1 / 23

TAENIA_SAGINATA_AND_TAENIA_SOLIUM

TAENIA_SAGINATA_AND_TAENIA_SOLIUM

Download Presentation

TAENIA_SAGINATA_AND_TAENIA_SOLIUM

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. TAENIA SAGINATA SEJARAH : • Cacing pita dari sapi, telah dikenal sejak dahulu, akan tetapi identifikasi cacing tersebut baru menjadi jelas setelah tahun 1782, karena karya Goeze dan Leuckart. Sejak itu, diketahui adanya hubungan antara infeksi cacing Taenia Saginata dengan larva sistiserkus bovis, yang ditemukan pada daging sapi. Bila seekor anak sapi diberi makan proglotid gravid cacing Taenia saginata, maka pada dagingnya akan ditemukan sistiserkus bovis • Hospes definitif nya adalah manusia. sedangkan hospes perantaranya adalah sapi kerbau . • Nama penyakitnya adalah TENIASIS SAGINATA

  2. TAENIA SAGINATA KLASIFIKASI Kingdom : Animalia Phylum : Platyhelminthes Class :Cestoda Ordo : Cyclophyllidea Family : Taeniidae Genus : Taenia Species :Taenia saginata

  3. MORFOLOGI • Berbentuk pipih, menyerupai pita, panjangnya 5 s/d 12 meter. yaitu berbentuk bulat, memiliki ukuran 30-40 Mm. kulit sangat tebal, halus, dengan garis-garis silang • Memiliki ruas ruas/leher yg di sebut PROGLOTID.terdiri dari 1000-2000 ruas. • Memiliki Kepala yg di sebut skoleks,  yang panjangnya 1 s/d 2 milimeter. sangat kecil, berbentuk sepertibuahpeer/mangkok.dan memiliki 4 batil hisap pd bagian depan.berguna untuk menghisap/menyerap. • Leher(PROGLOTID) berbentuk cincin yang menyempit, mempunyai badan leher pendek daripada bagian badan leher paling belakang yang lebih dewasa. Badan leher tersebut atau proglotid berwarna keputihan dan berbentuk segi empat • Sebuah ruas / progtolid terdiri dari kira2 100.000 buah telur • Strobila terdiri rangkaian progtolid yang belum dewasa .(immature) dan mengandung telur (gravid). • Pada progtolid yg belum dwsa terlihat alat kelamin yang jelas.dan pd progtolid yg sdh dewasa alat klamin terlihat seperti flikel testis yg berjumlah 300-400 buah • Lubang kelamin letaknya selang seling pada sisi kanan atau kiri strobilla • Di bagian posterior lubang kelamin terdapat lubang vagina berpangkal pd ootip • Uterus tumbuh dr bagian anterior ootip dan menjulurke bagian anterior proglotid.stlh uterus pnuh dg telurmaka cabangnya akan tumbuh berjumlah 15-30bh.pd satu sisinya tdk memilikilubang uterus dari strobilla. • Telur memiliki embriofor yang bergaris garis radial,ukuran 30-40x20-30 mikron

  4. SIKLUS HIDUP

  5. SIKLUS HIDUP PADA SAPI • Stelah uterus di penuhi dengan telur,maka cabang cabangnya(progtolid) akan tumbuh berjumlah 15-30 bh pd satu sisinya dan tidak memiliki lubang uterus(porus iterinus) • Progtolid yang sudah gravid (mengandung telur)sering terlepas dari strobila • Progtolid dapat bergerak aktif dan dapat keluar bersama tinja atau keluar sendiri dari lubang anus • Setiap hari kira kira ada 9 progtolid yang di lepas • Waktu progtolid di lepas(akan jd koyak),dan cairannya putih susu mengandung banyak telur akan keluar dari sisi anterior proglotid . • Telur telur ini akan melekat pada rumput bersama tinja manusia • Ternak yg sehat akan memakan rumput yg terkontaminasi dihinggapi cacing gelembung. • Telur yg tertelan akan dicerna dan embrio heksakan menetas. • Embrio heksakan yg masuk pencernaan akan menembus dinding usus.masuk ke saluran getah bening atau darah .dan ikut bersama aliran darah ke jaringan ikat di sela sela otot untuk timbuh menjadi cacing gelembung (sistiserkus bovis).peristiwa ini terjadi setelah 12-15 minggu. • Bagian yg di hinggapi sistiserkus bovis adalah otot maseter,paha belakang dan punggung • Larva onkoster menembus usus dan masuk ke dalam pembuluh darah atau pembuluh limpa, kemudian sampai ke otot/daging dan membentuk kista

