1 / 20

BAB V

BAB V. PRODUKSI BUAH-BUAHAN TROPIKA DI LUAR MUSIM.

armen
Download Presentation

BAB V

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. BAB V PRODUKSI BUAH-BUAHAN TROPIKA DI LUAR MUSIM

  2. Produksi buah diluar musim (off season) merupakan pengaturan pembuahan dengan tujuan untuk mendapatkan buah diluar musim panen atau di luar masa berbuah normal (on season) melalui perentangan periode pembuahan, yaitu mempercepat awal musim atau memerlambat akhir musim buah. • Hal ini dilakukan dengan mengatur waktu mulainya berbunga sedemikian rupa agar tidak semua pohon berbuah pada saat yang sama, sehingga keseimbangan penawaran dengan permintaan untuk buah yang bersangkutan dapat terjadi dalam rentang waktu yang lebih panjang. • Upaya untuk menghasilkan satu jenis buah tertentu sepanjang tahun di satu lokasi kebun memang masih sangat sulit dicapai. Saat ini praktik pembuahan di luar musim masih terbatas pada usaha memajukan atau memundurkan masa berbuah dalam selang waktu tidak lebih dari sebulan sampai 3 bulan dari masa berbuah normal. • Namun tidak menutup kemungkinan bahwa dengan semakin majunya teknologi budidaya dan intensifnya penelitian tentang teknologi produksi buah diluar musim, hal tersebut pada saatnya akan terwujud, bahkan mungkin bisa melakukan panen buah sepanjang tahun dalam satu lokasi kebun. 1. Pengertian dan Dasar Pemikiran

  3. Pengembangan teknologi industri diluar musim itu penting karena di Indonesia sebagian besar buah dipanen secara musiman. Pada saat musim panen, umumnya berlangsung singkat sekitar 2-3 bulan, ketersediaan buah melimpah. Sebaliknya pada saat tidak musim, buah tidak tersedia dipasaran. Keadaan seperti itu menyebabkan fluktuasi harga sangat tajam. • Dengan penerapan teknologi produksi diluar musim, yaitu mempercepat awal dan memperlambat akhir musim buah, maka perentangan periode panen menjadi lebih panjang sehinga fluktuasi harga menjadi tidak terlalu tinggi. • Permintaan pasar dunia untuk buah tropika seperti manggis mangga, dan yang lain sangat tinggi. Peluang tersebut harus dimanfaatkan dengan baik karena potensi Indonesia memang sangat besar. Namun sifat musiman merupakan kendala serius dalam memenuhi kontinuitas ketersediaan. • Dalam dunia perdagangan, kontinuitas pasokan merupakan syarat penting yang harus diperhatikan dalam rangka memlihara dan merebut pangsa pasar. Produk segar bebuahan tidak tahan lama (perishable). Karena itu penen musiman dengan puncak produksi pendek merupakan kendala tersendiri dalam agribisnis buah-buahan. • Ekspor bisa saja dalam bentuk buah awetan atau bahan olahan dan beku, tetapi teknologi untuk kebutuhan itu juga belum berkembang dengan baik di negara kita.

  4. Penerapan teknologi produksi di luar musim dapat digunakan untuk mengatasi sifat alternatebearing atau biannual bearing pada pohon buah-buahan. • Alternate bearing adalah suatu fenomena dimana kultivar tertentu berbuah banyak pada suatu tahun kemudian pada tahun berikutnya tidak berbuah atau hanya berbuah sedikit. • Tahun pada saat berbuah banyak disebut on year dan saat pohon tidak berbuah disebut off year. Terjadinya alternate bearing diduga disebabkan oleh tiga faktor. • Pertama, adanya produksi hormon giberelin yang tinggi pada saat off year. • Kedua, tingginya kompetisi dalam memperoleh karbohidrat antara buah dengan tunas bunga yang menyebabkan gugurnya tunas bunga (flower bud abscision). • Ketiga ada kaitannya dengan sedikitnya pertumbuhan vegetatif setelah tanaman berbuah lebat, dimana secara tidak langsung akan menurunkan produksi bunganya.

