1 / 11

Monitoring_Efek_Samping_Obat_Anti_Tuberkulosis_di_

Efek Samping Obat TBC

Download Presentation

Monitoring_Efek_Samping_Obat_Anti_Tuberkulosis_di_

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Monitoring Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis di Poli TB DOTS RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Monitoring Of The Side Effects of Anti Tuberculosis Drugs at The TB-DOTS Polyclinic of RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Rosamarlina*, Vivi Lisdawati, Christine Ernita Banggai, Darayani, Temmasonge Radi Pakki, Rita Rogayah, Farida Murtiani RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia *Korespondensi Penulis: Rosamarlina Email : rosa_pulmo@yahoo.co.id Abstrak Latar Belakang: Timbulnya efek samping akibat penggunaan obat anti tuberkulosis (OAT) menjadi permasalahan yang serius dalam pengobatan dan eradikasi TB karena berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan. Studi ini bertujuan untuk memperoleh gambaran efek samping OAT pada pasien TB di Poli TB DOTS RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso. Metode: Jenis study kohort prospektif dengan pemantauan penderita secara berkala setiap bulan selama pengobatan baik 6 bulan ataupun 9 bulan. Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien TB di poli DOTS RSPI-SS tahun 2017 (Januari-Desember) yang telah menyelesaikan pengobatan pada bulan Desember 2017. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah consecutive sampling. Hasil:Dari 53 pasien sebagian besar yaitu 50.9% mengalami efek samping obat(ESO) ringan. Berdasarkan lokasi organ efek samping pada kulit 35.8%, 71.7% pada pencernaan, 67.9% pada saraf dan 9.4% pada mata. Tanda gejala ESO paling banyak adalah flu sindrom 54,7%, mual 43.4%, tidak nafsu makan 35.8%. Kesimpulan: Pasien TB yang mendapatkan OAT mayoritas mengalami efek samping kategori ringan dan pada lokasi organ pencernaan. Kata kunci: TB, Obat Anti Tuberkulosis, Efek Samping Obat Abstract Background: The emergence of side effects due to the use of anti-tuberculosis drugs (ATD) is a serious problem in the treatment and eradication of TB, because it affects the success of treatment. This study aims to draw an overview of the side effects of ATD in TB patients of the TB-DOTS Polyclinic of RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso. Methods: This is a prospective cohort study with periodic monitoring of the patients every month during the treatment period of either 6 or 9 months. The sample of this study is all the patients of the TB-DOTS Polyclinic of RSPI-SS in 2017 (January-December) who completed their treatment in December 2017. The sampling technique used in this study is consecutive sampling. Results: Of 53 patients, most, namely 50.9%, experienced minor drug side effects (DSE). By the organ’s location, 35.8% of the side effects occurred on the skin, 71.7% in the digestive tract, 67.9% in the nerve, and 9.4% in the eye. The most common symptom of DSE is the flu syndrome at 54.7%, followed by nausea at 43.4%, and loss of appetite at 35.8%. Conclusion: The majority of the TB patients receiving ATD experienced side effects of the minor category and in their digestive organs. Keywords: TB, Anti-Tuberculosis Drugs, Drug Side Effects 10 The Indonesian Journal of Infectious Disease |Volume 5 No. 2

