1 / 12

Pertemuan kedelapan Fenomena Masyarakat Jepang Semangat Bushido

Pertemuan kedelapan Fenomena Masyarakat Jepang Semangat Bushido. Matakuliah : <<Kebudayaan Praktis>> Tahun : <<2008-2009>>. Fenomena Masyarakat Jepang.

xue
Download Presentation

Pertemuan kedelapan Fenomena Masyarakat Jepang Semangat Bushido

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Pertemuan kedelapanFenomena Masyarakat JepangSemangat Bushido Matakuliah : <<Kebudayaan Praktis>> Tahun : <<2008-2009>>

  2. Fenomena Masyarakat Jepang Orang Jepang mempunyai rasa kebangsaan (nationalism) dan cinta tanah air (patriotism) yang diibaratkan bagai dua anak kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Kedua hal tersebut erat kaitannya dengan perasaan senasib yang dimiliki oleh suatu kumpulan masyarakat (society) pada suatu tempat. Menurut Benedict Anderson, perasaan seperti ini menjadi sesuatu yang imagined, artinya orang-orang tersebutlah yang mendifinisikan mereka sendiri sebagai warga suatu bangsa, meski tidak pernah saling mengenal, bertemu atau bahkan mendengar. Namun dalam suatu pikiran mereka hidup suatu image mengenai kesatuan bersama. Pikiran atau perasaan seperti itulah yang seringkali kemudian menimbulkanadanya pengorbanan jiwa dan raga dari anggota masyarakat tersebut bagi bangsa dan negaranya (Benedict, 2001).

  3. Fenomena Masyarakat Bangsa Jepang adalah sebuah bangsa yang homogen. Karena itu sebuah perasaan kebangsaan dapat dengan mudah tercipta. Sepanjang ribuan tahun sejarahnya, bangsa Jepang dapat tunduk di bawah suatu komando, yaitu kekaisaran Jepang. Memang, di Zaman Feodal (1200-1600) banyak terjadi kekacauan di seluruh penjuru negeri akibat perebutan kekuasaan oleh kelas prajurit. Namun, sebenarnya kedudukan Kaisar sebagai pemersatu negeri tetap tidak tergoyahkan hingga kini.

  4. Semangat Bushido Pada Zaman Meiji, pemerintahan pusat dikembalikan kepada kaisar, maka pemerintahan pun dapat mengendalikan rasa kebangsaan penduduknya. Pada zaman ini hingga berakhirnya perang dunia kedua, segenap masyarakat Jepang mempunyai hak yang sama dalam urusan bela negara. Namun, karena kebanyakan pemegang kendali pemerintahan Meiji, Taisho, dan Showa berasal dari keturunan golongan prajurit (bushi) pada Zaman Feodal, akibatnya nilai-nilai bushido pun turut diterapkan dalam semua lini kehidupan masyarakat Jepang, terutama di bidang pendidikan dan militer. Diantara nilai-nilai bushido yang diterapkan tersebut adalah sikap rela mati untuk keagungan Kaisar yang berlaku sebagai kepala pemerintahan yang sekaligus keturunan dewa tersebut.

  5. Jepang setelah perang dunia kedua • Berakhirnya perang dunia kedua dengan kekalahan Jepang yang memilukan pada tahun 1945 telah memberikan pelajaran berharga bagi pemerintahan Jepang agar semakin berlaku arif dan bijaksana baik dalam memperlakukan warga negaranya maupun dalam menjalin hubungannya dengan luar negeri. Dengan bimbingan dari pasukan pendudukan sekutu yang dipimpin oleh Amerika Serikat, bangsa Jepang mulai menata kembali kehidupannya. Pasal 9 Konstitusi Jepang 1947 menegaskan bahwa Jepang tidak lagi akan memiliki pasukan perang. Suatu langkah penting dalam turut serta menjaga perdamaian dunia. Untuk selanjutnya urusan pertahanan keamanan Jepang akan dibantu oleh Amerika Serikat sebagai negara sekutunya

