan Segitiga dengan –b maka dihasilkan |a – b| ≤ |a| + |-b|. Karena |-b| = |b| maka disimpulkan |a – b| ≤ |a| + |b|.

  27. Akibat1.3.5Untuk sebarang bilangan a1, a2, ..., an di dalam R berlaku| a1 + a2 + ... + an| ≤ |a1| + |a2| + ... + |an| Bukti : Diserahkan pembaca sebagai latihan.

  28. Definisi 1.3.7Misalkan a  R dan  > 0. Persekitaran-  dari a didefinisikan sebagai himpunanV(a) = {x  R : |x – a| < }. Teorema 1.3.8 Misalkan a  R. Jika x anggota dari persekitaran V(a) untuk setiap  > 0, maka x = a. Bukti: Jika x memenuhi |x – a| <  untuk setiap  > 0, maka menurut Teorema 1.2.9 berlaku |x – a| = 0, yaitu x = a.

  29. 1.4 Sifat Kelengkapan dari R Definisi 1.4.1 Misalkan S himpunan bagian dari R. (a) Bilangan u  R dikatakan batas atas dari S jika berlaku s ≤ u untuk setiap s  S. (b) Bilangan v  R dikatakan batas bawah dari S jika berlaku v ≤ s untuk setiap s  S.

  30. Definisi 1.4.2 Misalkan S himpunan bagian dari R. (a) Jika S terbatas di atas, maka batas atas u disebut supremum (batas atas terkecil) dari S jika tidak ada bilangan yang lebih kecil dari u yang merupakan batas atas dari S. (b) Jika S terbatas di bawah, maka batas bawah v adalah infimum (batas bawah terbesar) dari S jika tidak ada bilangan yang lebih besar dari v yang merupakan batas bawah dari S.

  31. Lemma 1.4.3 Bilangan u adalah supremum dari himpunan tak kosong S  R, jika dan hanya jika memenuhi: (a) s ≤ u untuk setiap s  S. (b) jika w < u,maka terdapat s’  S sehingga w < s’. Bukti : Bukti ditinggalkan bagi pembaca.

  32. Lemma 1.4.4 (a) Batas atas u dari himpunan tak kosong S  R, merupakan supremum dari S jika dan hanya jika untuk setiap  > 0 terdapat s sehingga u -  < s. (b) Batas bawah v dari himpunan tak kosong S  R, merupakan infimum dari S jika dan hanya jika untuk setiap  > 0 terdapat s sehingga s < v + .

  33. Teorema 1.4.6 (Sifat Supremum dari ) Setiap himpunan tak kosong di dalam  yang mempunyai batas atas pasti mempunyai supremum di dalam .

  34. Teorema 1.4.7 (Sifat Infimum dari) Setiap himpunan tak kosong di dalam  yang mempunyai batas bawah pasti mempunyai infimum di dalam .

  35. Contoh1.4.8 Misalkan S himpunan bagian tak kosong di dalam  yang terbatas di atas dan misalkan a. Didefinisikan himpunan a + S = {a + s : s  S}. Akan ditunjukkan bahwa sup (a + S) = a + sup S.

  36. Soal 1 Misalkan S himpunan tak kosong terbatas di dalam . (a) Jika a > 0 dan aS = {as : s  S}. Buktikan bahwa inf aS = a inf S dan sup aS = a sup S. (b) Jika b < 0 dan bS = {bs : s  S}. Buktikan bahwa inf bS = b sup S dan sup bS = b inf S.

  37. Soal 2 Misalkan X himpunan tak kosong dan f : X  mempunyai range yang terbatas di dalam . Jika a , maka tunjukkan bahwa sup {a + f(x) : x  X} = a + sup {f(x) : x  X} dan inf {a + f(x) : x  X} = a + inf {f(x) : x  X}.

  38. Soal 3 Misalkan X himpunan tak kosong dan f, g : X  mempunyai range yang terbatas di dalam . Tunjukkan bahwa sup{f(x) + g(x) : xX}  sup{f(x) : xX} + sup{g(x) : xX} dan inf {f(x) : xX} + inf {g(x) : xX}  inf {f(x) + g(x) : xX}.