  2. mentargetkan Kementerian Indonesia menjadi 245 per 100.000 penduduk.(3) Pendahuluan dalam Kesehatan Renstra Republik Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia. TB adalah penyakit Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof infeksi yang disebabkan oleh bakteri Dr. Sulianti Saroso (RSPI-SS) Mycobacterium tuberculosis yang tidak merupakan RS Rujukan Tipe A hanya menyebabkan gangguan di paru Kementrian Kesehatan yang salah satu unggulan pelayanannya (TB paru) tapi juga mempengaruhi organ adalah di luar paru (TB ekstraparu). Penyakit ini pelayanan TB dengan program directly observed treatment ditularkan ketika orang yang sakit TB shortcourse mengeluarkan kuman M.TB ke udara (DOTS). Kasus Baru TB di Poli DOTS salah satunya ketika pasien batuk. RSPI-SS tahun 2015-2017 memiliki Diperkirakan dari 1,7 milyar orang yang kecenderungan menurun yaitu terinfeksi M. TB, hanya sekitar 5-15% sejumlah 302 kasus Tahun 2015, 272 yang akan mengalami sakit TB. kasus Tahun 2016 dan 203 Tahun Kemungkinan orang akan menjadi sakit 2017. Kasus TB di Instalasi Rawat Inap TB makin tinggi pada pasien yang cenderung menurun yaitu sejumlah 104 imunokompromais seperti pasien HIV, kasus tahun 2015, 57 kasus tahun diabetes melitus, gizi buruk, merokok dan 2016 dan 63 tahun 2017. Penurunan mengkonsumsi alkohol.(1) tersebut disebabkan karena rujukan berjenjang di era BPJS.(4) Pemerintah menerapkan sistem DOTS yaitu strategi pengobatan TB dengan pengawasan terhadap pengobatan, dimana sebesar 44% penduduk terdiagnosis TB diobati dengan obat program.(5)(6). Komponen Menurut laporan WHO tahun 2016, secara umum di dunia diperkirakan sekitar 10,4 juta kasus baru TB (140 kasus per 100.000 penduduk) dengan langsung persentase terbesar (45%) kasus di wilayah Asia Tenggara. Angka Case Fatality Rate (CFR) pada tahun 2016 sebesar 16%.(2) Indonesia merupakan OAT kombinasi dalam DOTS merupakan salah satu negara endemik TB. obat yang Berdasarkan data Riset Kesehatan berkesinambungan selama 6 sampai Dasar (Riskesdas) tahun 2018, dengan 9 bulan yaitu Isoniazid (H), prevalensi penduduk Indonesia yang Rifampicin (R), Pyrazinamide (Z), didiagnosis TB oleh tenaga kesehatan Ethambutol (E), Streptomisin (S) adalah 0,5%, dengan insiden mencapai bertujuan untuk mendapatkan efek 321 per 100.000 penduduk. Pemerintah The Indonesian Journal of Infectious Disease |Volume 5 No. 2 11

  3. monitoring efek samping OAT pada terapi yang optimal.(7) OAT tersebut pasien yang terdiagnosis menderita dapat menimbulkan efek samping bagi pasien. Efek samping tersebut antara lain; tidak ada nafsu makan, mual, muntah, sakit perut, pusing, sakit kepala, gatal-gatal, kesemutan, gangguan penglihatan, tuberkulosis dan menerima rejimen terapi OAT sebagai upaya identifikasi dini efek samping OAT dalam tatalaksana TB di RSPI-SS. nyeri sendi, Metode Jenis penelitian yang digunakan gangguan kemerahan pada air seni (urine).(8) pendengaran, Warna adalah Kohort prospektif yakni Dalam suatu studi monitoring efek samping OAT, FDC kategori 1 di pemantauan efek samping penderita Propinsi Banten dan Jawa Barat tahun secara berkala setiap bulan selama 2011 didapatkan bahwa kejadian efek pengobatan baik 6 bulan ataupun 9 samping minum obat TB yang paling bulan. Sampel penelitian ini adalah sering timbul adalah pada bulan seluruh pasien TB di poli DOTS RSPI- SS tahun 2017 (Januari-Desember) pertama dan kelima yaitu mual, bulan kedua yaitu pusing, bulan ketiga, yang telah menyelesaikan pengobatan keempat dan keenam yaitu nyeri sendi. pada bulan Desember 2017. Teknik pengambilan sampel pada Efek samping lain yang juga ditemukan saat penggunaan OAT yaitu mengantuk penelitian ini adalah consecutive dan lemas pada bulan pertama, kedua dan ketiga.(9) sampling. Kriteria inklusi sampel pasien terdiagnosis TB di RSPI-SS Tahun 2017 yang menyelesaikan pengobatan pada bulan Juni-Desember Identifikasi dini masalah efek samping OAT sangat diperlukan agar 2017, mendapatkan terapi OAT sesuai dilakukan penanganan secara adekuat. pedoman TB, berusia dewasa (usia > Efek samping tersebut berdampak pada 18 Tahun), mengalami keluhan efek kepatuhan pasien dalam pengobatan. samping OAT. Kriteria eksklusi adalah Putusnya pengobatan akibat adannya pasien TB-MDR. Sampel sesuai kriteria efek samping dapat menyebabkan sebanyak 53 pasien. ESO ada dua yaitu ESO ringan dan resistensi kuman TB yang dikenal dengan Multidrug Resistence (MDR) sehingga menjadi masalah baru dalam eradikasi ESO berat. ESO ringan ditandai dengan gejala salah satu atau lebih dari TB dan juga menambah beban bagi satu gejala seperti berikut : tidak nafsu pasien itu sendiri. Berdasarkan hal itu, makan, mual, sakit perut, nyeri sendi, perlu untuk dilakukan studi 12 The Indonesian Journal of Infectious Disease |Volume 5 No. 2