  5. Titik kritis proses pembungaan terletak pada tahap induksi bunga, yaitu saat terjadi transisi dari fase vegetatif ke fase reproduktif. • Pengaturan pembungaan sangat mungkin dilakukan bilamana mengacu pada dua teori universal tentang pembungaan seperti yang dikemukaan oleh Bernier, et al., (1985) yaitu: • inisiasi bunga pada tanaman tidak akan terjadi kecuali bila dirangsang (diinduksi), • tanaman yang berada pada kondisi yang kurang sesuai untuk pembungaan menghasilkan satu atau beberapa zat penghambat pembungaan dan inisiasi bunga akan terjadi bila produksi zat tersebut dicegah. • Berdasarkan teori tersebut, pengaturan pembungaan pohon buah-buahan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan stress air, mengatur suhu udara dan tanah, pemberian nutrisi, aplikasi teknik ringing/girdling dan strangulasi, dan pemberian zat pengatur tumbuh. 2. Teknik dan Praktik Budidaya untuk Mengatur Pembungaan dan Pembuahan Buah-buahan Tropika di Luar Musim

  6. Salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pemunculan bunga buah-buahan tropika adalah curah hujan. Di Indonesia pada umumnya induksi bunga pada pohon buah-buahan terjadi secara alamiah pada musim kemarau, karena mengalami stress air dan bunga muncul menjelang musim hujan. • Kondisi kering memacu pertumbuhan generatif tanaman, sedangkan kondisi basah menyebabkan pertumbuhan lebih mengarah ke vegetatif. Agar bunga dan buah muncul, pertumbuhan vegetatif perlu ditekan dengan mengatur pemberian air. • Dilakukan penelitian berdasarkan pengaruh alami dari adanya periode kering terhadap pembungaan, dan hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa stres air dapat mempercepat induksi bunga. • Beberapa perubahan yang terjadi selama induksi bunga akibat stres air adalah: • terjadinya hidrolisis pati menjdai gula sederhana sebagai sumber energi untuk pembentukan calon mata tunas generatif. • Terjadinya hidrolisis protein asam amino seperti prolin, triptopan dan phenilalanin yang diperkirakan berperan dalam induksi bunga • Terjadi penurunan sintesis protein atau aktivias hormon giberelin sehingga merangsang induksi bunga. 2.1 Strees Air

  7. Pengaruh stres air tidak langsung menyebabkan tanaman berbunga, tetapi menyebabkan terjadinya induksi bunga atau transisi dari fase vegetatif ke reproduktif. • Agar primordia bunga dapat berkembang dan tumbuh menghasilkan bunga sempurna, tanaman memerlukan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Stres air dapat menginduksi pembungaan karena adanya perubahan perimbangan produksi hormon giberelin, sitokinin, dan ABA serta meningkatkan nisbah karbon dan nitrogen pada pucuk. • Stres air menyebabkan produksi hormon giberelin dan sitokinin menurun, sebaliknya kandungan ABA menigkat. Partisi asimilat pada tanaman yang diberi stress air juga berperan penting dalam induksi pembungaan. Dalam keadaan stres air terjadi alokasi asimilat dengan proporsi yang lebih besar untuk memulai pertumbuhan organ reproduktif. • Pada jeruk perlakuan stres air sedang cukup untuk mendorong terjadinya induksi pembungaan. Bunga sudah terinduksi 2 mingu setelah perlakuan stres air, tetapi pertumbuhan bunga yang cepat dan berembangnya bunga aksilar baru terjadi setelah pengairan kembali (re-watering)

  8. Peluang keberhasilan panen diluar musim dengan manipulasi stes air menjadi lebih besar kalau kondisi lingkungan mendukung perlakuan yang diberikan. Kondisi yang dimaksud adalah selama periode manipulasi stres air berlangsung, tanaman tidak digangu oleh turunnya hujan dengan maksud agar tanaman mendapat periode kering yang cukup sehingga meminimalisasi resiko kegagalan. • Di wilayah Indonesia bagian barat yang umumnya beriklim basah dengan curah hujan cukup banyak, aplikasi teknik manipulasi stres air berbeda dengan wilayah Indonesia bagian timur yang curah hujannya lebih sedikit. • Didaerah iklim kering tanaman sulit tumbuh, dibutuhkan air irigasi untuk menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pemberian air dapat diatur dengan teknik mikroirigasi sepertio sistem irigasi tetes (drip irigation) dan irigasi curah (sprinkle irrigation) sehingga resiko gagalnya pembungaan dan pembuahan diluar musim akibat turunya hujan sangat kecil. • Didaerah basah, agar bunga dan buah muncul, pertumbuhan vegetatif dihambat. Saluran drainase diatur dengan membuat parit-parit agar air dapat segera dijauhkan deri pohon. Teknik tersebut perlu dikombinasikan dengan teknik budidaya yang lain sperti pemangkasan tunas dan pemangkasan akar agar seluruh asimilat yang terbentuk dari proses fotosintesis dapat dialokasikan untuk menginisiasi pembentukan bunga dan buah

