E N D
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) Mata Kuliah: Dasar- Dasar Logika DOSEN PENGAMPU: Dr (C). DIANA MAYASARI, S.Kom., M.T.,M.Si MAKALAH PENALARAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF Disusun Oleh: FAHMI FAHIMATUL HUDA NIM : 21.011.104 JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI (STIA) BANDUNG TAHUN 2021 1
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yg maha esa sebab berkat dan karunianya yg sudah memberikan nikmat serta hidayahnya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sebagai akibatnya penulis dapat menuntaskan makalah mata kuliah “Dasar-dasar logika” dengan judul ” Penalaran Induktif dan Deduktif ”. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,sang sebab itu penulis sangat mengharapakan kritik serta saran yg membentuk dan semoga menggunakan selesainya makalah ini bisa berguna bagi pembaca dan sahabat – sahabat. Demikian makalah ini penulis susun, jika terdapat istilah- istilah yg kurang berkenan serta banyak terdapat kekurangan ,penulis mohon maaf yang sebesar besarnya. Garut, 25 Januari 2022 Penyusun 2
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 2 BAB 1 ...................................................................................................................................... 4 PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 4 1.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 4 1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4 1.3Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 5 BAB 2 ...................................................................................................................................... 6 PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6 2.1. Pengertian Penalaran ..................................................................................................... 6 2.2. Penalaran Deduktif ......................................................................................................... 7 2.3. Penalaran Induktif...........................................................................................................12 2.4.Kesalahan Bernalar ...................................................................................................... 14 BAB 3 .................................................................................................................................... 15 PENUTUP .............................................................................................................................. 15 3.1. Kesimpulan............................................................................................................... 16 3.2. Saran........................................................................................................................ 16 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 17 3
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencarian pengetahuan yg sahih harus berlangsung menurut mekanisme atau kaedah hukum, yaitu sesuai akal. Sedangkan software dari akal bisa dianggap dengan penalaran serta pengetahuan yang benar dapat diklaim dengan pengetahuan ilmiah. buat memperoleh pengetahuan ilmiah bisa dipergunakan 2 jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Penalaran deduktif ialah mekanisme yg berpangkal di suatu peristiwa awam, yg kebenarannya sudah diketahui atau diyakini, dan berakhir di suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih spesifik. Metode ini diawali asal pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen serta operasionalisasi. menggunakan istilah lain, buat memahami suatu tanda-tanda terlebih dahulu harus mempunyai konsep dan teori ihwal tanda-tanda tersebut serta selanjutnya dilakukan penelitian pada lapangan. dengan demikian konteks penalaran deduktif tadi, konsep serta teori adalah istilah kunci untuk memahami suatu tanda-tanda. Penalaran induktif ialah prosedur yang berpangkal berasal peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik serta berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yg bersifat awam. pada hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan berasal penalaran deduktif. menggunakan demikian, buat menerima pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara beserta-sama serta saling mengisi, serta dilaksanakan dalam suatu wujud penelitian ilmiah yang memakai metode ilmiah dan taat di aturan-hukum logika. 1.2.Rumusan Masalah a. Apakah yang dimaksud dengan penalaran induktif? b. Apakah yang dimaksud dengan penalaran deduktif? c. Apakah yang dimaksud dengan kesalahan dalam bernalar? 4