  6. Sapi yang telah terkontaminasi cacing gelembung di sembelih dan dagingnya di konsumsi oleh manusia. • Bila daging sapi yg mengandg cacing gelembung dimasak kurang matang lalu dimakan oleh manusia,maka skoleksnya keluar dari cacing gelembung dengan cara evaginasi.dan melekat pada usus halus manusia. • Dinding sistiserkus akan di cerna di lambung.sedgkan larva dan skoleks akan menempel pd usus manusia • Kemudian larva akan menjadi cacing dewasa dalam waktu 8-10 minggu yang tubuhnya bersegmen yang di sebut proglotid yang dapat menghasilkan telur • Biasanya di dalam usus hospes terdapat seekor cacing atau lebih. • Bila proglotid masak biasanya akan keluar bersama fases kemudian termakan oleh sapi lalu telur yg berisi embrio td akan menetas di usus sapi .setelah itu larva akan tumbuh dan berkembang.

  7. PENYAKIT YANG DI TIMBULKAN TAENIASIS Dan SISTISERKOSIS • Terdapat cacing dalam fases manusia • Sakit ulu hati • Sakit kepala • Mual • Gatal pd anus • Mencret • Lemah • Merasa lapar • Peningkatan nafsu makan • Pegal2 pd otot • Gelisah • Gatal2 d kulit • Gagguan pernafasan

  8. GEJALA KLINIS TAENASIS Gejala klinis taeniasis sangat bervariasi dan tidak patognomosnis (khas). Sebagian kasus tidak menunjukkan gejala (asimptomatik). gejala klinis dapat timbul sebagai akibat iritasi mukosa usus atau toksin yang dihasilkan cacing. Gejala tersebut antara lain rasa tidak enak pada lambung , nausea (mual), badan lemah, berat badan menurun, nafsu makan menurun, sakit kepala, konstipasi (sukar buang air besar), pusing, diare, dan pruiritus ani (gatal pada lubang pelepasan). Pada pemeriksaan darah tepi (hitung jenis) terjadi peningkatan eosinofil (eosinofilia) Gejala klinis taeniasis solium hampir tidak dapat dibedakan dari gejala klinis taeniasis saginata. Secara psikologis penderita dapat merasa cemas karena adanya segmen/ proglotid pada tinja dan pada Taenia saginata segmen dapat lepas dan bergerak menuju sphincter anal yang merupakan gerakan spontan dari segmen. Segmen/Proglotid ini dikenal dengan istilah ampas nangka (bali), banasan (toraja), dan manisan (Sumatera Utara).

  9. DIAGNOSA TAENIASIS • a) Menanyakan riwayat penyakit (anamnesis): Didalam anamnesis perlu ditanyakan antara lain apakak penderita pernah mengeluarkan proglotid (segmen) dari cacing pita baik pada waktu buang air besar maupun secara spontan. bila memungkinkan sambil memperhatikan contoh potongan cacing yang diawetkan dalam botol transparan. • b) Pemeriksaan tinja Tinja :yang dipeeriksa adalah tinja sewaktu berasal dari defekasi spontan. Sebaiknya diperiksa dalam keadaan segar. Bila tidak memungkinkan untuk diperiksa segera , tinja tersebut diberi formalin 5 – 10 % atau spiritus sebagai pengawet. Wadah pengiriman tinja terbuat dari kaca atau bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastik Kalau konsistensi padat dos karton berlapiskan parafin juga boleh dipakai.

  10. Pemeriksaan tinja secara mikroskopis : dilakukan antara lain dengan metode langsung (secara natif), bahan pengencer yang dipakai NaCL 0,9 % atau lugol. Dari satu spesimen tinja dapat digunakan menjadi 4 sediaan.Bilamana ditemukan telur cacing Taenia SP, maka pemeriksaan menunjukkan hasil positif taeniasis Pada pemeriksaan tinja secara makroskopis dapat juga ditemukan proglotid jika keluar. • Pemeriksaan dengan metode langsung ini kurang sensitif dan speifik , terutama telur yang tidak selalu ada dalam tinja dan secara morfologi sulit diidentifikasi metode pemeriksaan lain yang lebih sensitif dan spesitik misalnya teknis sedimentasi eter, anal swab, dan coproantigen (paling sensitif dan spesifik). • Dinyatakan penderita taeniasis, taeniasis, apabila ditemukan telur cacing Taenia sp pada pemeriksaan tinja secara mikroskapis dan/atau adanya riwayat mengeluarkan progloid atau ditemukan prohlotid pada pemeriksaan tinja secara makroskopis dengan atau tanpa disertai gejala klinis

