1 / 22

NILAI-NILAI RELIGIUS SEBAGAI SUMBER KARAKTER Oleh : Ajat Sudrajat ajat@uny.ac.id

NILAI-NILAI RELIGIUS SEBAGAI SUMBER KARAKTER Oleh : Ajat Sudrajat ajat@uny.ac.id SEMINAR NASIONAL UNY KAMPUS WATES 22 Maret 2014. AGAMA DAN NILAI-NILAI MUTLAK. Tujuan hidup yang paling mulia bagi umat manusia adalah selalu berbuat kebajikan ( Sayyid Sabiq ).

Download Presentation

NILAI-NILAI RELIGIUS SEBAGAI SUMBER KARAKTER Oleh : Ajat Sudrajat ajat@uny.ac.id

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. NILAI-NILAI RELIGIUS SEBAGAI SUMBER KARAKTER Oleh: AjatSudrajat ajat@uny.ac.id SEMINAR NASIONALUNY KAMPUS WATES 22 Maret 2014

  2. AGAMA DAN NILAI-NILAI MUTLAK Tujuanhidup yang paling muliabagiumatmanusiaadalahselaluberbuatkebajikan (SayyidSabiq). Q.S. al-Baqarah (2):148 menyatakan: “danbagitiap-tiapumatadakiblatnyasendiri, makaberlomba-lombalahdalamkebaikan…”). Manusiamemerlukannilai-nilaimutlak (ultimate) untukmenjawabpersoalankehidupannyabaikdiduniainimaupunsetelahkematiannya (Milton Yinger). Nilai-nilaimutlaktersebutmeliputihal-hal yang bersifatrelasional (baik-burukdanbenar-salah) antaramanusiadenganTuhan, manusiadenganmanusia, danmanusiadenganalam. Dalamhalrelasimanusiadenganmanusiadisebutdengan ‘etikasosial’ (Toshihiko Izutsu).

  3. TUHAN SUMBER NORMATIVITAS Dalampandangan Islam¸ Allah swt, selainmerupakanintipengalamankeagamaan, Diajugamerupakansumbernormativitas (sunnatullah), yaknisumbertata-nilaidantata-aturanbagiciptaan-Nya, sehinggaterciptaketeraturan, kenyamanan, kedamaian, ketenteraman, dankeselamatan, itulahartiIslamdalampengertiangenerik (Ismail Raji al-FaruqidanNurcholishMadjid).

  4. TUHAN SUMBER NORMATIVITAS Dalametikarasional Immanuel Kant yang coraknyaimperativeuntukmencapaikebaikanbersamaternyatatetapmensyaratkankehadiranTuhan. Adatigapostulat yang harusdipenuhi, yaitukehendakbebas, ganjaran moral, danadanyaTuhan. Tuhanditempatkansebagaidzat yang mahaadil; Tuhan yang dapatmemenuhidanmenyediakankeadilansempurnadiakhiratkelak (LiliTjahyadi, 1991: 55-56).

  5. TUHAN INTI PENGALAMAN KEAGAMAAN Pengalamankeagamaan (perjumpaandenganTuhan) adalahintidanjantung hati agama. Dalam hal ini seseorang tidak atau kurang memiliki sikap religius (bermoral) bergantungpadaseberapajauhintensitaspengalaman numinousini (Rudolf Otto); menjagadanmengawaldengan ‘niat’ yang konsisten(Islam). Fungsi terpenting agama adalah memberikan dasar yangmutlak bagi tatanan moralmasyarakat:memperkuat, mempertahankan,menjustifikasi, danmelegitimasi ketaatan terhadaptatanan moral tersebut (Peter Berger).

  6. AGAMA DAN MORALITAS BagiTalcott Parsons agama menjadi ‘referensitransendetal’, yaitumentransendensikanpengalamansehari-hari (O’Dea, 1985: 7), ataudalamistilah Kingsley Davis, agama mensucikannilai-nilaidannorma-norma yang telahterbentukdalammasyarakat (O’Dea, 1985: 26); mengawalperbuatandengan ‘niat’ secarakonsisten (Islam). PentingnyamoralitasiniditunjukanolehmisiNabi Muhammad s.a.w., yang tidak lain adalahmengawal moralitas manusia, yaitu membimbing manusia untuk terusmelakukan pendakian sehingamencapai derajat akhlak al-karimah(Muhammad al-Mishri, 2011: 3).

  7. AGAMA DAN MORALITAS Kesadaranakannilai, dalamkontekrelasionalitas (Izutsu), sesunguhnyamerupakansesuatu yang bersifatimperative (Kant) dankemudianmendapatkankepastiandenganadanyawahyu Allah swt (al-Faruqi). HadisNabi saw yang menyatakan: “tidakdisebutberimanseseorang, sehinggaiamencintaisaudaranyasepertimencintaidirinyasendiri’ merupakancontohdarilegitimasi agama atasmoralitas.