  9. Manipulasi pembungaan diluar musim dengan stres air juga bisa dilakukan dimusim hujan. Hal itu tergambar dari hasil percobaan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB pada tanaman jeruk di Purwerejo (Poerwanto, 2003). • Manipulasi stres air pada musim hujan dilakukan dengan membuat parit drainase sekeliling tanaman dan lahan di bawah tajuk ditutup dengan mulsa plastik hitam perak. Mulsa tersebut dibuka 2 bulan setelah perlakuan. • Hasil yang diperoleh, tanaman yang mendapat perlakuan segera berbunga sedangkan tanaman kontrol tetap tidak berbunga. Tanaman yang diberi perlakuan tadi menghasilkan 52 tunas bunga dan 48 tunas vegetatif, sedangkan tanaman kontrol hanya menghasilkan 0,25 tunas bunga dan 58 tunas vegetatif.

  10. Ringing atau girdling adalah pembuatan kulit kayu dengan menguliti atau membuat pelukaan melingkar pada kulit pohon atau cabang yang akan diinduksi pembungaannya sehingga menyerupai cincin selebar 2-5mm, tergantung jenis tanaman dan besar pohon. Sedangkan strangulasi adalah melilit batang atau cabang dengan kawat. Diameter kawat yang digunakan sesuai dengan tebal kulit pohon buah yang akan diinduksi pembungaannya. • Perlakuan ringing dan strangulasi dapat menginduksi pembungaan terkait dengan terhambatnya translokasi fotosintat dari tajuk keakar untuk sementara waktu sehingga terjadi penumpukan karbohidrat pada bagian tajuk tanaman. • Disisi lain terhambatnya translokasi karbohidrat ke akar menyebabkan akar kekurangan fotosintat (hungry root) dan respirasi akar menurun sehingga mengganggu aktivitas akar dalam hal absorbsi air (tanaman mengalami stres air) dan absorbsi mineral. • Berkurangnya absorsi hara terutama nitrogen akan meningkatkan nisbah C:N pada pucuk. Disamping itu akar yang mengalami kekurangan fotosintat mengganggu sintesa hormon, diantaranya giberelin. Stres air, penurunan giberelin dan peningkatan C:N pada pucukdapat menginduksi pembungaan. Kandungan giberelin yang rendah dapat menyebabkan tanaman berbunga. 2.2 Ringing/Girdling dan Strangulasi

  11. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan penghambatan translokasi karbohidrat kebagian bawah tanaman sperti ringing dan strangulasi mampu meningkatkan akumulasi karbohidrat di bagian atas tanaman sehingga merangsang pembungaan. Secara umum dari hasil-hasil penelitian yang ada menunjukan bahwa ringing mengahambat pertumbuhan vegetatif, merangsang dan mempercepat pembentukan tunas bunga serta meningkatkan akumulasi pati pada daun. • Keberhasilan strangulasi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain waktu/saat dilakukan strangulasi, kondisi tanaman, prosedur dan teknik strangulasi seperti lama waktu strangulasi dibiarkan, kedalaman strangulasi, posisi strangulasi, (pada batang atau cabang), dan kondisi iklim pada saat stragulasi dilakukan. • Demikian juga dengan keberhasilan ringing, disamping dipengaruhi oleh waktu/saat dilakukan ringing, kondisi tanaman, dan prosedur atau teknik ringing, hal terpenting yang harus dipertimbangkan adalah lebar ringing. Menurut Goren & Monselise (1971) ringing pada jeruk hanya baik dilakukan pada tanaman sehat, karena periode waktu yang diperlukan untuk membentuk jembatan kalus baru untuk menghubungkan kembali daerah luka yang di-ringing cukup lama, yaitu selama setahun. • Untuk menghindari efek merusak dari perlakuan ringing dan strangulasi, perlakuan sebaiknya dilaksanakan sebelum musim kemarau saat kambium lateral aktif membelah dan kulit mudah dihilangkan.