  39. Sifat Archimides Teorema (Sifat Archimides) Jika x Rmaka terdapat nxN sehingga x < nx

  40. Bukti (Sifat Archimides): Andaikan teorema tidak benar, yaitu untuk setiap n  N terdapat x R sehingga n < x. Oleh karena itu x adalah batas atas dari N, sehingga dengan sifat supremum, maka himpunan tak kosong N mempunyai supremum u di dalam R. Akibatnya terdapat m N sehingga u – 1 < m. Selanjutnya diperoleh m + 1  N. Hal ini kontradiksi dengan asumsi u adalah batas atas dari N.

  41. Akibat Sifat Archimides Jika y dan z bilangan real positif, maka : (a) Terdapat n  N sehingga z < ny. (b) Terdapat n  N sehingga 0 < 1/n < y. (c) Terdapat n  N sehingga n – 1  z < n.

  42. Bukti Akibat Sifat Archimides: (a) Karena x = z/y > 0, maka terdapat n  N sehingga z/y = x < n yang berarti z < ny. (b) Dengan mengganti z = 1 pada (a), maka 1 < ny, sehingga `1/n < y. Jadi 0 < 1/n < y. (c) Sifat Archimides menjamin bahwa himpunan bagian {m  N : z < m} di dalam N merupakan himpunan tak kosong. Misalkan n adalah elemen terkecil dari himpunan tersebut, maka n - 1 bukan anggota dari himpunan tersebut, sehingga n – 1  z < n

  43. Eksistensi Bilangan 2 Teorema Terdapat bilangan real positif x sehingga x2 = 2.

  44. Bukti : Misalkan S = {s  : 0 ≤ s, s2 < 2}, karena 1  S, maka S tidak kosong. Selanjutnya, jika t > 2 maka t2 > 2 , sehingga t  S. Jadi 2 merupakan batas atas dari S. Dengan sifat supremum, maka S mempunyai supremum di dalam R. Sekarang dimisalkan x = sup S. Perhatikan bahwa x > 1. Akan ditunjukkan bahwa x2 = 2, dengan menunjukkan bahwa tidak dipenuhi x2 < 2 maupunx2 > 2.

  45. Andaikan x2 < 2. Perhatikan bahwa untuk setiap n  N, berlaku 1/n2 1/n, sehingga Karena 0 < x dan x2 < 2, maka (2 - x2)/(2x + 1) > 0. Akibatnya terdapat bilangan asli n sehingga Akibatnya untuk bilangan asli n berlaku Jadi (x + 1/n)  S. Kontradiksi dengan x = sup S

  46. Andaikan x2 > 2 Perhatikan bahwa untuk sebarang bilangan asli m Selanjutnya karen x > 0 dan x2 > 2, maka (x2 – 2)/2x > 0. Sehingga terdapat bilangan asli m sehingga Akibatnya untuk bilangan asli m ini berlaku Ini berarti (x – 1/m) merupakan batas atas S. Kontradiksi dengan x = sup S.

  47. Sifat Kerapatan Bilangan Real Teorema (Kerapatan Bilangan Rasional) Jika x dan y bilangan real dengan x < y, maka terdapat bilangan rasional r sehingga x < r < y.

  48. Bukti: Tanpa mengurangi keumuman bukti, diasumsikan x > 0. Dengan Sifat Archimides, terdapat bilangan asli n sehingga n > 1/(y-x). Untuk n yang demikian, diperoleh (ny – nx) > 1. Selanjutnya, karena nx > 0, maka terdapat bilangan asli m sehingga m – 1  nx < m. Sehingga m  nx + 1 < ny. Akibatnya nx < m < ny. Jadi r = m/n adalah bilangan rasional yang memenuhi kondisi x < r < y.

  49. Akibat Jika x dan y bilangan real dengan x < y, maka terdapat bilangan irrasional z sehingga x < z < y. Bukti: Dengan menggunakan Teorema Kerapatan Bilangan Rasional, pada bilangan real x/2 dan y/2, terdapat bilangan rasional r sehingga x/2 < r < y/2 Jadi z = r2 adalah bilangan irrasional yang memenuhi x < z < y.

  50. Sekian Terima Kasih Atas Perhatiannya

More Related