1 / 46

Dispepsia dan Peptic-ulcer disease

Laksmi Maharani, M.Sc., Apt. Laboratorium Farmasi Klinik Farmasi FKIK UNSOED. Dispepsia dan Peptic-ulcer disease. Fisiologi Asam dalam Lambung. Melihat, membaui, merasakan  asetilkolin  reseptor muskarinik  parietal sel  HCl

ballari-taj
Download Presentation

Dispepsia dan Peptic-ulcer disease

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Laksmi Maharani, M.Sc., Apt. Laboratorium Farmasi Klinik Farmasi FKIK UNSOED Dispepsia dan Peptic-ulcer disease

  2. Fisiologi Asam dalam Lambung • Melihat, membaui, merasakan  asetilkolin  reseptor muskarinik  parietal sel  HCl • Penurunan tegangan akibat makanan masuk  asetilkolin  G sel  gastrin (pH tinggi)  diinhibisi pada pH rendah • Somatostatin (sel D)  sel G  produksi gastrin berhenti • Gastrin  parietal  reseptor gastrin + asetilkolin  histamin sel mast/ Enterochromaffin like cell (ECL)  reseptor histamin di sel parietal • Gastrin, H2, muskarinik reseptor ada di basolateral sel parietal  binding  stimulasi asam lambung • Ca  influx sel parietal Ca intrasel meningkat  cAMP & protein fosfokinase aktif  aktifkan H/K-ATPase/ proton pump  sekretori kanalikulus  H keluar sitoplasma, K masuk sel parietal  H + Cl dari darah  HCl

  3. Antasida • Mild & infrequent • Menetralisir asam lambung  meningkatkan pH (dose dependent) • Menginhibisi pepsin • Quick acting, durasi pendek (30 menit - 3 jam) • Al-OH, Mg-OH, Ca Karbonat, Na-Bic • Mg  diare osmotik • Al  konstipasi, hipofosfatemia • Mengganggu absorbsi obat-obatan (digoksin, fenitoin, INH, ketokonazole dkk, zat besi), BA ciprofloxacin, ekskresi salisilat, amfetamin, quinidin

  4. H2 Reseptor Antagonis (H2RA) • Ranitidin, Cimetidin, Famotidin, Nizatidine • Menghambat aksi histamin di reseptor H2 di sel parietal secara kompetitif dan selektif  menghambat sekresi asam lambung • Absorpsi oral dari usus halus, peak 1-3 jam. BA berkurang 40-65% karena 1st pass metabolism  eliminasi T1/2 meningkat, total klirens menurun

  5. Penurunan dosis pd px ggn renal • ESO: GI, CNS, rash, trombositopenia 1% (lbh sering di i.v), cimetidin punya efek antiandrogen lemah reversibel • IO: abs ketokonazol dkk, cimetidin pada met teofilin, lidokain, fenitoin, quinidin, warfarin oleh CYP450, cimetidin & ranitidin pada eks prokainamid • toleransi

  6. Proton Pump Inhibitor (PPI) • Omeprazol, lansoprazol, pantoprazol, esomeprazol • Mengikat H/K-ATPase secara irreversibel  menghambat sekresi asam lambung basal & stimulasi  dose dependent • Prodrug : lingkungan asam  sulfonamid • Abs di usus halus (enterik)  kanalikulus sel parietal  protonasi • Efikasi max 30-60 menit a.c • T1/2 pendek (1-2 jam) tapi efek panjang (48-72 jam)

  7. Superior dibanding H2RA u/mengurangi keasaman & memperbaiki mukosa • Penurunan dosis pada pasien ggn hepar • ESO jarang: GI, CNS, rare: rash, enzim liver meningkat • IO: omeprazol & esomeprazol : inhibit CYP2C19  klirens diazepam, fenitorin, warfarin menurun; lansoprazol induksi CYP1A  meningkatkan met teofilin; abs digoksin, nifedipin meningkat, abs ketokonazol dkk menurun • Resiko infeksi enterik, gastric carcinoid tumor, ECL hiperplasia, hipokloridia  Ca abs dihambat  fraktur; penurunan vit B12

  8. Sukralfat • Memproteksi mukosa gastrik dari asam, pepsin, garam empedu • Sukralfat mengikat mukosa yang rusak pada pH 2 – 2,5 • Abs sistemik minimal • Stimulasi prostaglandin mukosa • ESO: konstipasi 3% (kandungan Al  risk renal, hipofosfat) • Menurunkan BA fluorokuinolon, warfarin, fenitoin, levotiroksin, kuinidin, ketokonazole, amitriptilin, teofilin

  9. Misoprostol • Analog prostaglandin E1  meningkatkan mekanisme proteksi mukosa • Efek sitoprotektif : stimulasi produksi mukus & bikarbonat, meningkatkan aliran darah mukosa, menurunkan turnover sel mukosa • Inhibisi asam lambung (dose-dependent) • ESO: diare 30% (dose-dependent), kram, mual, flatulen, sakit kepala • Efek uterotropik  abortifacient