1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Mengetahui definisi Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif 1.3.2. Memahami arti Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif 1.3.3 Mampu menjelaskan Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif 1.3.4. Mengetahui kesalahan-kesalahan dalam bernalar 5
BAB 2 PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Penalaran Bahasa dan pemikiran tidak dapat dipisahkan dari hasil bernalar seseorang. Penggunaan bahasa diyakini bisa memanisfestasikan pemikiran tak berbentuk kita yang bisa tertuang dalam karya ilmiah. bisa atau tidaknya pemikiran yg tertuang dalam bahasa tergantung orang tadi. Penalaran yg baik bisa membentuk rangkaian kata-kata yang simpel pembaca pahami. Penalaran disini mampu berfikir kritis, logis, dan anjeg. korelasi pikiran dengan bahasa dikenal dengan inner speech dan external speech. Inner speech adalah suatu ujaran, yakni pikiran yg berkaitan dengan kata. kata-kata itu lenyap pada saat pikiran terbentuk, sedangkan external speech menandakan bahwa pikiran itu terwujud pada kaakata. (Dardjowidjojo 2003:284). Penalaran adalah proses berpikir yg bertolak berasal pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. dalam pengertian yg lain penalaran merupakan suatu proses berfikir buat menghubung- hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Cara penarikan kesimpulan ini diklaim dengan logika. Secara umum , akal bisa didefinisikan sebagai sarana untuk berfikir secara sahih atau sahih. yang mana didalam logika itu, menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip- prinsip tak berbentuk dalam merumuskan konklusi. berdasarkan pengamatan yang sejenis pula, maka akan terbentuk proposisi – proposisi yang homogen. berdasarkan sejumlah proposisi yg diketahui atau diklaim benar, orang akan menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.pada penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebutPremis dan yang akan terjadi kesimpulannya disebut kesimpulan. berdasarkan jenisnya, proposisi bisa dibedakan menjadi 2 jenis.Yakni proposisi empirik serta proposisi mutlak. Proposisi empirik ialah pernyataan yg dapat diverifikasi secara empirik. Sedangkan Proposisi mutlakadalah proposisi yang jelas dengan sendirinya sebagai akibatnya tidak perlu dibuktikan secara empiris. Adapun pada proses bernalar, ada dua jenis metode yg dapat dipergunakan, yaitu bernalar secara deduktif dan induktif. 6
2.2. Penalaran Deduktif Penalaran Deduktif artinya penalaran yg dimulai dari peristiwaperistiwa yg umum mengarah pada kesimpulan yang spesifik. pada dasarnya adalah penguraian atau pembuktian sebuah konklusi kedalam data-data khusus. Pola penalaran ini diterapkan pada penulisan paragraf deduktif, yaitu pada paragraf yang kesimpulannya ditulis pada awal. Bernalar secara Deduktif artinya proses penalaran buat manarik suatu konklusi dari suatu prinsip atau perilaku yg berlaku awam buat lalu ditarik kesimpulan yang spesifik. konklusi deduktif dibuat menggunakan cara deduksi. Yakni dimulai berasal hal-hal umum , menuku pada hal-hal yang spesifik atau hal-hal yg lebih rendah. model: Al-musaddadiyah ialah sebuah yayasan yang menyediakan berbagai jenjang pendidikan, mirip Sekolah Dasar, SMP, MTS, SMA, MA, Sekolah Menengah kejuruan, Perguruan Tinggi serta Pesantren. Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif bisa dilakukan secara eksklusif dan dapat juga dilakukan secara tak langsung. 1. Menarik Simpulan secara eksklusif Simpulan (konklusi) secara pribadi atau entimen, ialah suatu proses penarikan kesimpulan yg ditarik asal satu premis. misalnya: 1) semua S artinya P. (premis) Sebagian P ialah S. (simpulan) contoh: semua ikan berdarah dingin. (premis) Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan) 2) tidak satu pun S artinya P. (premis) tidak satu pun P adalah S. (simpulan) contoh: tidak seekor nyamuk pun ialah lalat. (premis) tidak seekor lalat pun artinya nyamuk (simpulan) 3) seluruh S merupakan P. (premis) tak satu pun S adalah tak-P. (simpulan) model: seluruh rudal adalah senjata berbahaya (premis) tidak satu pun rudal ialah senjata tidak berbahaya (simpulan) 4) tidak satu pun S ialah P. (premis) semua S ialah tidak-P. (simpulan) contoh: tidak seekor pun harimau artinya singa (premis) seluruh harimau artinya bukan singa (simpulan) 5) seluruh S merupakan P. (premis) tidak satu pun S ialah tidak-P. (simpulan) 7