  4. pengobatan TB selama 6 bulan (Tabel kesemutan s/d rasa terbakar di kaki dan 2). Tabel 1 Karakteristik Demografi Pasien TB di RSPI Prof Dr.Sulianti Saroso Variabel Umur  17-25 Tahun (remaja akhir)  26-35 Tahun (dewasa awal)  36-45 Tahun (dewasa akhir)  46-55 Tahun (lansia awal)  56-65 Tahun (lansia akhir)  > 65 Tahun (manula) Jenis Kelamin  Laki-laki  Perempuan Penyakit Penyerta  Tidak Ada  Ada Tabel 2 Gambaran Pengobatan (Riwayat, Jenis Pengobatan dan Pengobatan) Pada Pasien TB di RSPI Prof Dr. Sulianti Saroso Variabel Riwayat Pengobatan  Tidak Pernah/Baru  Pernah Jenis Obat  Kategori 1  Kategori 2 Lama Pengobatan  6 bulan  9 bulan warna kemerahan pada air seni, flu sindrom (demam, menggigil, lemas dan sakit kepala dan nyeri tulang). Gejala ESO berat ditandai dengan salah satu n (%) atau lebih dari satu gejala seperti berikut: gatal dan kemerahan pada kulit, 11 20.8 gangguan pendengaran,keseimbangan, 15 28.3 ikhterus tanpa penyebab lain, bingung, mual muntah, gangguan penglihatan, 11 20.8 purpura, syok, gagal ginjal akut dan 8 15.1 penurunan produksi urin. Pada penelitan 6 11.3 ini ESO ditegakkan dengan diagnosis dokter dan tercatat di dalam rekam medik 2 3.8 pasien. Hasil dianalisis menggunakan 32 21 60.4 39.6 analisis univariat. Studi ini telah mendapatkan persetujuan etik yang dikeluarkan oleh Komite Etik Penelitian 25 28 47.2 52.8 Kesehatan RSPI-SS dengan nomor 54/XXXXVIII.10/VIII/2018. Hasil Lama Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 53 pasien TB, sebagian besar n (%) 15(28,3%) berusia 26-35 Tahun (dewasa awal), 32 (60.4%) berjenis 48 90.6 kelamin laki-laki, dan 28 (52.8%) 5 9.4 memiliki penyakit penyerta (Tabel 1). Gambaran pengobatan menunjukkan 50 3 94.3 5.7 bahwa dari 53 pasien sebagian besar 48 (90.6%) pasien tidak pernah memiliki 37 16 69.8 30.2 riwayat pengobatan sebelumnya, 50 (94,3%) menggunakan jenis obat kategori 1 dan 37 (69.8%) lama The Indonesian Journal of Infectious Disease |Volume 5 No. 2 13

