1 / 10

BISMILLAHIRROHMANIRROHIIM

BISMILLAHIRROHMANIRROHIIM. SEBUAH RENUNGAN BAGI REMAJA ISLAM MASJID. Oleh Imron Supriyadi. (Jurnalis RGBA & Pelaku Sastra Indonesia tinggal di Tanjung Enim). “Sesungguhnya, Pemuda adalah, seseorang yang mampu berkata : Inilah Aku.

acacia
Download Presentation

BISMILLAHIRROHMANIRROHIIM

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. BISMILLAHIRROHMANIRROHIIM SEBUAH RENUNGAN BAGI REMAJA ISLAM MASJID Oleh Imron Supriyadi (Jurnalis RGBA & Pelaku Sastra Indonesia tinggal di Tanjung Enim) “Sesungguhnya, Pemuda adalah, seseorang yang mampu berkata : Inilah Aku. Dan bukanlah seorang pemuda, yang hanya mampu berkata : Itu Ayahku”

  2. “KARIMA” = ENERGI KEKUATAN UMMAT “Syubbanul Yaumi, Rijaalul Ghoddi” (Pemuda Hari ini, adalah Pemimpin Masa depan) Begitulah sebuah syair, yang “mengangungkan” kelompok pemuda. Ini merupakan pernyataan jujur dari kalangan agamawan, sebagai bentuk pengakuan, jika dalam diri pemuda terkandung “energi”. Bukan saja energi secara fisik, tetapi lebih dari itu, dalam diri pemuda juga tersimpan energi nilai-nilai yang sarat potensi untuk kemudian dapat dikembangkan sebagai kekuatan ummat di masa depan. Wajar jika kemudian, Proklamator kita Bung Karno pernah berseru ; kumpulkan 10 pemuda, maka aku akan mengubah dunia”. Sekali lagi, ini pengakuan tokoh sekaliber Bng Karno yang ikut “ meng-agung-kan” kaum pemuda. KARIMA : Bukan "Peci & Sarung" Keluarga Remaja Masjid (KARIMA), sebagai salah satu bagian kelompok Pemuda, merupakan aset potensial yang wajib diberdayakan. Bukan saja sebagai penggiat aktifitas ke-agamaan, tetapi lebih dari itu, dapat menjadi pendorong dan penggerak di semua lini. Dengan kata lain, KARIMA tidak selalu identik dengan persoalan aktifitas ke-agamaan dalam konteks vertikal (habluminallah) saja, melainkan dapat melakukan segala bentuk kegiatan ke-agamaan dalam konteks horizontal (habluminannas), baik di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya.

  3. Lanjutan KARIMA BUKAN…. Tuntutan kegiatan KARIMA yang harus bersifat transedental, (bersandar kepada Tuhan), bukan berarti harus membatasi ruang gerak aktifitas KARIMA dalam jangkauan yang lebih luas. Transendental yang didegung-degungkan itu, bukan sebatas kegiatan ritual secara fisik, melainkan lebih pada nilai-nilai atau esensi dari kegiatan yang dilakukan KARIMA. Tapi kemudian, tuntutan transedensi aktifitas KARIMA, sering disalahartikan menjadi sesuatu yang jumud, konvensional dan parsial. Sehingga yang muncul, bukan aktifitas agama dalam konteks sosial, tetapi rutinitas ritual yang sempit. Kegiatan KARIMA selalu identik dengan mengaji, pesantren kilat, lomba adzan, dan sejenisnya. Bukan salah memang. Tetapi, membatasi nilai-nilai transeden, dengan rutinitas seperti ini, juga akan meligitimasi stigma, kalau Islam itu “tidak gaul”. Belum lagi, akan menimbulkan kejenuhan bagi kalangan remaja. Akibatnya, KARIMA akan ditinggal remajanya, dan kembali dikelola “kalangan tua”. Remaja masjid akan kembali menjadi penjaga sandal, tukang parkir, pembagi snack saat ada acara, lain tidak. Ini merupakan proses pembodohan nyata terhadap remaja yang seharusnya dapat dihindarkan.