tidak satu pun tidak-P merupakan S. (simpulan) Contoh : semua gajah merupakan berbelalai. (premis) tidak satu pun gajah merupakan takberbelalai. (simpulan) tidak satu pun yg tidak berbelalai artinya gajah. (simpulan) 2. Menarik Simpulan secara tidak eksklusif Penarikan simpulan secara tidak pribadi atau silogisme,ialah suatu proses penarikan kesimpulan yg memerlukan dua data menjadi data utamanya. asal 2 data ini, akan didapatkan sebuah simpulan. Premis yang pertama artinya premis yg bersifat awam serta premis yg kedua ialah premis yg bersifat khusus. buat menarik simpulan secara tidak langsung ini, kita memerlukan suatu premis (pernyataan dasar) yg bersifat awam (PU) serta premis yang ke 2 bersifat spesifik (PK). menjadi umpama: PU : Setiap manusia akan meninggal PK : Pak ujang merupakan manusia K : Pak ujang akan tewas Hal-hal penting yg harus diperhatikan pada penyusunan suatu silogisme artinya sebagai berikut: 1. Silogisme terdiri dari tiga pernyataan. 2. Pernyataan (premis) pertama diklaim premis umum . 3. Pernyataan (premis) ke 2 disebut premis khusus 4. Pernyataan ketiga disebut kesimpulan. 5. jika keliru satu premisnya negatif, maka kesimpuulannya pasti negatif. 6. 2 premis negatif tidak bisa membentuk konklusi. 7. dari 2 premis spesifik tidak dapat ditarik konklusi. Pola penarikan konklusi tidak eksklusif atau silogisme, bisa dikelompokan kedalam beberapa jenis: a. Silogisme Kategorial Yang dimaksud menggunakan silogisme kategorial adalah, silogisme yang terjadi dari tiga proposisi (pernyataan). dua proposisi merupakan premis serta satu proposisi, artinya simpulan. Premis yang bersifat awam, disebut premis mayor. dan premis yg bersifat spesifik disebut premis minor. pada simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek 8
simpulan diklaim term minor dan predikat simpulan dianggap term mayor. Contoh: PU : semua manusia bijaksana. PK : seluruh polisi merupakan bijaksana. K : Jadi, seluruh polisi bijaksana. buat membuat simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara premis mayor serta premis minor. Term penengah ialah silogisme diatas merupakan insan. Term penengah hanya ada di premis, tidak terdapat di simpulan. kalau term penengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil. contoh: PU : seluruh insan tidak bijaksana. PK : semua simpanse bukan manusia. K : Jadi, (tidak terdapat konklusi). aturan awam mengenai silogisme kategorial merupakan sebsgai berikut: a) Silogisme harus terdiri atas tiga term. Yaitu term mayor, term minor serta term penengah. contoh: PU : semua atlet harus giat berlatih. PK : Xantipe ialah seseorang atlet. K : Xantipe wajib ulet berlatih. Term mayor = Xantipe. Term minor = wajib giat berlatih. Term penengah = atlet. jikalau lebih dari 3 term, simpulan akan sebagai keliru. contoh: Gambar itu menempel pada dinding. Dinding itu melekat pada tiang. pada premis ini terdapat empat term, yaitu gambar yang menempel di dinding dan dinding melekat ditiang. oleh karena itu, disini tidak bisa ditarik konklusi. 9
b) Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor serta simpulan. c) 2 premis yang negatif tidak bisa menghasilkan simpulan. Contoh: semua semut bukan ulat. tidak seekor ulat pun artinya insan. d) Bila galat satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif. contoh: PU :tak seekor gajah pun merupakan singa. PK : seluruh gajah berbelalai. K : Jadi, tidak seekor singa pun berbelalai. e) berasal premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif. contoh: PU : seluruh mahasiswa merupakan lulusan SMA PK : Ujang adalah mahasiswa K : Ujang ialah lulusan SMA f) dari 2 premis yg khusus, tak dapat ditarik satu simpulan. contoh: PU : Sebagian orang amanah artinya petani. PK : Sebagian pegawai negeri adalah orang amanah. K : Jadi, . . . (tidak terdapat simpulan) g) Bila galat satu premis khusus, simpulan akan bersifat spesifik. contoh: PU : semua mahasiswa ialah lulusan SLTA. PK : Sebagian pemuda merupakan mahasiswa. K : Jadi, sebagian pemuda adalah lulusan SLTA. h) dari premis mayor yg khusus dan premis minor yang negatif tidak bisa ditarik satu simpulan. contoh: PU : Beberapa manusia adalah bijaksana. PK : tidak seekor hewan pun artinya manusia. 10