  5. 54,7%, mual 43.4%, tidak nafsu makan Gambaran ESO diketahui dari 53 35.8% (Tabel 4) pasien TB dengan efek samping sebagiang besar yaitu 27 (50.9%) Tabel 3. Efek Samping Obat Pada Sistem Organ Pasien TB di RSPI Prof Dr. Sulianti Saroso Variabel Kulit  Ya  Tidak Pencernaan (Gastointestinal)  Ya  Tidak Saraf (Neuro)  Ya  Tidak Mata  Ya  Tidak mengalami ESO ringan (Grafik 1). ESO berdasarkan bulan terlihat terlihat n (%) bahwa efek samping paling banyak 19 34 35.8 64.2 muncul pada awal-awal pengobatan yaitu pada tahap intensif (Grafik 2). Berdasarkan lokasi efek samping 38 15 71.7 28.3 pada sistem organ diketahui 35,8% pada kuli, 71.7% pada pencernaan 36 17 67.9 32.1 (gastointestinal), 67,9% pada saraf dan 9.4% pada mata (Tabel 3). Berdasarkan 5 48 9.4 90.6 tanda dan gejala efek sampling, 3 gejala paling banyak adalah di flu sindrom Efek Samping Obat (ESO) Jumlah Pasien dengan efek samping 1 2 3 4 5 6 7 8 9 40 26 30 27 (49,1%) 20 pasien dengan efek samping (50,9%) 10 0 Ringan Berat Grafik 1. Efek Samping Obat Grafik 2. Jumlah Pasien dengan efek samping berdasarkan bulan 14 The Indonesian Journal of Infectious Disease |Volume 5 No. 2

  6. Tabel 4. Tanda dan Gejalan Efek Samping Obat Pada Pasien TB di RSPI Prof Dr. Sulianti Saroso Variabel Tidak Nafsu Makan  Ya  Tidak Mual  Ya  Tidak Sakit Perut  Ya  Tidak Nyeri Sendi  Ya  Tidak Kesemutan  Ya  Tidak Urin Kemerahan  Ya  Tidak Flu Sindrom (lemas,pusing, demam, sakit kepala dll)  Ya  Tidak Kulit gatal kemerahan  Ya  Tidak Mual Muntah  Ya  Tidak Ikterus tanpa penyebab lain  Ya  Tidak Gangguan Penglihatan  Ya  Tidak n Persentase (%) 19 34 35.8 64.2 23 30 43.4 56.6 12 41 22.6 77.4 18 35 34 66 15 38 28.3 71.7 1 52 1.9 98.1 29 24 54.7 45.3 17 36 32.1 67.9 12 41 22.6 77.4 1 52 1.9 98.1 3 50 5.7 94.3 dapat Pembahasan mengganggu keseimbangan bakteri usus dan menimbulkan Berdasarkan efek samping diketahui defisiensi vitamin. Konsumsi obat-obat bahwa pasien yang mengalami efek antibiotik sedikit yang diresorpsi oleh samping obat sebagian besar termasuk kulit sehingga di dalam darah kategori ESO ringan. Efek samping akan bergabung dengan salah satu protein muncul dikarenakan kerja sekunder obat membentuk antigen. Bila zat tersebut yakni efek tak langsung akibat kerja berulangkali masuk kedalam aliran utama obat seperti antibiotika spektrum darah seseorang yang berpotensi luas termasuk OAT The Indonesian Journal of Infectious Disease |Volume 5 No. 2 15

