1 / 22

Memberantas Korupsi di Sektor Kehutanan

Memberantas Korupsi di Sektor Kehutanan. J. Danang Widoyoko Koordinator Badan Pekerja ICW danang@antikorupsi.org HP: 0817 6050373. Pengantar. Indonesia memiliki kekayaan yang luar biasa, salah satunya hutan. Eksploitasi hutan yang tidak terkendali justru menimbulkan bencana.

afi
Download Presentation

Memberantas Korupsi di Sektor Kehutanan

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Memberantas Korupsi di Sektor Kehutanan J. Danang WidoyokoKoordinator Badan Pekerja ICWdanang@antikorupsi.orgHP: 0817 6050373

  2. Pengantar Indonesia memiliki kekayaan yang luar biasa, salah satunya hutan. Eksploitasi hutan yang tidak terkendali justru menimbulkan bencana. Besarnya laju deforestasi karena kebutuhan yang besar industri kayu global sehingga harga kayu meningkat pesat. Muncul gejala “kutukan sumber daya”

  3. Kutukan sumber daya Daerah yang kaya sumber daya alam justru tertinggal, kemiskinan dan korupsi tinggi, konflik sosial sering terjadi. Daerah yang kaya sumber daya alam kayu seperti Kalimantan dan Papua terancam mengalami gejala kutukan sumber daya. Industri ekstraktif menguras habis sumber daya dan penduduk lokal miskin dan tertinggal.

  4. “Dutch Disease” Melonjaknya harga kayu meningkatkan insentif untuk berbisnis kayu. Meningkatnya harga minyak bumi juga meningkatkan permintaan dan harga CPO. Sebagian besar industri kemudian memilih investasi di industri kayu, CPO (juga batu bara). Industri manufaktur menurun. Yang berkembang pesat justru industri ekstraktif dan tidak sustainable. Pertumbuhan ekonomi dibiayai dari hancurnya hutan, pertumbuhan “makan modal sendiri”

  5. Ekspor Indonesia

  6. CPO produk perkebunan paling dominan

  7. Ekspansi kebun sawit

  8. Deforestasi vs Rehabilitasi

  9. Dampak rejeki sumber daya hutan Ross (2004) meneliti kebijakan kehutanan di Malaysia, Filipina dan Indonesia. Rejeki dari hutan membuat pemerintah euforia, meningkatkan konsumsi. Rejeki dari hutan membuat pemerintah dalam tekanan dari pemburu rente untuk turut menikmati rejeki. Munculnya “rent-seizing”.

  10. Politik dan illegal logging Penelitian Burgess et. al. (2011) Pemekaran wilayah mendorong peningkatan deforestasi. Siklus political logging  illegal logging meningkat menjelang Pilkada. Logging adalah sumber rente jangka pendeka bagi Pemda. Ada kecenderungan berkurang ketika terjadi konsolidasi politik.

  11. Problem Akar dari persoalan illegal logging dan alih fungsi lahan adalah politik. Hukum tidak berjalan, lebih banyak pelaksana di lapangan dan banyak vonis bebas. Bila menggunakan UU Kehutanan, pelanggaran administrasi.

  12. Mengapa banyak vonis bebas? Sebagian besar kasus yang divonis bebas hanya menggunakan UU Kehutanan UU Kehutanan sangat lemah; Mempunyai loopholes (Pasal 80 ayat (2)) yang hanya memberikan sanksi administratif dan denda bagi pembalak liar (di tingkat mastermind); Perspektif Departemen Kehutanan, Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan masih melihat segala sesuatu yang berhubungan dengan hutan, hanya bisa dijerat UU Kehutanan. UU Kehutanan diyakini bersifat Lex Specialis (khusus) dibanding UU Lainnya UU Anti Korupsi dan UU Money Laundering belum efektif digunakan menjerat Pembalak Liar

  13. “illegal logging diluar RKT hanyalah pelanggaran administratif” sering digunakan sebagai alasan membebaskan pembalak liar Pasal 80 (2) adalah bolong besar (Loop Holes) UU 41/99 Kebanyakan Pembalak Liar bebas dengan dalil: UU Kehutanan bersifat Lex Specialisnya (khusus) dibanding UU lain Menggunakan “kelemahan” UU Kehutanan untuk meruntuhkan dalil “kekhususan” UU Kehutanan Kelemahan UU Kehutanan

  14. Simulasi Logika Hukum Pembebasan Pelaku ILOG UU KEHUTANAN (UU 41/99)‏ UU Korupsi (UU 31/99 jo 20/2001)‏ UU Umum Lain PERBUATAN Pelaku (Menebang, merusak, atau menggunduli hutan diluar area izin)‏ Misal: dapat dijerat beberapa UU Asas: “Lex Specialis Derogat Legi Generale” (Aturan khusus mengesampingkan aturan umum)‏ Karena yg berlaku hanya UU KEHUTANAN, maka berdasarkan Pasal 80 (2), terdakwa hanya diberi sanksi Administratif dan Denda, sehingga HARUS DIBEBASKAN dari tuntutan Pidana!!!