K : Jadi, . . . (tidak ada simpulan) b. Silogisme Hipotesis Silogisme hipotesis artinya silogisme yg terdiri atas pernyataan umum , pernyataan spesifik, dan kesimpulan. akan tetapi, premis umumnya bersifat pengandaian. Hal ini ditandai adanya penggunaan konjungsi Jika dalam pernyataannya. menggunakan demikian, pernyataan umumnya dibuat oleh 2 bagian. Bagian pertama disebut anteseden dan bagian keduanya dianggap konsekuensi. ad interim itu, pernyataan khususnya menyatakan fenomena yang terjadi, yang kemungkinannya hanya 2: sesuai atau tidak sinkron menggunakan yg diandaikannya itu. contoh PU : Jika saya lulus ujian, aku akan melanjutkan kuliah ke (anteseden) (konsekuensi) perguruan tinggi. c. Silogisme Alterntif Silogisme ini memakai pernyataan umum yg memiliki 2 alternatif. Bila alternative satu itu sahih menurut pernyaataan khususnya, alternatif yang lain itu salah . contoh: PU : Lampu temple ini akan tewas bila minyaknya habis atau sumbunya pendek. PK : Lampu ini mangkat , tetapi minyaknya tak habis. K : Lampu ini mangkat sebab sumbunya pendek. d. Entimen Sebenarnya silogisme ini jarang ditemukan pada kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun dalam verbal. akan tetapi, ada bentuk silogisme yg tidak mempunyai premis mayor sebab premis mayor itu sudah diketahui secara awam. yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan. contoh: PU : seluruh sarjana merupakan orang cerdas. PK : Ali merupakan seorang sarjana. K : Jadi, Ali adalah orang cerdas. dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu “Ali merupakan orang cerdas sebabdia artinya seorang sarjana” Beberapa contoh entimen: 11
beliau menerima pemberian pertama sebab beliau telah menang dalam sayembara itu. dengan demikian, silogisme bisa dijadikan entimen. kebalikannya, sebuah entimen jua dapat diubah menjadi silogisme. 2.3. Penalaran Induktif Penalaran induktif dilakukan terhadap fakta-fakta khusus untuk kemudian dirumuskan sebuah kesimpulan. Kesimpulan ini mencakup semua fakta yang khusus. Contoh : Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering sakit. Setiap bulan ia pergi ke dokter memeriksakan sakitnya. Harta peninggalan suaminya semakin menipis untuk membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk biaya hidup sehari-hari bersama tiga orang anaknya yang masih sekolah. Anaknya yang tertua dan adiknya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan yang nomor tiga masih duduk di bangku SMA. Sungguh (kata kunci) berat beban hidupnya. (Ide pokok) Seperti halnya penalaran duduktif, cara bernalar induktif juga terbagi kedalam beberapa macam. Yakni: 1. Generalisasi Generalisasi ialah proses penalaranyang megandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa gejala dan data, kita ragu-ragu mengatakan bahwa “Lulusan sekolah A pintar-pintar.” Hal ini dapat kita simpulkan setelah beberapa data sebagai pernyataan memberikan gambaran seperti itu. Contoh: Jika dipanaskan, besi memuai. Jika dipanaskan, tembaga memuai. Jika dipanaskan, emas memuai. Jadi, jika dipanaskan semua logam akan memuai. Benar atau tidak benarnya rumusan kesimpulan secara generalisasi, itu dapat dilihat dari hal-hal berikut.: 1) Data itu harus memadai jumlahnya. Semakin banyak data yang dipaparkan, semakin benar simpulan yang diperoleh. 2) Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan simpulan yang benar. 12
3) Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat dijadikan data. Contoh generalisasi yang tidak sahih; a) Orang garut suka rujak b) Makan daging dapat menyebabkan penyakit darah tinggi. c) Orang malas akan kehilangan banyak rejeki. 2. Analogi Analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Contoh:Nina adalah lulusan akademi A. Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Ali adalah lulusan akademi A. Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Tujuan penalaran secara analogi adalah sebagai berikut. 1) Analogi dilakukan untuk meramalkan sesuatu. 2) Analogi dilakukan untuk menyingkap suatu kekeliruan. 3) Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi. 3. Hubungan Kausal Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang memiliki pola hubungan sebab akibat. Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan. Hujan turun dan jalan-jalan becek. Ia kena penyakit kanker darah dan meninggal dunia. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, terdapat tiga pola hubungan kausalitas. Yaitu sebagai berikut: a. Sebab-Akibat Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap sebuah akibat yang nyata. Kalau kita melihat sebiji buah mangga terjatuh dari batangnya, kita akan memperkirakan beberapa kemungkinan penyebabnya. Mungkin mangga itu ditimpa hujan, mungkin dihempasangin, dan mungkin pula 13