  12. Penggunaan zat pengatur tumbuh merupakan salah satu cara yang paling memungkinkan untuk mengatur pembungaan. Terdapat banyak hasil penelitian menunjukan bahwa pemakaian hormon eksogen ini mampu merangsang pembungaan. Jenis zat pengatur tumbuh yang paling sering digunakan untuk memacu pembungaan pada tanaman buah-buahan adalah paklobutrazol. • Paklobutrazol merupakan zat pengahambat tumbuh (growth retardant), bersifat menghambat biosintesis giberelin yang sudah banyak dibuktikan sangat efektif menurunkan pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga penggunaan zat tersebut dapat merangsang terjadinya pembungaan. • Zat penghambat tumbuh adalah suatu senyawa organik yang mampu menghambat pemanjangan batang, meningkatkan warna hijau daun secara tidak langsung mempengaruhi pembungaan, mengahambat pembelahan dan pembesaran sel pada meristem sub-apikal, tanpa menyebabkan pertumbuhan yang abnormal. • Zat penghambat tumbuh berfungsi menurunkan aktivitas enzim proteolitik sehingga degradasi protein menjadi terhambat, menekan laju respirasi tetapi meningkatkan RNA, protein, sukrosa, pati dan klorofil yang semuanya menunjang terjadinya pembungaan. 2.3 Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh

  13. Paklobutrazol dengan rumus empiris C15H20CIN3O menghambat biosintesis giberelin pada oksidasi entkaurena untuk menjadi asam ent-kaurenoid (Sponsel, 1995). • Selain paklobutrazol, ada beberapa jenis zat penghambat tumbuh yang diketahui dapat menghambat biositesis giberelin seperti ancimidol, uniconazol, AMO-1618 dan cyclocel. Mehouachi, et al., (1996) mendapatkan bahwa giberelin menstimulasi pertumbuhan dan meningkatkan suplai karbon di pucuk, tetapi sebaliknya paklobutrazol menghambat pertumbuhan dan meningkatkan jumlah gula tersimpan di pucuk. • Disamping giberelin, zat pengatur tumbuh sitokinin juga berperan penting dalam pembungaan. Periode kering merangsang ujung akar mengalirkan sitokinin kepucuk yang terinduksi sehingga terjadi peningkatan konsentrasi sitokinin pada tahap diferensiasi. Arteca (1996) melaporkan bahwa pada tanaman Pharbitis nil, sitokonin berpengaruh secara tidak langsung dalam mendorong pembungaan dengan meningkatkan translokasi asimilat dari daun ke pucuk yang terinduksi.

  14. Paklobutrazol dapat diserap oleh tanaman melalui daun, batang, dan akar yang selanjutnya dialokasikan secara akropetal melalui xylem kebagian tanaman yang lain. Menurut Weaver (1972), paklobutrazol menghambat produksi giberelin pada meristem sub-apikal kemudian menyebabkan penurunan laju pembelahan sel sehingga menghambat pertumbuhan vegetatif dan secara tidak langsung akan mengalihkan asimilat ke pertumbuhan reproduktif yang dibutuhkan untuk membentuk bunga, buah dan perkembangan buah. • Paklobutrazol dapat diaplikasi pada tanaman melalui dua cara, yaitu dengan penyemprotan melalui daun (foliar spray) dan melalui tanah (soil drenching). Aplikasi lewat tanah lebih efektif dibanding lewat daun dan pengaruhnya dapat bertahan lebih lama. • Efek lain dari aplikasi paklobutrazol dapat meningkatkan kandungan karbohidrat dalam jaringan kayu, akan tetapi secara tidak langsung dapat meningkatkan biosintesis ABA yang menyebabkan terjadinya dormansi tunas (Lang, 1994), sehingga aplikasi paklobutrazol dengan maksud menstimulasi pembungaan perlu dikombinasikan dengan pemberian zat pemecah dormansi. • Tanaman yang dorman tidak dapat menginisiasi bunga walaupun tunas bunganya terinduksi. Untuk mengatasi hal tersebut, tanaman yang sudah terinduksi harus diberi zat pemecah dormansi sehingga dapat mempercepat munculnya tunas bunga.

