1 / 27

حب الوطن من الإيمان Irfan Abu Naveed

Kajian Kritik. حب الوطن من الإيمان Irfan Abu Naveed. Dari Ibn ‘Abbas r.a. (d alam riwayat no . 4023), bahwa Rasulullaah SAW bersabda :

tayte
Download Presentation

حب الوطن من الإيمان Irfan Abu Naveed

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KajianKritik حب الوطن من الإيمان Irfan Abu Naveed

  2. Dari Ibn ‘Abbas r.a. (dalamriwayatno. 4023), bahwaRasulullaah SAW bersabda: اتّقُوا الْحَديثَ عَنّي إلاّ مَا عَلِمْتُمْ فَمَنْ كَذَبَ عَلَىّ مُتَعَمّداً فَلْيَتَبَوّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النّارِ، وَمَنْ قالَ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النّارِ “Janganlah kalian mengatakansuatuhaditsdariku, kecualiapa yang akuajarkanpada kalian, karenabarangsiapaberdustaatasnamakudengansengajamakabersiap-siaplah mengambil tempatnya di nerakadanbarangsiapaberbicaratentang Al-Qur’an berdasarkanra’yunya (pemikirannyasendiri-pen.), makabersiap-siaplah mengambil tempatnya di neraka.”(HR. Ibn ‘Abbas. Haditshasan) Imam Abu al-A’la al-Mubarakfuri mengatakan: “Hadits hasan, dan Imam Ahmad pun meriwayatkan hadits ini melalui jalur lainnya.”

  3. Imam Abu al-A’la al-Mubarakfuri –penyusun kitab Tuhfatul Ahwadzi- menjelaskan: قوله: "اتقوا الحديث" أي أحذروا روايته "عني" والمعنى لا تحدثوا عني "إلا ما علمتم" أي أنه من حديثي “SabdaNabi SAW: Perhatikanlah al-hadits”yakniperhatikanlahperiwayatannya“dariku”danmaknanyaadalahjanganlah kalian mengatakandariku“kecualiapa yang akuajarkanpada kalian”yaknidiketahuibahwahaditstersebutmemangdariku (Nabi SAW).”

  4. PENILAIAN PARA PAKAR Imam al-ShaghaniyDalamkitabMawdhuu’aatmenyatakan: الأحاديث المنسوبة إلى محمد بن سرور البلخي كلها موضوعة. وأحاديث شهر بن حوشب كذلك والله أعلم. ومنها قولهم: (حب الوطن من الإيمان). “Hadits-hadits yang dinisbahkanpada Muhammad bin Surur al-Bulkhiysemuanyaadalahhaditspalsu, begitu pula hadits-hadits yang diriwayatkanSyahr bin Hawsyab, wallaahua’lam.Diantaranyapernyataan: “Cintatanah air adalahsebagiandarikeimanan.” Lihat: Mawdhuu’aatal-Shaghaaniy,karya Imam al-Raadhiy al-Shaghaaniy.

  5. Imam al-Suyuthiymenyatakan: حديث حب الوطن من الإيمان. لم أقف عليه. Lihat: al-Durar al-Muntatsirahfii al-Ahaadiitsal-Musytaharahkarya Imam al-Suyuthiy& TadzkiratulMawdhuu’aatkaryaal-Fataniy.

  6. الجد الحثيث في بيان ما ليس بحديث (دار الراية: الرياض - الطبعة الأولى ١٤١٢ هـ - ١٩٩١م)للعلامة الشيخ أحمد بن عبد الكريم العامري الغزي: حب الوطن من الإيمان (ليس بحديث) “BukanhaditsNabi Muhammad SAW”