  8. AGAMA DAN MORALITAS Agama, yang secara harfiahberartitidak kacau, mengandungpengertianbahwa dalam agama terdapat seperangkat aturan (nilaidannorma) yang akan menjadikan para penganutnya hidup dalam suasana keteraturan, ketenteraman, kedamaian, dankeselamatan. Padahampirsemuamasyarakat, nilai-nilaikeagamaanini, menempatiposisisentralkarenamemberikanaturan yang paling luhurberkenaandengankehidupanpenganutnya (Nottingham, 1985: 45). Bagiseorang Muslim, agama besertanilai yang terdapatdidalamnya, bahkanmenjadipedomanbagisemuaaspekkehidupannya.

  9. TAQWA DALAM AL-QUR’AN Dalam Islam, ‘ketaqwaan’merupakannilaitunggalterpenting yang disebutdalamkitabsuci al-Qur’an (FazlurRahman). Taqwapadatingkatantertinggimenunjukkankepribadian yang benar-benarutuhdanintegral (FazlurRahman); ‘innaakramakum ‘indallaahiatqaakum’ (QS al-Hujurat (49):13).

  10. TAQWA DALAM ISLAM ‘Taqwa’secaraterminologis: ‘menjalankansemuaperintah Allah swtdanmeninggalkansemualarangannya’; dalamartigenerik yang berakardarikata ‘wqy’ (waqaya), punyaarti ‘menjagaataumelindungidiridarisegalasesuatu yang bisaberakibatburukbagidirisendiri’. Dalamkonteksini, seseorangtidakakanberbuatsesuatu yang bisamenyakitiorang lain karenaakanberakibatburukbagidirinya. ContohhadisNabi saw : “seseorangdisebut Muslim, apabila Muslim lainnyaselamatdarilisandanlidahnya”.

  11. TAQWA DALAM ISLAM Semuanilai yang terdapatdalamal-Qur’an, yang meliputiakhlakkepada Allah, kepadaRasul, akhlakpribadi, akhlakdalamkeluarga, masyarakat, danakhlakbernegara(sepertial-ikhlas, al-tawakkal, al-syukr, al-ridha, al-shidq, al-amanah, al-fathanah, al-tabligh, al-shabar, al-istiqamah, al-‘afwu, al-syaja’ah, al-‘iffah, al-haya, birrulwalidain, ikram al-ajrah, al-dhuyuf, musyawarah, ‘adldanseterusnya) adalahdalamrangkamenujupuncakpendakiankepribadian yang utuhdan integral yang disebuttaqwa.

  12. TAQWA DALAM ISLAM Puncaknya, ‘taqwa’harusmenjadi ‘pakaian’paraindividu (secaramandiri) dalammemainkanperannyasebagaikhalifatullahfilardhidenganpenuhkecendikiaan. Q.S. al-Baqarah (2): 197: “Berbekallah, dansesungguh-nyasebaik-baikbekaladalahtaqwa, danbertaqwalahkepada-Ku haiorang-orang yang berakal (ululalbab)”; Q.S. al-Maidah (5): 100: “Katakanlah: “tidaksama yang burukdengan yang baik, meskipunbanyak yang burukitumenarikhatimu, makabertaqwalahkepada Allah haiorang-orang yang berakal (ululalbab), agar kamumendapatkeberuntungan”.

  13. NILAI-NILAI RELIGIUS & KARAKTER Di antarasekianbanyakHadisNabi saw, mengenaiakhlak al-Karimah,baik yang sifatnyaumummaupun yang khusus, sekedarcontoh, antara lain: Rasulullah saw ditanya: “Perbuatanapakah yang paling banyakmemasukkanmanusiakesurga?”; beliaumenjawab: “Bertakwakepada Allah danbudipekerti yang baik” (Tirmidzi). Rasulullah saw bersabda: “OrangMu’min yang paling sempurnaimannyaadalahorang yang paling baikbudipekertinya” (Tirmidzi).

  14. NILAI-NILAI RELIGIUS & KARAKTER Nabi saw bersabda: “Sebaik-baikorangMu’minadalahorang yang paling baikakhlaknya” (HR. Abu Dawud). Nabi saw bersabda: “Tidakdisebutberimanseseorang yang tidakmencintaisaudaranyasepertimencintaidirinyasendiri”(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, danNasai). Nabi saw bersabda: “Seorang Muslim adalahapabila Muslim lainnyaselamatdariperbuatanlidahdantangannya”( HR. Bukharidan Muslim).