  15. Kalium Nitrat (KON3) juga diloakukan dapat digunakan untuk merangsang produksi buah di luar musim. Keberhasilan penggunaan kalium Nitrat dalam memproduksi buah diluar musim telah dilaporkan oleh Efendi (1994) pada mangga. • Etepon (asam 2-kloroetil fosfonat) adalah salah satu zat pengatur tumbuh sintesis yng dikenal dengan nama dagang ethrel. Zat tersebut larut dalam air, membentuk senyawa etilen, ion klor dan fosfat dlam larutan, juga dalam jarngan tanaman. Proses pembentukan etilen tersebut adalah hasil degradasi atau dekomposisi etepon melalui reaksi hidrolisis pada pH netral (Moore 1979). • Etilen adalah zat pengatur tumbuh endogen atau eksogen yang dapat menimbulkan berbagai respons fisiologis dan morfologis tanaman, antara lain mendorong pemecahan dormansi tunas, menghambat pembentukan buah, pembentukan umbi, inisiasi akar, penuaan, mengontrol ekspresi seks tanaman, merngsang eksudasi (pengeluran getah) dan mengahambat perluasan daun (Moore, 1979). • Etilen dapat memecahkan dormansi karena dapat meningkatkan sintesis enzim amilase, selulase, PEP karboksilase dan mengiduksi sintesis mRNA (Salisbury dan Ross, 1992). Peningkatan sintesis enzim amilase dan selulase menyebabkan gula pentosa meningkat, sedangkan peningkatan enzim, PEP karboksilase menyebabkan glikolisis meningkat sehingga glukosa dan RNA juga meningkat.

  16. Pemangkasan merupakan praktik budidaya hortikultura tradisional yang dapat digunakan untuk merangsang pembungaan. Pemangkasan untuk merangsang pembungaan dilakukan dengan penjarangan cabang atau ranting agar sinar matahari dapat masuk secara merata mengenai seluruh bagian tajuk/kanopi tanaman. • Daun yang ternaungi n(shaded) atau tumpang tindih (overlap) antara yang satu dengan yang lain merupakan daun “parasit” sehingga daun tersebut tidak berfungsi sebagai penghasil fotosintat, malah mengambil fotosintat dari daun-daun yang mendapatkan cahaya matahari. • Membuang cabang atau ranting yang tidak bermanfaat akan merangsang terjadinya transisi dari pertumbuhan vegetatif ke reproduktif, sekaligus dapat mengendalikan pertumbuhan tanaman yang berlebihan dan mendukung kontinuitas produksi. • Pada prinsipnya pemangkasan untuk merangsang pembungaan akan berhasil apabila pemangkasan yng dilakukan dapat meningkatkan akumulasi fotosintat pada tajuk tanaman sehingga nisbah C:N meningkat. Tinggi rendahnya hasil fotosintesis dan akumulasi fotosintat ditentukan oleh kapasitas sumber (source strenght) dan kapasitas sink (sink strenght). Sumber pada umumnya adalah daun, merupakan organ tanaman yang mampu mengekspor sebagian fotosintat yng dihasilkan. 2.4 Pemangkasan

  17. Sedangkan sink adalah organ tanaman yang memakai dan/atau menampung hasil fotosintat, misalnya tunas baru, akar, bunga, buah dan daun yang ternaungi. • Kapasitas sumber meliputi dua aspek yaitu: • aspek kuantitatif (source size) berkaitan dengan banyak sumber, ditunjukan oleh jumlah daun atau luas daun • aspek kualitatif (source activity), berkaitan dengan mutu sumber, yaitu kecepatan berfotosintesis per satuan waktu per satuan luas daun. • Kapasitas sink juga terdri dari dua aspek yaitu: • aspek kuantitaif (sink size) berkaitan dengan kemampuan ruang tersedia untuk menampung • aspek kualitatif (sink activity) berkaitan dengan kecepatan sink untuk menampung hasil fotosintesis per satuan waktu. • Pemangkasan cabang, ranting dan daun ternaungi di satu sisi mengurangi source size sekaligus sink size tetapi di sisi lain menigkatkan source activity sehingga pada akhirnya meningkatkan akumulasi fotosintat yang terbentuk. Akumulasi fotosintat ini dapat digunakan sebagai sumber energi untuk merngsang pembungaan.