  6. Jepang masa Kini Pada masa setelah perang bisa dikatakan bahwa nasionalisme bangsa Jepang lebih cenderung karena factor kepentingan ekonomi. Di lain pihak, pada masa tahun 1975-1980 an adalah masa baby boom kedua, dimana karena tingkat perekonomian penduduk rata-rata yang tinggi menyebabkan mereka tanpa kesulitan yang berarti dapat memelihara anak-anak mereka dengan baik. Anak-anak yang mendapatkan banyak kesenangan di masa kecilnya inilah yang selanjutnya hidup sebagai manusia-manusia dewasa berusia 20-25 tahunan pada masa kini. Seiring dengan krisis perekonomian yang terjadi pada paruh akhir tahun 1990, para remaja dewasa ini menjadi remaja yang pesimistis dan acuh tak acuh terhadap masa depan mereka sendiri, apalagi masa depan bangsanya.

  7. Penggalian kembali ide moralitas Bushido • Tidak dipungkiri bahwa keadaan perekonomian Jepang yang masih belum meunjukkan peningkatan yang berarti dalam satu dasawarsa terakhir ini, serta menurunnya kualitas sumber daya manusia dan berbagai kejadian social yang meresahkan di masyarakat menimbulkan persoalan besar bagi pemerintah. Berbagai agama baru terbentuk di kalangan masyarakat dengan menawarkan berbagai macam kiat untuk mencapai ketenangan spiritual bagi para pemeluknya. Namun sebagian diantaranya malah menimbulkan masalah baru dalam masyarakat, seperti: Aum Shinri-kyo yang menyebarkan gas beracun pada tahun 1990 an.

  8. Ide kembalinya semangat Bushido • Penayangan Drama-drama yang bertemakan kehidupan samurai di Zaman Feodal oleh NHK (Televisi pemerintah), dukungan terhadap pembentukan pasukan perang Jepang, penggagalan upaya pembicaraan tentang kaisar wanita, kunjungan ke Kuil Yasukuni oleh pemimpin pemerintahan adalah beberapa contoh upaya untuk mengembalikan rasa kebangsaan dan patriotisme bangsa Jepang. Terlepas dari kontroversi apakah cara-cara tersebut akan efektif atau tidak bagi perkembangan bangsa Jepang sendiri, namun perlu dicatat disini bahwa baik pemerintah maupun masyarakat Jepang sendiri bertanggung jawab atas masa depan bangsanya.

  9. Semangat Bushido • Sebetulnya bekerja keras hingga berhasil adalah cita-cita luhur dari setiap manusia. Untuk meraih hal tersebut diperlukan kerja keras dan disiplin yang tinggi. Bagi para samurai, kematian dalam rangka mewujudkan kesetiaan tertinggi pada sang tuan adalah cita-cita tertinggi. Namun, bagi manusia Jepang dewasa ini kerja keras dalam rangka mewujudkan keberhasilan itulah cita-cita tertinggi. Sesungguhnya nilai-nilai seperti ini bukan hanya dimiliki oleh Bushido, namun nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang universal; yang juga terkandung di dalam setiap kebudayaan di dunia ini.

  10. Kesimpulan • Bushido bagi pembentukan karakteristik bangsa Jepang serta untuk menumbuhkan kembali rasa kebangsaan dan cinta tanah air tidak bisa sepenuhnya dianggap ide buruk. Karena sesungguhnya setiap bangsa mempunyai ciri-ciri karakteristik yang berbeda dengan bangsa lain. Mungkin bangsa Jepang lebih cocok dengan Bushido-nya, namun bagi bangsa lain yang mempunyai karakter berbeda juga harus bisa menerima perbedaan tersebut. Yang terpenting disini adalah saling menjaga keseimbangan antara berbagai kepentingan agar tercipta suatu kehidupan yang harmoni dan damai.

  11. Sumber Benedict Anderson. Imagined Communities, Insist 2001 香山リカ『プチナショナリズム症候群-若者たちの日本主義』中公公論新社 2002 Pujo Purnomo,Antonius, M.A, Nasionalisme Bangsa Jepang dan Semangat Bushido,Universitas Ailangga, Surabaya, 2008 高原基彰『不安型ナショナリズムの時代―日韓中のネット世代が悩みあう本 当の理由』洋泉社 2006 『日本思想大系26・三河物語 葉隠』岩波書店 1976 「政府主導のナショナリズムほど危険な存在はない」中央公論2004年9月号

More Related