1 / 7

Identitas Mahasiswa

IKA ARINA RIZKIANA, 3401407083 Tradisi Upacara Obong pada Masyarakat Kalang di Desa Montogsari Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal. Identitas Mahasiswa.

ashanti
Download Presentation

Identitas Mahasiswa

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. IKA ARINA RIZKIANA, 3401407083Tradisi Upacara Obong pada Masyarakat Kalang di Desa Montogsari Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal

  2. Identitas Mahasiswa • - NAMA : IKA ARINA RIZKIANA - NIM : 3401407083 - PRODI : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan - JURUSAN : Hukum dan Kewarganegaraan - FAKULTAS : Ilmu Sosial - EMAIL : namaku_arina pada domain yahoo.com - PEMBIMBING 1 : Drs. Tijan, M. Si - PEMBIMBING 2 : Drs. Suprayogi, M. Si - TGL UJIAN : 2011-07-18

  3. Judul • Tradisi Upacara Obong pada Masyarakat Kalang di Desa Montogsari Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal

  4. Abstrak • Rizkiana Arina, Ika. 2011. Tradisi Upacara Obong pada Masyarakat Kalang di Desa Montongsari Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal. Skripsi. Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Tijan, M. Si dan II Drs. Suprayogi, M. Pd. Kata Kunci: Masyarakat Kalang, Upacara Obong, Tradisi Masyarakat Kalang dari dahulu sampai sekarang masih mempertahankan tradisi upacara kematian yang khas. Dalam upacara tersebut dilakukan kegiatan membakar penganten atau boneka tiruan yang menyerupai jenazah dari almarhum. Masyarakat Kalang menyebutnya dengan istilah upacara obong. Terkait dengan tradisi tersebut, muncul permasalahan yang menarik untuk diteliti. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengapa tradisi upacara kematian masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat Kalang; bagaimana proses yang dilakukan dalam upacara obong pada masyarakat Kalang; yang menyangkut waktu, tempat, tujuan, dan jalannya upacara obong dan dampak dari upacara obong bagi masyarakat Desa Montongsari Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan upacara obong masih dipertahankan oleh masyarakat Kalang di Desa Montongsari, mengetahui proses jalannya upacara obong dan untuk mengetahui dampak yang terjadi terhadap sosial kemasyarakatan di Desa Montongsari Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal. Desa Montongsari dipilih sebagai tempat penelitian karena di Desa tersebut masih terdapat komunitas yang masih melaksanakan upacara obong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang merupakan prosedur penelitian dengan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari hasil wawancara dan perilaku yang dapat diamati. Metode pengumpulan menggunakan teknik observasi dan wawancara. Hasil penelitian menjelaskan bahwa tradisi upacara obong merupakan rangkaian upacara kematian orang dari golongan Kalang. Upacara tersebut dilaksanakan ketika peringatan satu tahun atau “sependhak” meninggalnya almarhum yang dihitung dengan kalender Jawa. Tempat upacara obong dilaksanakan dirumah anak atau saudara dari almarhum dan biaya upacara dibantu dari pihak keluarga almarhum. Alasan utama upacara obong adalah untuk menyempurnakan arwah almarhum sehingga arwah mereka dapat masuk surga dan diampuni segala dosa yang pernah dilakukan oleh almarhum. Amanat almarhum tersebut dianggap sebagai hutang yang harus dibayar karena apabila belum melunasi hutang tersebut maka kehidupan keluarga yang ditinggalkan tidak akan tenteram. Masyarakat Kalang masih mempertahankan upacara obong karena mematuhi amanat leluhur mereka. Prosesi upacara dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, upacara andheg-andhegi dilakukan untuk memasukkan arwah kedalam boneka penganten dengan cara mengelilingi rumah dilakukan sebanyak tiga kali putaran. Tahap kedua, nglepas atau enthas-enthas dilakukan untuk memberi uang saku atau nyangoni dan memberi makan atau aweh mangan. Kemudian membakar boneka penganten beserta pakaian dan rumah-rumahan. Untuk upacara penutupannya dengan melakukan selamatan atau syukuran sebagai syarat dari berakhirnya upacara. Dampak upacara obong dilihat dari faktor keyakinan dan sosial kemasyarakatan. Dampak terhadap keyakinan adalah menimbulkan rasa tenang dan tenteram, karena pihak keluarga yang ditinggalkan merasa sudah tidak punya beban tanggungan kepada orang tua yang telah meninggal dunia. Dampak sosial kemasyarakatan antara lain meningkatkan kerukunan, mempererat tali persaudaraan, dan menumbuhkan gotong-royong dalam kehidupan bermasyarakat. Disarankan agar Pemerintah Kabupaten Kendal mendokumentasikan jalannya upacara obong secara lengkap. Baik dari sejarah, perkembangan dan prosesi jalannya upacara. Dokumentasi tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu dokumentasi kekayaan budaya yang sangat penting mengenai tradisi upacara obong pada masyarakat Kalang di Desa Montongsari Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal. Sedangkan untuk masyarakat Kalang, Terutama masyarakat Kalang generasi tua supaya dapat menanamkan rasa kepedulian terhadap tradisi upacara obong dan menjunjung tinggi kebudayaan leluhur yang mendalam kepada generasi muda (keturunan Kalang) sehingga dapat menimbulkan rasa kebanggaan.

  5. Kata Kunci • Masyarakat Kalang, Upacara Obong, Tradisi

  6. Referensi • Abasozora. 2009. Pandangan Agama Islam tentang Kematian. (http://abasozora.wordperss.com/2009/12/07/pandangan-agama-islam-tentang-makna-kematian/). Alo, Liliweri. 2003. Makna Budaya dalam Komunikasi antar Budaya. Yogyakarta: Lkis. Anonim. 2009. Pandangan Agama Hindu tentang Kematian. (http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task= vie&id=1090&itemid=79). Koentjaraningrat. 1976. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta: UI Press. Koentjaraningrat. 1982. Ritus Peralihan di Indonesia. Jakarta: PT. Balai Pustaka. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka cipta. Keesing, Roger M. 1981. Antropologi Budaya. Jakarta: Erlangga. Maharkesti. 1993. Upacara Kalang Obong di Gombong. Yogyakarta: Depdikbud Miles, Mathew, dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Moleong, Lexy J. 2002. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Rosda Karya. Muhni, Imam Djuretna A. 1994. Moral dan Religi (menurut Emili Durkheim dan Henri Bergson). Jakarta: Kanisius. Murniatmo, Gatut. 2002. Khasanah Budaya Lokal. Yogyakarta: PT Adicita Karya Nusa. Pontjosutirto Soelarjo. 1971. Orang-orang Golongan Kalang. Yogyakarta: Depdikbud. Pitchard, E E Evans. 1984. Teori-teori Agama Primitif. Jakarta: PT Dyaya Pirusa. Poespowardojo, Soerjanto. 1989. Strategi Kebudayaan Suatu Pendekatan Filosofis. Jakarta: PT. Gramedia. Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bogor: Ghalia. Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana. Sutrisno, Mudji dan Purtanto, Hendar 2005. Teori-teori Kebudayaan. Yogyakarta: kanisius. Tim penyusun. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Balai Pustaka. Wahid, Steven. 2010. Kemaatian dalam Paandangan Hidup Orang Jawa. http://stevenwahid.blogspot.com/2010/05/kematian-dalam-pandangan-hidup-org.html). William A Haviland. Antropologi Edisi Keempat. Yogyakarta: Erlangga.

  7. Terima Kasih • http://unnes.ac.id

More Related