dilempari anak-anak. Pastilah salah satu kemungkinana ituyang menjadi penyebabnya. b. Akibat-Sebab Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk dicari penyebabnya. Contoh : Kemarin pak maman tidak masuk kantor. Hari inipun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat. Oleh karena itu, pasti Pak Maman sedang sakit. c. Sebab Akibat -1 Akibat -2 Suatu penyebab dapat menyebabkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikianaalah seterusnya, hingga timbul arangkaian beberapa akibat. Contoh: Mulai bualan mei 2012, harga beberapa jenis BBM direncanakan akan mengalami kenaikan. Terutama premium dan solar. Hal ini karena pemerintah ingin mengurangi subsidi dengan harapan supaya ekonomi Indonesia kembali berlangsung normal. Dikarenakan harga bahan bakar naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang pasti ikutn naik. Naiknya harga barang akan dirasakan berat oleh masyarakat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi dengan usaha menaikan pendapatan rakyat. 2.3. Kesalahan Bernalar Salah nalar (logical fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir karena keliru menafsirkan atau menarik simpulan.Kekeliruan ini dapat terjadi karena factor emosional,kecerobohan,atau ketidaktahuan (Suparno dan Yunus 2003:1.47). Secara garis besar,salah nalar dapat dikelompokkan menjadi lima,yakni generalisasi yang terlalu luas,kerancuan analogi,kekeliruan kausalitas,kesalahan relevansi, dan penyandaran terhadap prestise seseorang. Generalisasi yang terlalu luas merupakan salah nalar yang disebabkan oleh kurangnya data yang menjadi dasar generalisasi (penyimpulan). Kerancuan analogi merupakan salah nalar yang terjadi karena penggunaan analogi yang tidak tepat. Dua hal yang dibandingkan tidak memiliki kesamaan karakter yang esensial (pokok). Kesamaan yang terjadi hanya sebagian kecil. Kekeliruan kausalitas merupakan 14
salah nalar yang terjadi sebagai akibat kekeliruan menentukan gejala atau peristiwa yang menjadi sebab atau akibat. Kesalahan relevansi merupakan jenis salah nalar yang terjadi sebagai akibat jika bukti, peristiwa, atau alasan yang diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang sebuah kesimpulan. Penyandaran pada prestise seseorang tanpa memperhatikan keahlian seseorang,jenis pernyataan,serta kebenaran pernyataan yang menjadi sandaran.Bila kita akan mengutip pernyataan seseorang tentang kondisi ekonomi sebagai sebuah sandaran kesimpulan perlu memperhatikan apakah orang tersebut memang ahli ekonomi, yang dibicarakan tentang ekonomi yang berasal dari pemikiran yang telah teruji kebenarannya. Contohnya adalah : a. Broto mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan mengurusi makam leluhurnya. b. Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya. BAB 3 PENUTUP 15
3.1. Kesimpulan Dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penalaran pada prosesnya ada 2 macam, yaitu penalaran Deduktif dan penalaran Induktif.Penalaran Deduktif ialah metode berpikir yg menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu, untuk seterusnya diambil kesimpulan yg spesifik.Penalaran Induktif ialah metode yg digunakan dalam berpikir menggunakan bertolak asal bentuk penalaran deduktif. Yakni menarik suatu konklusi asal keterangan-informasi yang sifatnya spesifik, untuk lalu ditarik kesimpulan yang sifatnya umum. galat logika (logical fallacy) merupakan kekeliruan pada proses berpikir karena galat menafsirkan atau menarik simpulan.Kekeliruan ini dapat terjadi sebab factor emosional,kecerobohan,atau ketidaktahuan (Suparno serta Yunus 2003:1.47). Secara garis besar ,salah logika dapat dikelompokkan menjadi lima,yakni generalisasi yang terlalu luas,kerancuan analogi,kekeliruan kausalitas,kesalahan relevansi, serta penyandaran terhadap prestise seseorang. 3.2. Saran Menjadi seseorang mahasiswa, kita dianjurkan buat mengetahui apa yang dimaksud menggunakan penalaran. karena Jika seseorang telah tahu apa yang dimaksud dengan penalaran, baik yang sifatnya deduktif atau induktif, akan mensugesti terhadap pola pikir yang beliau kembangkan. Baik dalam menghadapi suatu dilema atau untuk menyimpilkan suatu duduk perkara. Maka proses penalaran ini harus kita ketahui, bahkan pahami menggunakan sebenar- benarnya. Supaya terhindar asal keliru bernalar mahasiswa harus banyak membaca buku sebab dari membaca isi buku secara keseluruhan dapat terhindar berasal galat menafsirkan, mengetahui sudut pandang penulis juga sangat diharapkan untuk melatih diri agar terbiasa menghasilkan karya ilmiah yang berlandaskan objektifitas atau kesesuian data dengan penalaran yang telah dilakukan seperti pengarang dalam menulis bukunya. 16
DAFTAR PUSTAKA Brotowidjojo, Mukkayat (1993) Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika Presindo. Hernowo (2001) Mengikat Makna: Kiat-kiat Ampuh untuk Melejitkan Kemampuan Membaca dan Menulis Buku. Bandung: Penerbit Kaifa Irsyat Wiyadi, Muhammad, dkk (2017) “Penalaran dan Pengembangan Paragraf”. Kusmana, Suherli (2010) Menulis karya Tulis Ilmiah. Bandung : PT RemajaRosdakarya Makalah Bahasa Indonesia. Semarang: Penerbit UNS 17