1 / 49

PSG Dietetik (Measurement Errors and Validity)

PSG Dietetik (Measurement Errors and Validity). Triska Susila Nindya Dept Gizi Kesehatan FKM-Universitas Airalngga. Dietary Assessment Method. Food Record 24 hours food recall FFQ Dietary History Setiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan. Food Record : Strength - Weaknesses.

urian
Download Presentation

PSG Dietetik (Measurement Errors and Validity)

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PSG Dietetik (Measurement Errors and Validity) Triska Susila Nindya Dept Gizi Kesehatan FKM-Universitas Airalngga

  2. Dietary Assessment Method • Food Record • 24 hours food recall • FFQ • Dietary History Setiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan

  3. Food Record: Strength - Weaknesses

  4. 24-Hour Recalls:Strengths - Weaknesses

  5. 24-Hour Recalls:Strengths – Weaknesses Cont

  6. Food Frequency QuestionnaireStrengths - Weaknesses

  7. Dietary HistoryStrengths - Weaknesses

  8. Measurement Error pada Penilaian Dietetik • Measurement Error: semua hal yang dapat mengurangi akurasi dan reliabilitas data • Ada 2 jenis pada Penilaian Dietetik: • Random Measurement Error: mempengaruhi reproducibility • Systematic Measurement Error: mempengaruhi akurasi

  9. Strategi untuk Mengurangi Measurement Error • Non Response Bias • menyederhanakan metode penilaian dietetik • mailed atau telephone reminder/follow up • reward: medical check-up, feedback • melatih interviewer/enumerator agar mampu menciptakan suasana yang nyaman dan dapat dipercaya

  10. Strategi untuk Mengurangi Measurement Error Respondent bias: systematic over-reporting atau under-reporting • train interviewers to avoid socially desirable answers from the respondent • conduct private interviews • carry out weekend data collection

  11. Strategi untuk Mengurangi Measurement Error Respondent Memory Lapses • Supply picture chart of staple foods • Multiple-pass recall interviews • Probing questions; standard prompts • Memory aids: simulated foods; actual foods;graduated food models or photographs • Minimizing time between actual intake and its recall

  12. Strategi untuk Mengurangi Measurement Error Incorrect Estimation of Portion Size • use of measurement aids • abstract graduated food models • salted replicas of staple foods • graduated food models, drawings, or photographs • household measures : measuring cups, spoons • for meat: sausage diagram; ruler plus thickness measures - train interviewers and respondents

  13. Definisi Validitas PSG Dietetik • Validitas: mengukur apa yang memang menjadi tujuan untuk diukur: • intake saat ini atau masa lampau (selama berapa lama?) • intake makanan/zat gizi? • intake kelompok atau individu Relative validity: perbandingan antara metode “test” dengan metode “reference” validitas yang diketahui

  14. Merancang Relative Validity Studies • Subject • sama jenis kelamin, SES, ras, umur, geografis, representative pada populasi studi • Respons “Self-selected subjects” mungkin lebih akurat, mempunyai diet yang lebih baik krn lbh sadar terhadap kesehatan • penyakit dapat mempengaruhi intake • Tujuan penelitian dan time frame • sesuaikan dengan 4 level tujuan • metode “reference” harus mengukur parameter yang sama dalam time frame yg sama • Sekuens dan Jeda • Independent errors

  15. 4 Level Tujuan • Level 1: Rata-rata intake pada group/kelompok • single 24-h recall/record per orang • semua hari dalam seminggu harus terepresentasi scr keseluruhan • Besar sampel: ditentukan oleh tk presisi yg diinginkan dan within-subject variation

  16. 4 Level Tujuan • Level 2: Proporsi populasi at risk intake yg inadaquate • Repeat 24-h recall/records pada sub sample (30 – 40 per stratum) • Pengulangan dilakukan pada hari non-consecutive selama 2 hari, atau jika tdk memungkin 3 hari consecutive (berurutan)