  11. CARA PENGOBATAN Pengobatan taeniasis Penderita Taeniasis diobati ( secara massal ) dengan Praziquantel , Dosis 100 mg / kg , dosis tunggal. Cara pemberian obat praziquantel adalah sebagai berikut: a) Satu hari sebelum pemberian obat cacing, penderita dianjurkan untuk makan makanan yang lunak tanpa minyak dan serat. b) Malam harinya setelah makan malam penderita menjalani puasa c) Keesok harinya dalam keadaan perut kosong penderita diberi obat cacing. Dua sampai dua setengah jam kemudian diberikan garam Inggris ( MgS O4 ), 30 gram untuk dewasa dan 15 gram atau 7,5 gram untuk anak anak, sesuai dengan umur, yang dilarutkan dalam sirop ( pemberian sekaligus ). Penderita tidak boleh makan sampai buang air besar yang pertama. Setelah buang air besar , penderita diberi makan bubur, d) Sebagian kecil tinja dari buang air besar pertama dikumpulkan dalam botol yang berisi formalin 5-10 % untuk pemeriksaan telur Taenia sp . Tinja dari buang air besar pertama dan berikutnya selama 24 jam ditampung dalam baskom plastik dan disiram dengan air panas/ mendidih supaya cacingnya relaks. Kemudian diayak dan disaring untuk mendapatkan proglotid dan skoleks Taenia sp. e) Proglotid dan skoleks dikumpulkan dan disimpan dalam botol yang berisi alkohol 70 % untuk pemeriksaan morfologi yang sangat penting dalam identifikasi spesies cacing pita tersebut f) Pengobatan taeniasis dinyatakan berhasil bila skoleks taenia sp. Dapat ditemukan utuh bersama proglotid

  12. TAENIA SOLIUM Taenia solium (cacing pita babi) adalah cacing pita pipih seperti taenia saginata yang berwarna putih. Meskipun secara morfologis sangat mirip dengan T. saginata, T. solium sedikit lebih pendek dan memiliki skoleks (organ lampiran) yang berbeda. Skoleks T. solium memiliki 4 pengisap besar dengan dua baris pengait. Cacing pita dewasa tumbuh menjadi sekitar 6 mm lebar dan 2-7 m panjangnya, dengan sekitar 800 segmen yang disebut proglotida. Saat cacing pita tumbuh di usus, proglotida matang yang disebut proglotida gravid akan dilepas keluar tubuh manusia. Setiap proglotida gravid berisi organ reproduksi jantan dan betina dan 30-40 ribu rumah telur berisi embrio. T. solium memiliki pola penularan yang sangat mirip dengan T. saginata. Manusia adalah inang definitif dengan babi sebagai hospes perantara. Infeksi pada manusia dimulai dengan mengkonsumsi daging babi mentah atau kurang matang yang terinfeksi.

  13. MORFOLOGI • Berukuran panjang 2-4 meter .bisa hingga 8 meter. • Bentuknya seperti Taenia saginata. • Terdiri dari skoleks ,leher dan strobilla yg terdiri dari 800-1000 ruas proglotid • Memiliki 4 buah batil hisap dgn rostelum yg mengandung 2 baris berkait kait masing masing sebanyak 25-30 buah • Terdiri dari rangkaian progtolid yg belum dewasa (immature)dan dewasa (mature)yg mengandung telur(gravid) • Jumlah folikel testisnya lebih sedikit daripada taenia saginata yaitu 150-200 buah. • Terdapat gravid 30.000-50.000 pada ruas ruas progtolid

  14. KLASIFIKASI Taenia solium Kingdom : Animalia Phylum : Platyhelminthes Class : Cestoda Ordo : Cyclophyllidea Family : Taeniidae Genus : Taenia Species :Taenia SOLIUM

  15. SIKLUS HIDUP • Telur keluar melalui celah robekan proglotid • Telur tsb bila termakan oleh babi maka telur masuk ke dalam usus babi lalu di cerna dan embrio heksakan keluar dari telur dan menembus dinding usus dan masuk kesaluran getah bening/darah • Embrio heksakan kemudian ikut aliran darah dan menyangkut di jaringan otot babi • Embrio heksakan berubah menjadi acing gelembung(sistiserkus) babi. • Banyak di temukan pada otot lidah ,punggung dan pundak babi. • Hospes perantara lainnya selain babi adalah monyet,unta ,anjing babi hutan,domba ,dan kucing. • Bila manusia memakan daging babi ygbelum matang(stgah matang)yg mngandung sistiserkus.maka cacing gelembung akan masuk ke dalam usus manusia .dinding kista di cerna,skoleks mengalami evaginasi lalu melekat pada dindng usus halus.dalam waktu 3 bulan cacing tsb berubah menjadi dewasa