  15. NILAI-NILAI RELIGIUS & KARAKTER Nabi saw bersabda: “Seorang Muslim adalahorang yang apabilatetangganyaselamatdariperbuatantangannyadanlidahnya”( HR. Bukharidan Muslim). Rasulullah saw bersabda: “OrangMu’mindenganMu’min yang lain bagaikansatubangunan, satubagiandengan yang lain salingmengokohkan; sambilmemperagakandenganmenyusupkanjari-jemarinya” (Bukhari-Muslim). Rasulullah saw bersabda: “Perumpamaanorang yang beriman yang salingmencintaidansalingmenyayangisertasalingmengasihibagaikansatutubuh, apabilasatuanggotamenderitasakit, maka yang lain ikutmerasakanhinggatidakbisatidurdanmerasademam” (Bukhari-Muslim).

  16. NILAI-NILAI RELIGIUS & KARAKTER Nabi saw bersabda: “Siapasaja yang berimankepada Allah danhariakhir, jangansukamenyakititetangganya”(HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, danIbnMajah). ). Nabi saw bersabda: “Kebaikanadalahakhlakmulia”(HR. Muslim dan Ahmad).Wabisah mendatangi Rasulullah saw dan beliau bertanya: “Kamu ingin menanyakankebaikan”, lalu Rasulullah bersabda “tanyakanlah pada hatimu sendiri” (HR Ahmad dan al-Darimi). Rasulullah saw bersabda: “Hendaklah kalian berlaku jujur, sebab kejujuran itu memimpin kepada kebaikan, dan kebaikan itu memimpin ke surga; … ” (Bukhari-Muslim).

  17. NILAI-NILAI RELIGIUS & KARAKTER Nabi saw bersabda: “Pegang teguhlah enam perkara, niscaya akan memberimu jaminan masuk surga, yaitu: (1) berbicara dengan jujur bila kamu berbicara, (2) tepatilah janji bila kamu berjanji, (3) sampaikan amanat bila kamu diamanati, (4) jagalah kemaluanmu dari perbuatan zina, (5) pejamkan matamu dari perbuatan maksiat, dan (6) jagalah tanganmu dari meminta-minta” (Ahmad dan Ibn Hibban). Nabi saw menyatakan: “Tidaklahberimanseseorangapabilaiatidakdapatmemegangamanah, dantidaklahberagamaseseorangapabilatidakmemegangjanji” (Ahmad).

  18. NILAI-NILAI RELIGIUS & KARAKTER Nabi saw bersabda: “Bertuturkata yang baikadalahsadaqah” (Bukhari-Muslim). Rasulullah saw bersabda: “Tiadaduaorang Muslim yang bertemulaluberjabattangan, melainkandiampunkandosakeduanyasebelumberpisah” (Abu Daud). Nabi saw bersabda: “Seseorangbisaterpe-ngaruholeh agama dansahabatkaribnya. Olehsebabitu, perhatikanlahsalahseorangdiantarakamudengansiapadiabergaul” (Abu DauddanTirmidzi).

  19. MANUSIA Mmanusia adalah homo duplex, yaitu makhluk dengan dua motif yang berbeda dan berlawanan: hasrat nafsu hewaninya dan keharusan moralnya(Durkheim). Q.S. al-Syams (91):7-10: “Demi jiwa serta penyem-purnaan (ciptaan)nya; maka, Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketaqwaannya; sungguh beruntung orang yang mensucikan (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya”.

  20. FUNGSI AGAMA Masihada ‘gap’ dikalanganpemeluk agama, karenakeberagamaannya ‘tidakberbandinglurusdenganperilakumoralnya’?. Agama, baruditempatkanpadafungsiidentitasdansosialitas, danbelumsampaipadafungsimaknawi (Weber). Masihada ‘gap’, karena agama ‘barusampaipadatingkatkesalehanritual-individual danbelumberimplikasipadakesalehansosial. Peribadatanmestinyakontinumdenganperilakusosialnya, misal “shalatituakanmencegahseseorangdariperbuatankejidanmunkar” (QS al ‘Ankabut (29): 45).

  21. STRATEGI IMPLEMENTASI Strategiimplementasipendidikankarakter meliputi empat hal, yang disebutdenganstrategiTaRHiM (Cinta-Kasih), yaitu Teaching, Reinforcing, Habituating, danModeling. Strategiimplementasial-Ghazali:Pertama, metode pembiasaan (i’tiyad), yang meliputimujahadah (menahan diri) dan riyadhah (melatih diri). Kedua, metode pertemanan ataupergaulan. Karena kecenderungannafsuamarahyang kuatmakadiperlukan kombinasi tiga unsur, yaitu ilmu, amal, dan sabar (Abul Quasem).

  22. STRATEGI IMPLEMENTASI StrategiimplementasiIbn Miskawaih: kehidupan utama pada anak-anak memerlukan dua syarat: syarat kejiwaan dan syarat sosial. Syarat kejiwaan, denganmenumbuhkan watak cinta kepada kebaikan, yang dapat dilakukan dengan melatih dan membiasakan diri pada kebaikan. Syarat sosial, dengan cara memilihkan teman-teman yang baik, menjauhkan dari teman-temannya yang berperangai buruk.

More Related