  17. 4 Level Tujuan • Level 3 dan 4: “Usual” intake individu untuk ranking dan korelasi • multiple replicates of 24-h recall/records • Jumlah hari ditentukan untuk tujuan ranking atau korelasi, serta within-subject variation • FFQ / Dietary history

  18. Mengukur Absolute Validity: 24-hr recalls • Hanya dapat dilakukan di setting institusional atau rumah sakit dengan: • Waskat • penimbangan yang teliti • videotaping • Hasil: • Kesesuaian antara rata-rata intake energy dapat diterima, kecuali pada lansia dan anak • Kesesuaian intake zat gizi kurang konsisten

  19. Absolute validity: perbandingan antara observed intake dengan recalled intake pada remaja putri di metabolic unit RS

  20. Absolute validity: underestimation of intake pada 33 wanita selama 24 h recall di fasilitas metabolik

  21. Kombinasi metode test dan metode reference dalam relative validity

  22. Mean correlation for FFQ compared with reference methods • Mean correlation: tertinggi untuk Ca dan total fat; paling rendah untuk vitamin A dan Vegetables • Sehingga, tidak dapat diasumsikan bahwa satu FFQ dapat digunakan untuk semua zat gizi

  23. Analisis statistik validitas dan reproduksibilitas: level group/kelompok • Membandingkan (compare) means dengan paired t-test • Membandingkan (compare) medians dengan Wilcoxon’s signed rank test untuk paired data

  24. Analisis statistik validitas dan reproduksibilitas: level individu • Korelasi: Pearson’s; Spearman’s; intraclass - mengukur kuat hubungan antara 2 variabel, bukan kesesuaian antar variabel tersebut - energy-adjusted nutrient intakes • Cross-classification: digunakan untuk data ranking • Linear regression: sering digunakan dengan biomarkers • Bland-Altman method: mengukur kesesuaian range intake - berdasar mean difference (mengindikasikan jika 1 metode cenderung over atau under-estimate) - menghitung 95% CI (mean difference ± 2 SD). Disebut juga dengan limits of agreement (LOA)

  25. Analisis Bland-Altman: perbedaan mean & antara FFQ dan 7-d weighed record • Data dari metode test diplot dengan metode reference dn garis equality (at zero) • Plot menunjukkan terdapat outliers dan bias pada metode test • Hitung mean difference ± 2 SD = LOA • Pada gambar ini, mean difference TIDAK mendekati zero dan perbedaan cenderung meningkat , SEHINGGA 2 metode ini TIDAK BISA SALING MENGGANTIKAN

  26. Analisis Bland-Altman: Intake dari Repeated FFQ (n=22) r = Spearman’s correlation Interpretasi: 95% CI include 0 untuk semua zat gizi (tidak ada perbedaan) sehingga FFQ dapat digunakan sebagai metode untuk mengukur intake zat gizi tersebut - r value above 0.4 indicate good agreement

  27. Biomarkers untuk mengukur validitas • Definisi: indeks biokimia yang dapat memberikan “predictive response” terhadap komponen dietetik tertentu • Tidak bebas error TETAPI punya potensi untuk lebih valid dan tepat dibanding PSG dietetik • Pengukuran lebih objektif yang dapat merefleksikan intake • TETAPI: • biasanya lebih mahal, invasif, time consuming • hanya dapat memvalidasi 1 jenis zat gizi pada suatu waktu • tidak dapat mengidentifikasi komponen error pada perkiraan intake

  28. Mengapa menggunakan biomarker untuk mengukur validitas PSG dietetik • Proses untuk perkiraan intake zat gizi pada tingkat individu sulit dan kompleks • Mengandalkan motivasi responden dan kemampuan untuk mendeskripsikan makanan secara akurat • Ada kecenderungan untuk mengubah “kebiasaan” makan saat pemantauan dietetik • Terutama kesulitan untuk mengukur “usual intake” pada waktu lampau