  4. PERLUASAN JARINGAN Perluasan jaringan merupakan salah satu bagian penting untuk membangun kekuatan. Dan secara politik, jika KARIMA itu berada di bawah naungan perusahaan seperti PTBA, dengan perluasan jaringan, sangat berpotensi untuk membangun image perusahaan terhadap warga sekitar. Secara ekonomis, KARIMA Bukit Asam, juga aset SDM yang bukan saja dapat menjadi penggerak konsumen, ketika KARIMA atau Masjid Jamik memiliki Badan Usaha, tetapi lebih dari itu, KARIMA juga dapat menjadi distributor produk ke lembaga jaringan lainnya. Membangun jaringan ini, sudah tentu tidak bisa hanya berharap “petunjuk” dari Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI). Sebab, toh kenyataannya, BKPRMI yang banyak “diagungkan” itu juga tak banyak bisa berbuat dalam upaya pemberdayaan KARIMA-KARIMA di Kabupaten Muara Enim. Dalam posisi bagaimanapun, KARIMA Bukit Asam, yang memiliki legitimasi kuat, perlu melakukan pengembangan jaringan secara mandiri, dan melepaskan ketergantungan dari “petunjuk” BKPRMI, baik di tingkat kecamatan, kabupaten dan provinsi sekalipun. Sebab, dalam konteks apapun, BKPRMI juga (tidak?) memberi “keuntungan” terhadap keberadaan KARIMA, kecuali pengeloaan TK/TPA, itupun jika dilakukan secara maksimal.

  5. Bergerak Sekarang Juga ! KARIMA tak harus menunggu, menunggu dan menunggu. Sekarang juga harus bergerak. Lakukan sesuatu yang belum dilakukan banyak orang. KARIMA bukan “generasi remot” yang hanya berubah, setelah dipijit. Oleh sebab itu, bergerak besok atau lusa, itu hanya membuang waktu. Bergerak sekarang juga. Dalam menjaring remaja ini, dapat dilakukan beberapa langkah. Diantaranya ; 1. Inventarisasi KARIMA Sebelum melakukan gerakan penjaringan remaja masjid, KARIMA Bukit Asam, terlebih dahulu harus melakukan inventarisasi masjid, langgar dan mushola. Ini perlu, untuk mengetahui berapa masjid, berapa langgar dan berapa mushola yang sudah terbentuk KARIMA-nya dan yang belum. Sambil melakukan pendataan, gerakan pendekatan persuasif terus dilakukan dengan kegiatan-kegiatan di masjid Jamik Bukit Asam.

  6. 2. Pembentukan KARIMA di Setiap Masjid Setelah dilakukan pendataan, tanggungjawab KARIMA Bukit Asam selanjutnya memfasilitasi pembentukan KARIMA-KARIMA di setiap masjid, langgar dan mushola di Tanjung Enim, tanpa terkecuali. Maksud tanpa terkecuali, dalam pembentukan KARIMA ini tidak harus melihat jenis dan letak masjid, melainkan harus dimulai dari tanggungjawab moral, sebagai lembaga yang bernaung di bawah “Bendera Masjid Jamik Bukit Asam”. Mem-fasilitasi yang dimaksud, bukan berarti menjadi donatur, melainkan hanya mendorong dan mengarahkan pembentukan organisasi KARIMA di setiap masjid. 3. Pengajian Bulanan / Dwi Mingguan Dalam pembentukan ini, KARIMA Bukit Asam, dapat memulai dengan memanfaatkan pengajian Bulanan atau Dwi Mingguan. Tentu, dalam kegiatan ini, KARIMA membawa “jurkam” atau Ustdaz untuk mengisi ceramah. Sebelumnya, KARIMA juga terlebih dahulu mengirim surat secara administratif ke beberapa masjid, langgar dan mushola yang hendak dituju, kepada Pengurus masjid setempat. Ini sebagai antisipasi kemungkinan terjadinya “ketersinggungan” pengurus masjid yang mungkin masih feodalis dan strukturalis. Kegiatan pengajian Bulanan ini, sekaligus sebagai ruang untuk “menjual” kegiatan KARIMA Bukit Asam, kepada publik. Saat itulah, strategi untuk membentuk KARIMA segera dilakukan. Hari itu juga, segera menentukan pertemuan lanjutan dalam pembentukan KARIMA di masjid, langgar atau mushola yang menjadi sasaran.