  7. periode awal mengkonsumsi OAT. Tahap hipersensitifitas yang dikarenakan suatu rekasi akibat pecahnya membaran mast awal ini penderita sangat rentan cell (degranulasi). Kondisi tersebut bisa mengalami efek samping. Menurut terjadi pada penderita TB.(10) Kemenkes RI bahwa OAT diberikan Obat-obat anti tuberkulosis disamping kepada penderita tuberkulosis dalam mempunyai beberapa efek samping bentuk kombinasi dosis tetap (FixedDose ringan juga mempunyai efek samping Combination (FDC), apabilapenderita yang berat. Efek samping yang mengalami efek samping berat dari obat patut diwaspadai adalah efek FDC, maka penderita diberi paket hepatotoksik. Hampir semua OAT kombipak untuk mengetahui jenis kandungan menyebabkan efek samping.(6) mempunyai efek hepatotoksik kecuali obat yang streptomisin.(11) Kerusakan sel hati Berdasarkan tanda dan gejala bervariasi dari yang ringan asimptomatik sebagian besar berupa pusing atau sampai menimbulkan gejala serius akibat nekrosis sel hati. Pirazinamid yang sering sakit kepala yang merupakan gejala flu dipakai untuk pengobatan jangka pendek syndrome yaitu 54,7%. Sejalan studi monitoring efek Tb paru telah dilaporkan menyebabkan samping obat hepatitis. Peningkatan SGOT dan SGPT antituberkulosis FDC kategori 1 di merupakan gejala dini dari kelainan provinsi banten dan provinsi Jawa Barat hati.(8) yang dilakukan oleh Sari dkk bahwa salah satu efek samping OAT adanya ESO banyak terjadi pada awal pengobatan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Farhanisa yang menyatakan bahwa efek samping OAT yang timbul akan menganggu sebesar 81,82%.(12) Penelitian Abbas gejala pusing/sakit kepala.(9) Adapun efek pusing atau gangguan keseimbangan dapat disebabkan oleh aktifitas pasien Streptomisin. Streptomisin setelah diserap dari tempat suntikan, hampir semuanya berada dalam plasma. Hanya menyebutkan bahwa proporsi penderita yang mengalami efek samping OAT sedikit sekali yang masuk ke dalam eritrosit. Streptomisin setiap minggunya lebih besar. kemudian Persentase penderita yang mengalami menyebar ke seluruh cairan ekstrasel. efek samping OAT lebih besar pada Streptomisin diekskresi melalui filtrasi minggu pertama dan kedua, masing- glomerulus. Masa paruh obat ini pada masing 96,6% dan 91,4%.(13) Efek ini orang dewasa normal antara 2-3 jam, dan dapat sangat memanjang pada penderita gagal ginjal.(14) akan menurun seiring berjalannya waktu pengobatan. Efek samping tinggi pada 16 The Indonesian Journal of Infectious Disease |Volume 5 No. 2

  8. dirasakan gatal yang cukup hebat, maka Studi menunjukkan bahwa 35.8% lokasi efek samping di kulit berupa dokter akan menghentikan sementara gatal dan kemerahan. Didukung hasil pemberian obat-obatan TB untuk sementara. Hal ini menjadi pengecualian penelitian Sinha et al. bahwa efek samping lain dari OAT adalah efek karena untuk mencegah terjadinya reaksi alergi pada kulit (8,45%).(15) Studi alergi yang lebih hebat. Jika dengan tentang reaksi obat yang merugikan penghentian obat TB ini sudah dilakukan terhadap OAT lini pertama dalam terapi namun alergi masih tetap ada, maka DOTS oleh Athira et all menyebutkan perlu dikonsultasikan kembali untuk menyatakan efek samping pada kulit dilakukan rujukan ke dokter spesialis sebesar 30.48%, asalah kulit berupa kulit. gatal dan kemerahan disebabkan oleh rifampisin, pirazinamid, isoniazid.(16) Hasil studi menunjukkan bahwa efek samping pada gastrointestinal (pencernaan) sebesar 71.7% berupa Semua jenis OAT menimbulkan efek tidak nafsu makan, mual, muntah, sakit samping gatal. Jika seorang pasien perut. Sejalan dengan penelitian dalam pengobatan OAT mulai mengeluh penelitian Sinha et al. bahwa efek samping yang gastronintestinal (53,52%).(15) Efek gatal-gatal singkirkan dulu kemungkinan penyebab lain. Berikan dulu anti histamin, dialami pada sambil meneruskan OAT dengan pengawasan ketat. Gatal-gatal tersebut samping pada gastrointestinal pada sebagian pasien menghilang, disebabkan oleh Rifampisin. Obat ini namun pada sebagian pasien malah merupakan antibiotik semisintetik yang menjadi suatu kemerahan kulit. Bila mempunyai efek bakterisid terhadap keadaan seperti ini, hentikan mikobakteri dan organisme gram positif. Pada dosis tinggi juga efektif terhadap semua kemerahan tersebut menghilang. Jika gejala efek samping ini bertambah berat, pasien perlu dirujuk.(9) OAT. Tunggu sampai organisme gram negatif. Mekanisme kerja Rifampicin dengan menghambat sintesa RNA dari mikobakterium. Rifampicin memiliki efek samping Gatal dikarenakan reaksi alergi gangguan gastrointestinal (saluran cerna) ringan pada kulit dari zat aktif obat- obataan tersebut. Untuk mengurangi seperti rasa panas pada perut, sakit rasa gatal, dokter akan meresepkan epigastrik, mual, muntah, anoreksia, beberapa obat gatal seperti golongan kembung, kejang perut dan diare. antihistamin atau antialergi untuk Penatalaksanaan sebaiknya OAT mengurangi rasa gatal. Jika yang diminum malam sebelum tidur.(9) The Indonesian Journal of Infectious Disease |Volume 5 No. 2 17