  15. ………. Illegal Logging 1. Pra-Konsensi • Berhubungan dg kewenangan pejabat pemberi izin • Proses konsensi cacat hukum dapat mengandung unsur suap, gratifikasi, dan korupsi jenis lainnya • Dapat dijerat UU 31/1999 jo 20/2001 • Contoh kasus: Bupati Pelawan-Riau 2. Illegal logging dg Izin • Pelaku memiliki IZIN (baik resmi ataupun melalui proses koruptif), menebang diluar wilayah izin • Berdasarkan UU Kehutanan hanya dapat dikenakan Sanksi Administratif • Dominan melibatkan aktor utama, dan sebagian besar divonis BEBAS • Berlindung dibalik asas hukum: “Lex Specialis Derogat Legi Generale” • Apakah dapat dijerat UU 31/1999 jo 20/200? 3. Pencurian Kayu Cenderung dapat dijerat Pasal 78 UU Kehutanan (Pidana)‏ 4. Alih Fungsi Hutan & Pembukaan Lahan Modus baru penggundulan hutan. Luas: 16 juta Ha (stabil), 23 juta Ha (expanding)‏ Sumber: Sawit Watch

  16. PRESEDEN 1: Kasus ADELIN LISPenerapan UU Korupsi dalam Kasus Illegal Logging Adelin Lis (AL) Direktur Keuangan/Umum PT. Keang Nam Development Indonesia PT.KNDI diberikan HPH 55 tahun (sejak 1994), seluas 58.590 Ha. Perpanjangan dari tahun 1974 Melakukan penebangan diluar wilayah Rencana Kerja Tahunan (RKT) th. 2000-2005. Volume tebangan Illegal: 194, 25 ribu M3

  17. PRESEDEN 1: Kasus ADELIN LIS(Lanjutan……)‏ Adelin memerintahkan Penebangan. Melanggar Kep. Menteri Kehutanan No. 805/Kpts-VI/99, ttg Pembaruan Izin HPH pada PT. KNDI; Tidak melaksanakan Silvikultur Tebang Pilih Menebang diluar RKT Tidak membayar Iuran PSDH (dari th 2000-2005)‏ Kerugian Negara: Rp. 119, 8 miliar & USD 2,94 juta Tindakan tsb berkibat KERUSAKAN HUTAN

  18. Putusan Hakim:Kasus Adelin Lis • PN: Bebas • Adelin Lis hanya melanggar Hukum Administratif; • Menggunakan UU Kehutanan, shg Adelin hanya dapat diberi sanksi Adm dan denda. • UU Korupsi tidak digunakan • MA: Vonis 10 tahun • Hakim PN salah menerapkan hukum • Hakim MA gunakan UU Korupsi • Pelanggaran Aturan Administratif memenuhi Unsur Melawan Hukum pada UU Korupsi • Kerugian Negara = Nilai Kayu Tebangan Illegal

  19. PRESEDEN 2: Kasus Suwarna AF – Gubernur Kaltim • Dalam program Kelapa Sawit, Suwarna menerbitkan 3 surat keputusan; • Persetujuan pelepasan kawasan u/ perkebunan sawit pd 11 Perusahaan; • Persetujuan pembukaan lahan pd 3 perusahaan; • Keringanan garansi bank u/ 7 perusahaan • 3 surat tersebut melanggar 2 Surat Keputusan Menteri Kehutanan; • SK No. 107/Kpts-II/1999 ttg Perizinan Perkebunan • SK No. 538/Kpts-II/1999 ttg Izin Pemanfaatan Kayu • Kerugian Negara 346,8 Miliar

  20. Diproses KPK Dakwaan: Primer: Pasal 2 (1) UU 31/99, Subsidair: Pasal 3 UU 31/99 Penyalahgunaan Kewenangan sejak Agustus 1999 – Desember 2002 Divonis BERSALAH melakukan KORUPSI Izin Pembebasan Lahan Kelapa Sawit 1000 Ha PN: 18 bulan PT & MA: 4 tahun Putusan Hakim: Kasus Suwarna AF – Gubernur Kaltim

  21. Laporan ICW, Sawit Watch dan FWI

  22. Sekian dan terima kasih

More Related