  16. CARA PENGOBATAN Pengobatan sistiserkosis a) Praziquantel dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, dosis tunggal /dibagi 3 dosis per oral selama 15 hari, atau b) Albendazole 15 mg/kg BB/hari, dosis tunggal dibagi 3 dosis per oral selama 7 hari Untuk pengobatan dengan praziquantel maupun albendazole,reaksi dari tubuh dapat dikurangidengan memberikan kortikosteroid (prednison 1mg/kg BB/hari dosis tunggal/dibagi 3 dosis atau dexamethasone dengan dosis yang setara dengan prednison). Pemberian praziquantel maupun albendasole harus dibawah pengawasan petugas kesehatan atau dilakukan dirumah sakit. 3. Penderita /tersangka neurosistiserkosis dirujuk ke rumah sakit Pengobatan penderita neurosistiserkosis rumah sakit adalah sebagai berikut : a) Preziquantael dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, dosis tunggal dibagi 3 dosis, diberikan per oral selama 15 hari, atau b) Albendazole 15 mg/kg BB/hari, dosis tunggal/dibagi 3 dosis, per oral selama 30 hari. Untuk mengurangi reaksi dari tubuh diberikan dexamethasone (atau prednison dengan dosis yang setara dengan dexamethasone) selama 45 hari , diturunkan bertahap : 1) 15 hari pertama diberikan 3x5 mg/hari, per 0ral 2) 15 hari kedua diberikan 2x5 mg/hari, per 0ral 3) 15 hari ketiga diberikan 1x5 mg/hari, per oral

  17. GEJALA KLINIS SISTISERKOSIS Gejala klinis yang timbul tergantung dan letak jumlah, umur, dan lokasi dari kista. Sebagian besar penderita tidak menunjukkan gejala atau dapat ditemukan adanya nodul subkutan. Sistiserkosis serebri sering menimbulkan gejala epilepsi atau gejala tekanan intrakranial meninggi dengan sakit kepala dan muntah yang menyerupai gejala tumor otak. Pada kasus yang berlangsung lama dapat dijumpai bintik kallsifikasi dalam otak.

  18. DIAGNOSIS SISTISERKOSIS Anamnesis : 1. Berasal dari /berdomisili didaerah endemis taeniasis / Sistiserkosis 2. Gejala taeniasis ( ± ) 3. Riwayat mengeluarkan proglotid ( ± ) 4. Benjolan (“ nodul subkutan” ) pada salah satu atau lebih bagian tubuh ( + ) 5. Gejala pada mata dan gejala sistiserkosis lainnya ( ± ) 6. Riwayat / gejala epilepsi ( - ) 7. Gejala peninggian tekanan intra kranial ( - ) 8. Gejala neurologis lainnya (- ) b) Pemeriksaan fisik : 1. Teraba benjolan /nodul sub kutan atau intra muskular satu lebih 2. Kelainan mata ( oscular cysticercosis ) dan kelainan lainnya yang disebabkan oleh sistiserkosis ( ± ) 3. Kelainan neurologis ( - ) c) Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan tinja secara makroskopis : Proglotid ( ± ) 2. Pemeriksaan tinja secara mikroskopis : telur cacing taenia sp ( ± ) 3. Pemeriksaan serologis : sistiserkosis ( + ) 4. Pemeriksaan biopsi pada nodul subkutan gambaran menunjukkan patologi anatomi yang khas untuk sistiserkosis (+)

  19. Usaha untuk menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati penderita taenasis 2. Pemakaian jamban keluarga ,sehingga tinja manusia tidak dimakan oleh babi dan tidak mencemari tanah atau rumput. 3. Pemelihara sapi atau babi pada tempat yang tidak tercemar atau sapi dikandangkan sehingga tidak dapat berkeliaran 4. Pemeriksaan daging oleh dokter hewan/mantri hewan di RPH, sehingga daging yang mengandung kista tidak sampai dikonsumsi masyarakat (kerjasama lintas sektor dengan dinas Peternakan) 5. Daging yang mengandung kista tidak boleh dimakan. Masyarakat diberi gambaran tentang bentuk kista tersebut dalam daging, hal ini penting dalam daerah yang banyak memotong babi untuk upacara-upacara adat seperti di Sumatera Utara, Bali dan Irian jaya. 6. Menghilanglkan kebiasaan maka makanan yang mengandung daging setengah matang atau mentah. 7. Memasak daging sampai matang ( diatas 57 º C dalam waktu cukup lama ) atau membekukan dibawah 10º selama 5 hari . Pendekatan ini ada yang dapat diterima ,tetapi dapat pula tidak berjalan , karena perubahan yang bertentangan dengan adat istiadat setempat akan mengalami hambatan. Untuk itu kebijaksanaan yang diambil dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah tersebut.

More Related