  29. Kriteria untuk memilih dan mengevaluasi biomarker • Validity - biomarker mampu merefleksikan parameter dietetik - Harus punya hubungan kuat langsung dengan dietary parameter • Reproducibility - tergantung “within-subject variation” - tergantung pada stabilitas diet responden • Specificity: kemampuan biomarker untuk mengidentifikasi intake yang tinggi atau rendah • Sensitivity: kemampuan untuk merefleksikan peubahan pada parameter dietetik • Temporal relationship with dietary intake • Short term biomarkers: in serum, urine, breast milk • Medium-term: in erythrocytes • Long-term: in hair, fingernails, toenails, adipose tissue (fatty acids)

  30. Faktor yang mempengaruhi Biomarker • Biological Confounders - menyebabkan variasi biomarker yg tidak terkait dgn komponen dietary • Sampel (pengumpulan, transport, penyimpanan) - harus sesuai dgn biomarker yg dipilih • Within-subject variation: may be large for nutrients in serum

  31. Biological Confounders • Genetic background • Co-existing nutrient deficiencies • Environment: workplace, smoking • Homeostatic regulation • Effect of digestion, absorption, uptake, utilization, metabolism, excretion • Medication or drug use: HRT • Disease states: effect of infection – serum ferritin; zinc

  32. Confounding effects of sample collection, transport, and/or storage

  33. Confounding effects of sample collection, transport, and/or storage

  34. Confounding effects of sample collection, transport, and/or storage

  35. Contoh Biomarkers • Energy Intake - Total energy expenditure via doubly labeled water • Protein Intake - 24-h urinary excretion with PABA untuk mengkonfirmasi kelengkapan of pengumpulan urine • Sodium intake - urinary sodium: high within subject variation, sehingga 15 – 24 jam pengumpulan urin diperlukan • Potasium intake: 77% K excreted in urine - under-reporters: ratio < 1 for dietary K x 0.77/urine K - Biomarker of diet rich in fruit and vegetables • Iodine excretion: 90% excreted in urine

  36. Linier Regresi antara linoleic acid pada diet dengan konsentrasi pada adipose tissue • Adipose linoleic acid (essential n-6 PUFA) adalah biomarker yang baik terhadap level intake dlm diet • Linoleic acid pada diet dapat diprediksikan dari komposisi linoleic acid pada adipose tissue

  37. Comparing energy expenditure dan reported energy intake • BMR sbg biomarker untuk intake energi • Goldberg cutoff method: membandingkan antara intake energi yg dilaporkan (EIrep) dgn FAO/WHO/UNU recommended dietary intake for a sedentary life style (BMRest) • Intake di bawah level menandakan hasil reported energy intake tidak sesuai dgn habitual intake • Hitung Eirep dibanding BMRest • Bandingkan dengan tabel predicted cutoff for assessing reported energy intake • A plausible energy intake derived from recall/record ≥ BMRest x predicted cutoff value

  38. Cara Menghitung BMRest

  39. Predicted cutoff for assessing reported energy intake

  40. Contoh Soal • Seorang mahasiswi dengan umur 20 tahun mempunyai berat badan 49 kg dengan tinggi 155 cm telah di-recall selama 24 jam. Diketahui bahwa Intake energi yang dilaporkan dari hasil recall tsb sebesar 1040 Kcal Pertanyaan: • Apakah intake energi mahasiswi tersebut telah menggambarkan aktual intake? • Saran apakah yang dpt anda berikan jika hasil recall tsb tidak menggambarkan intake energi aktual?

  41. Any Question? • Comments? • Feedback? If you still do not understand, do not hesitate to ASK and DISCUSS, Please..

  42. References • FahmidaU, Dillon DHS. 2007. Handbook Nutritional Assessment. SEAMEO-TROPMED RCCN, Jakarta • Gibson, RS. 2005. Principles of Nutrition Assessment 2nd edition. Oxford University Press • Gibson, RS. 2011. Handout Validity. Regional Training on Nutritional Status Assessment SEAMEO RECFON University of Indonesia.

More Related