  9. bakteri yang peka dan untuk profilaksis Hasil studi menunjukkan bahwa efek samping 67.9% di neuro berupa nyeri orang berisiko tinggi mendapatkan sendi dan kesemutan. Sejalan dengan infeksi. Isoniazid dapat digunakan studi berbasis rumah sakit ffek samping tunggal atau bersama-sama dengan dari OAT lini pertama yang dilakukan antituberkulosis lain. Jika digunakan Singh & Pant menyebutkan bahwa efek untuk tujuan terapi, obat ini harus digunakan bersama Sedangkan jika digunakan untuk tujuan pencegahan, obat ini dapat diberikan tunggal.(14) Isoniazid salah satu efek samping muskuloskeletal (13%) dan sistem saraf pusat (7%).(17) Nyeri sendi disebabkan OAT pada sistem obat lain. oleh kesemutan disebabkan oleh Isoniazid dimana penatalaksaaanya diberikan aspirin jika terjadi nyeri sendi dan vitamin B6 (piridoxin) 100 mg per hari jika kesemutan.(5) Pirazinamid sedangkan sampingnya berupa neuritis perifer (radang saraf tepi) berupa kesemutan sehingga untuk pencegahan harus diberikan suplemen vitamin B6. Dalam studi ini terdapat 3 orang pasien (9.4%) mengalami gangguan Pirazinamid mudah diserap di usus penglihatan. Hal ini disebabkan oleh dan tersebar luas ke seluruh tubuh. obat jenis Ethambutol. Sejalan studi monitoring efek Kadar plasma puncak dalam darah lebih kurang 2 jam, kemudian menurun. samping obat Pirazinamid mengalami hidrolisis dan antituberkulosis FDC kategori 1 di provinsi banten dan provinsi Jawa Barat hidroksilasi menjadi asam yang dilakukan oleh Sari dkk bahwa hidropirazinoat metabolit dimetabolisme di hati dan diekskresikan lambat melalui kemih.(8) Menurut Tjay yang merupakan Obat utama. ini salah satu efek samping OAT adanya gangguan pada penglihatan.(9) Etambutol jarang menimbulkan efek samping. Dosis dan Rhardja bahwa ketika terjadi reaksi alergi, maka akan meningkatkan kadar histamin dan konsentrasi asam dalam tubuh, sehingga munculnya peradangan/ nyeri pada otot dan sendi penderita tuberkulosis.(10) harian sebesar 15 mg/kgBB menimbulkan efek toksik yang minimal. Efek samping dari etambutol yaitu dapat menyababkan menjadi faktor gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman pengelihatan, buta warna untuk warna merah dan hijau, dan penyempitan lapangan pandang.(8) Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang sering disingkat dengan Isoniazid Etambutol digunakan secara luas diindikasikan untuk terapi semua bentuk sebagai terapi tuberkulosis aktif yang disebabkan sebagai 18 The Indonesian Journal of Infectious Disease |Volume 5 No. 2