  18. Ada tiga unsur hara esensial utama bagi tanaman yaitu nitrogen fosfor dan kalium. Tanaman yang kekurangan unsur hara tersebut akan mengalami hambatan pertumbuhan dan produksi, baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitas. • Pengamatan bahwa pohon yang vegetatifnya vigor dan memproduksi bunga sedikit mendorong kraus dan kraybill (1918) meneliti peran nitrogen dalam pembentukan bunga pada tomat. Ditemukan bahwa tomat berbunga berhubungan dengan karbohidrat/nitrogen (nisbah C:N) yang tinggi. • Ryugo (1988) membuat model hubungan antar karbohidrat dan nitrogen pada pohon apel. • Pohon apel termasuk kelas I jika karbohidrat kurang, vegetatif lemah, nitrogen cukup, dan tidak berbentuk bunga; • kelas II jika karbohidrat agak kurang, vegetatif agak vigor karena pemupukan nitrogen, tidak berbunga. • Kelas III jika karbohidrat cukup, nitrogen cukup, pohon memproduksi bunga banyak dan membentuk buah; • Kelas IV jika pohon kekurangan nitrogen, memproduksi bunga sedikit yang jarang membentuk buah. • Berdasarkan model yang dikembagnkan oleh ryugo (1988) tersebut, pohon buah-buahan dapat diatur pembungaannya dengan mengatur pemupukan nitrogen secara tepat. 2.5 Pemupukan

  19. Dua hal penting dalam mengatur pembungaan diluar musim. Pertama, identifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan teknik atau metode yang digunakan. Kedua, menghindari efek buruk yang ditimbulkan oleh perlakuan pebuahan di luar musim. • Kesesuaian iklim merupakan syarat mutlak bagi optimalnya pertumbuhan dan produksi tanaman. Secara teori tanaman dapat berhasil baik bila tanaman sudah melampaui masa juvenil serta kondisi pertumbuhannya sehat dan vigor sehingga dapat optimal menerima perlakuan. Kondisi tanaman yang sehat dan vigor diperoleh apabila tanaman mendapatkan linkungan tumbuh yang sesuai dan pemeliharaan kebun dilakukan secara benar. • Masalahnya, kebun buah-buahan di Indonesia merupakan kebun rakyat yang secara umum tidak mendapat pemeliharaan secara memadai, dicampur dengan tanaman lain di perkarangan rumah dengan jarak tanam tidak teratur yang sangat tergantung pada kondisi alam. • Kondisi tersebut dapat dipastikan pertumbuhannya kurang optimal. Syarat terpenting bagi tanaman agar penerapan teknologi pembuahan di luar musim dapat berhasil dengan memuaskan adalah kondisi tanaman harus sehat dan vigor sehingga secara metabolis dan fisiologis mendukung terjadinya perubahan atau transisi dari pertumbuhan pucuk vegetatif ke pucuk reproduktif. 5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Produksi Buah di Luar Musim

  20. Semua jenis perlakuan yang bertujuan untuk memproduksi buah diluar musim bersifat menginduksi terjadinya stress atau penghambatan pertumbuhan vegetatif. Stres yang berlebihan mengakibatkan kondisi pohon setelah diperlakukan akan memburuk. • Tanda-tanda memburuknya pertumbuhan pohon manggis diberi perlakuan pembuahan di luar musim dengan paklubutrazol secara visual terlihat dari memendeknya ruas tunas baru. • Maka keberhasilan membuat tanaman berbuah di luar musim perlu di tindak lanjuti dengan upaya mempertahankan kondisi pohon agar setalah diberi perlakuan pembungaan diluar musim tetap vigor. • Persyaratan teknis seperti cara, dosis, waktu yang tepat dalam menerapkan teknik merangsang pembungaan juga harus diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Kesalahan kecil saja, disamping mengakibatkan gagalnya program pembungaan dan pembuahan, juga dapat merusak pertumbuhan tanaman setelah diberi perlakuaan.

More Related