  10. Garam Bismuth • Mengikat dan melapisi lesi mukosa, meningkatkan proteksi seluler, antimikroba pada H.pylori • Tidak punya efek anti-asam • Eliminasi menurun pada ggn renal • IO dgn salisilat  toxic  bleeding • Alergi salisilat • Black stool : bismuth  bismuth sulfide

  11. Dispepsia Nyeri/ discomfort di abdomen bagian atas

  12. Klasifikasi • AKUT: alkohol, NSAID, eritromisin, digoxin, teofilin, bifosfonat, smoking, stress • KRONIK: recurrent, gejala: nyeri epigastrik, kembung, mual, muntah, gampang merasa penuh dengan makanan • UNINVESTIGATED: tidak dibuktikan dgn tes diag • INVESTIGATED: endoskopi abdomen atas hasil negatif kerusakan, dibagi 3: • Fungsional dispepsia: tidak ada kerusakan • Non-ulcer Dispepsia (NUD): gejala seperti PUD “ulcer-like” • Nonerosive Reflux Disease: gejala GERD “GERD-like”

  13. Etiologi • AKUT: makanan, alkohol, rokok, stress • KRONIK • Penyakit: PUD, GERD, Keganasan, Fungsional/idiopatik dispepsia • Perlambatan pengosongan lambung  fungsional • Hipersensitif : IBS • Infeksi H.pylori 20-60%  fungsional

  14. Terapi AKUT : antasid, antisekresi, stop smoking & obat penyebab dispepsia UNINVESTIGATED : PPI 4 minggu  evaluasi, dosis meningkat jika gejala menetap INFEKSI H.pylori: PPI-based regimen NUD: PPI, bisa ditambah simethicone

  15. SIMETHICONE menurunkan tegangan permukaan dari gas sehingga buih di dalam pencernaan membentuk gelembung yang besar yang mudah dikeluarkan oleh tubuh ESO: nausea, fatigue, diare, nyeri, dyspnea, dan vomiting IO: Mengurangi bioavailabilitas fenitoin, Menurunkan efikasi levothyroxine

  16. TERIMAKASIH

  17. PEPTIC ULCER DISEASE (PUD) • Defek pada mukosa gaster (Gastric Ulcer) atau duodenal (Duodenal Ulcer) • Mencapai mukosa muskularis (lebih dalam dibanding erosi dan gastritis)

  18. Etiologi dan Faktor Resiko • Stress ulcer: PUD akut, pasien critically ill • ETIOLOGI UTAMA: H. Pylori & NSAID • Etiologi lain: Zollinger-Ellison Syndrome, infeksi virus (sitomegalovirus), radiasi, kemoterapi • HIGH RISK: alkohol, smoking, diet, stress psikologis, kortikosteroid, penyakit kronis: CRF, CH, chronic pankreatitis, chronic pulmonary disease, Crohn’s Disease

  19. Klasifikasi Berdasarkan Penyebab

  20. PATOFISIOLOGI • Sekresi asam lambung : pertahanan mukosa gastroduodenal = balance • Faktor agresif = asam lambung, pepsin, garam empedu, H.pylori, NSAID • Faktor pertahanan = aliran darah mukosa, mukus, sekresi bikarbonat mukosa, pembentukan sel mukosa, pembaruan sel epitel • Prostaglandin endogen = mukosal integrity & repair

  21. H. pylori • Gr – tinggal di lapisan mukus dan permukaan sel epitel • Infeksi akut= +hipokloridria  organisme survive • Hipokloridria: urea dalam HCl  hidrolisis  Amonia + CO2  pH netral • Infeksi  ulkus (faktor virulensi: vacuolating cytotoxin, enzim bakteri)

  22. NSAID • NSAID  COX  COX 1  prostaglandin endogen • Aspirin & non-selective NSAID  iritasi mukosa  inflamasi  erosi

  23. Tanda & Gejala • Nyeri epigastrik • Kembung • Anoreksia • Mual-muntah • Kehilangan BB KOMPLIKASI GI bleeding Perforasi rongga abdomen Kerusakan gaster Hematemesis-melena

  24. Tes H.pylori • Endoskopi + biopsi mukosa • Rapid Urease Test  jangan menggunakan H2RA atau PPI dulu 1-2 minggu; AB/bismuth : 4 minggu • Histologi GOLD STANDARD • Kultur  untuk resistensi AB • Tanpa biopsi • Urea Breath Test (no PPI, H2RA, AB)  urea radiolabeled  +urea H.pylori  CO2 radiolabeled  exhaled • Serologic Antibody Test  IgG H.pylori di serum/WBC/urin  false positif • Fecal Antigen Test  stool  post-treatment

  25. Manfaat Test Lab pada PUD • Tidak banyak berpengaruh • HCT & HB + test tinja  evaluasi bleeding • GI radiografi (dobel kontras) • Endoskopi  GOLD STANDARD

  26. Terapi Non-Farmakologis • Diskontinyu NSAID • Modifikasi diet: kurangi/hindari makanan pedas, kafein, alkohol • Modifikasi gaya hidup: kurangi stress, kurangi/hentikan merokok • Probiotik • Operasi (pyloroplasty, antrektomi)

  27. Terapi Farmakologis

  28. KESIMPULAN

  29. Terimakasih laksmimaharani22@yahoo.co.id 2014

More Related