  10. 3. Kementrian RISKESDAS 2018. Jakarta; 2018. 4. RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso. Kesehatan R. antimycobacterial agen. Efek samping yang paling umum adalah mengakuisisi dischromatopsia merah-hijau, sebuah Laporan Rekam Medik. Jakarta; fenomena biasanya dikaitkan dengan 2017. neuropati optik. Etambutol beracun bagi 5. World neuron retina atau akson sel ganglion Health Organization. A retina (yang membentuk saraf optik). practical handbook on the Dalam retina, etambutol bersifat toksik terhadap horizontal atau kerucut sel.(18) pharmacovigilance of medicines used in the treatment of tuberculosis: enhancing the safety Kesimpulan of the TB patient. 2012; 6. Kementerian Pasien TB yang mendapatkan OAT Kesehatan RI. mayoritas mengalami efek samping Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Jakarta: kategori ringan dan pada lokasi pada Direktorat Jenderal Pengendalian pencernaan. Sehingga diperlukan monitoring rutin efek samping OAT oleh Penyakit dan Penyehatan petugas kesehatan. Lingkungan; 2011. 7. World Health Organization (WHO). A practical handbook on the Ucapan Terima Kasih pharmacovigilance of medicine Penulis mengucapkan terima kasih used in the treatment of kepada Direktur Utama beserta seluruh Tubercullosis. Geneva: WHO jajaran Direksi RSPI-SS atas izin dan Press; 2012. dukungan yang diberikan dan juga 8. Kementerian Kesehatan RI. seluruh pihak yang membantu dalam Pedoman Nasional Pengendalian pelaksanaan studi ini. Tuberkulosis. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Daftar Pustaka Penyehatan Lingkungan; 2014. 1. World Health Organization (WHO). 9. Sari ID, Yuniar Y, Syaripuddin M. Global Tuberculosis Report 2017 Studi Monitoring Efek Samping [Internet]. 2017. Available from: Obat Antituberkulosis Fdc Kategori https://www.who.int/tb/publications/ 1 Monitoring Study on the Side global_report/gtbr2017_main_text. Effects of Tb Drugs Therapy Fdc pdf Category 1 in. Media Litbangkes. 2. Kementerian Kesehatan RI. Profil 2014;24(1):28–35. kesehatan indonesia. Jakarta;2016. The Indonesian Journal of Infectious Disease |Volume 5 No. 2 19

  11. Intensive Phase Treatment Of 10. Tjay TH, Rahardja K. Obat-obat Penting. 7, editor. Jakarta: Elex Pulmonary TB Patients In Makassar 14. Tanu I. Farmakologi dan Terapi. Media Komputindo; 2007. Jakarta: Universitas Indonesia; 11. Yee D, Valiquette C, Pelletier M, 2017. Parisien I, Rocher I, Menzies D. 15. Sinha K, Marak IT, Singh Wa. Adverse drug Incidence of Serious Side Effects from First-Line Antituberculosis reactions in Drugs among Patients Treated for tuberculosis patients due to directly Active Tuberculosis. Am J Respir observedtreatmentstrategy Crit Care Med. 2003; therapy: Experience at an outpatient clinic of a teaching 12. Farhanisa, Untari EK, Nansy E. hospital in the city of Imphal, Kejadian Efek Samping Obat Anti Manipur, India. J Assoc Chest Tuberkulosis (OAT) Kategori 1 Pada Physicians [Internet]. 2013;1(2):50. Pasien TB Paru di Unit Pengobatan Available from: http://www. Penyakit Paru-Paru (UP4) Provinsi jacpjournal.org/text.asp?2013/1/2/5 Kalimantan Barat. J Mhs Farm Fak 0/123213 Kedokt UNTAN [Internet]. 16. Athira B, Cs M, Jyothi E. A study 2015;3(1):1–12. Available from: http://jurnal.untan.ac.id/ on adverse drug reactions to first index.php/jmfarmasi/article/view/16 line antitubercular drugs in DOTS 748/14403 therapy. 2015;4(1):7–11. 17. Singh AK, Pant N. Adverse effects 13. Abbas A. Monitoring Of Side Effects of first line antitubercular medicines Of Anti-Tuberculosis Drugs ( ATD ) on patients taking directly observed On The Intensive Phase Treatment Of Pulmonary TB Patients In treatment short course : A hospital based study. 2014;4(4):354–8. Makassar. J Agromedicine Med Sci 18. Heng JE, Vorwerk CK, Lessell E, [Internet]. 2017;3(1):19–24. Zurakowski D, Levin LA, Dreyer Available from: http://download. EB. Ethambutol Is Toxic to Retinal portalgaruda.org/article.php?article Ganglion Cells via an Excitotoxic =478839&val=7891&title=Monitorin Pathway. 2019;190–6. g Of Side Effects Of Anti- Tuberculosis Drugs (ATD) On The 20 The Indonesian Journal of Infectious Disease |Volume 5 No. 2

More Related