  7. 4. Penjaringan Melalui Program Jika melalui pengajian bulanan atau Dwi mingguan kurang efektif, KARIMA Bukit Asam bisa menggunakan metode lain. Misalnya menggelar kegiatan workshop atau training, di masjid diluar masjid Jamik Bukit Asam. Tujuannya, memberi kesan kepada warga, kegiatan KARIMA Bukit Asam tidak terlihat elitis, melainkan benar-benar populis. Pada kegiatan ini, sama juga dengan kegiatan sebelumnya, mengundang seluruh elemen dan remaja masjid di Tanjung Enim. Dan diakhir pertemuan, melakukan diskusi untuk pembentukan KARIMA, baik di masjid tempat pelaksanaan kegiatan itu, atau memberi tawaran kepada beberapa masjid yang hadir saat itu. Masih banyak lagi, langkah-langkah lain, yang mungkin lebih strategis untuk mengembangkan jaringan. Namun empat point diatas itu, minimal dapat memberi kontribusi awal, tentang bagaimana upaya pengembangan jaringan di komunitas Remaja Masjid Tanjung Enim. 5. Follow-Up Jika KARIMA-KARIMA di Kabupaten Muara Enim sudah terbentuk di beberapa masjid, maka dapat dilakukan beberapa langkah lanjutan, sebagai upaya dalam penguatan struktural dan moral antar KARIMA itu sendiri. Beberapa aktifitas KARIMA ini, bisa mengembangkan programnya di bidang-bidang lain. Ini dilakukan, sekaligus untuk membangun image KARIMA, tidak selalu identik dengan “Peci, Sarung & Sorban”.

  8. 1. BIDANG POLITIK Sebagai salah satu Organisasi Remaja, KARIMA juga memiliki tanggungjawab terhadap proses pendidikan politik warga. Tentu pendiidkan politik ini bukan identik dengan politik praktis, sekalipun politik praktis juga menjadi bagian dari proses pembelajaran politik bagi warga. Pendidikan politik ini, lebih berdasar pada upaya pencerdasan kesadaran masyarakat terhadap hak-hak masyarakat, yang mungkin selama ini belum atau bahkan tidak diketahui. Misal, KARIMA dapat membantu proses sosialisasi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Atau KARIMA juga dapat melakukan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten & Kecamatan dalam melakukan sosialisasi pertauran daerah yang baru saja dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten atau Provinsi. Sasarannya, bukan saja pada kalangan remaja, tetapi dari berbagai kelas sosial masyarakat. Selain itu, tentang peraturan pembuatan KTP, Undang-Undang Pertanahan, dan lain sebagainya. Intinya, dalam hal ini KARIMA tidak harus menjadi jubir dari program ini, melainkan hanya sebagai fasilitator dan menjembatani antara warga danb instansi terkait lainnya.

  9. 2. BIDANG SOSIAL Tidak berbeda dengan bidang politik, KARIMA juga dapat melakukan kegiatan-kegiatan sosial di masyarakat. Baik terjun secara langusung, atau hanya sebagai penggerak di tengah masyarakat. Dalam kegiatan ini, KARIMA dapat bekerjasama dengan Karangtaruna, pemerintah kelurahan dan sebagainya. Bentuknya, bisa gotong royong, pembesihan parit, siskamling dll. 3. BIDANG SENI BUDAYA Ini satu bidang yang sebenarnya, menjadi “aji pamungkas” bagaimana mengajak remaja “diluar masjid” agar kemudian dapat masuk ke dalam masjid. Hampir semua bidang seni, disukai remaja. Oleh sebab itu, dengan “kampanye” pembentukan KARIMA disetiap masjid, juga disebar angket penelusuran minat dan bakat. Dari sini, akan terbaca, hoby dan kecenderungan berpikir remaja yang menjadi sasaran. Dengan demikian, ini akan memudahkan penyaluran minat yang sesuai dengan kebutuhan remaja itu sendiri.

  10. 4. BIDANG KESEHATAN Bidang ini, juga bagian penting yang dapat menarik warga, untuk “selalu” butuh dengan kegiatan KARIMA. Dalam bidang kesehatan, KARIMA dapat melakukan kegiatan Donor Darah, pembagian vitamin, sunatan massal, atau bekerja sama dengan dinas kesehatan untuk melakukan foging. Masih banyak lagi, bidang lain yang sangat mungkin dilakukan KARIMA, untuk menjawab persoalan-persoalan di masyarakat, baik untuk “kalangan tua” atau bagi remaja itu sendiri. Baik yang bentukmnya training, workshop atau kegiatan yang sifatnya insidental, semua dapat dilakukan. Masalahnya sekarang, mau atau tidak. Itu saja. Penutup Semua gagasan ini, hanya akan berjalan secara optimal, jika semua pihak dapat mendukung secara sinergis. Orang tua, Sekolah, masyarakat dan lembaga swasta lainya, baik perusahaan atau BKPRMI, sendiri yang menaungi langsung remaja masjid. Dan sudah tentu, gagasan ini, banyak kurangnya dari pada lebihnya. Tapi minimal ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi siapa saja yang membutuhkan. Ditulis Pada Hari Selasa & Rabu Tanggal 11 & 12 Maret 2005 di Radio Gema Bukit Asam Tanjung Enim

More Related