  7. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albaniymengungkapkan: موضوع. كما قال الصغاني ( ص 7 ) و غيره. و معناه غير مستقيم إذ إن حب الوطن كحب النفس و المال و نحوه، كل ذلك غريزي في الإنسان لا يمدح بحبه و لا هو من لوازم الإيمان ، ألا ترى أن الناس كلهم مشتركون في هذا الحب لا فرق في ذلك بين مؤمنهم و كافرهم؟ “Haditspalsu, sebagaimanadinyatakan Imam al-Shaghaaniy (hlm. 7) danparaulamalainnya. Dan maknanyatidakbenarkarenacintatanah air seperticintadiri, cintahartadan yang semisalnya, semuajeniscintainibersifatnaluriyyahbelaka, tidakadapujian (dari Allah danRasul-Nya) terhadap rasa cintainidantidaktermasukkonsekuensikeimanan. Bukankahengkaumelihat orang-orang bisaberserikatdalamjeniscintainitidakadaperbedaanantara orang-orang yang mengakuberimandan orang-orang kafir di antaramereka?” Silsilahal-Ahaadiitsadh-Dha’iifah (1/110), Muhammad Nashiruddin al-Albaniy.

  8. BAGIAN DARI IMAN? Ketika “Cintah tanah air” diklaim sebagai bagian dari keimanan, maknanya sama seperti hadits shahih: الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ “Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang, dan malu adalah bagian dari iman.” (HR. Al-Bukhari) Padahal hal tersebut tidak boleh ditetapkan kecuali berdasarkan hujjah syar’iyyah. Maka penetapan cabang keimanan dengan hadits palsu jelas tertolak dan wajib ditolak. ِ

  9. SyaikhAl-Azhariasy-Syafi’imenegaskanbahwahadits “hubbulwathonminaliman” adalahmaudhu` (palsu). (TahdzirulMuslimin min al-Ahaditsal-Maudhu’ah‘AlaSayyidal-Mursalin, SyaikhMuhammad bin al-Basyir bin Zhafir al-Azhariasy-Syafi’i (w. 1328 H) (Beirut : DarulKutub al-Ilmiyah, 1999)) • Imam As-Sakhawi(w. 902 H) menegaskan kepalsuannyadalamkitabnyaAl-Maqashidal-Hasanah fi BayaniKatsirin min al-Ahadits al-Musytaharah ‘alaAlsinah, halaman 115.

  10. Penilaianpalsunyahaditstersebutjugadapatdirujukpadareferensi-referensi (al-maraji’) lainnyasebagaiberikut : • KasyfulAl-Khafa` waMuziilu al-Ilbas, karya Imam Al-‘Ajluni (w. 1162 H), Juz I hal. 423; • Ad-DurarAl-Muntatsirah fi al-Ahadits al-Masyhurah, karya Imam Suyuthi (w. 911 H), hal. 74; • At-Tadzkirahfi al-Ahadits al-Musytaharah, karya Imam Az-Zarkasyi (w. 794 H), hal. 11.

  11. APA ITU HADITS PALSU? Haditsmaudhu’ adalahhadits yang didustakan (al-hadits al-makdzub), atauhadits yang sengajadiciptakandandibuat-buat (al-mukhtalaq al-mashnu`) yang dinisbatkankepadaRasulullah SAW. Artinya, pembuathaditsmaudhu` sengajamembuatdanmengadakan-adakanhadits yang sebenarnyatidakada (Lihat: Syaikh al-Azhariasy-Syafi’i, TahdzirulMuslimin, hal. 35; Dr. Mahmud Thahhan, TaysirMusthalah al-Hadits, hal. 89).

  12. Kitab Taysiir Mushthalah Al-Hadiits • Syaikh Dr. Mahmud Ath-Thahhan (Ustadz di Kulliyyatul Hadiits – Universitas Islam Madinah)

  13. PENJELASAN PARA ULAMA: BERDALIL DENGAN HADITS PALSU DalamQaamuus al-‘Iqaabdijelaskan: لا يجوز اعتباره ولا الاستدلال به، فهو مصنوع مختلَق ملصَق بالنبي صلى الله عليه وسلم وليس هو مما قاله أو فعله أو أقرّه، ولا هو صفة خَلْقية أو خُلُقية له صلى الله عليه وسلم. “Tidakbolehmengambilsimpulanhukumdanberdalildengannya (hadits palsu), iadibuatsecaradustadinisbahkanpadaNabi SAW, padahaliabukantermasukucapan, perbuatanataupersetujuanNabi SAW, bukan pula termasukkarakterpenciptaanatausifatNabi SAW.”

  14. Memangadasegolonganulama yang berpendapatbolehnyamenggunakanhaditsdha’ifdalamfadhaa’il al-a’maaldannasihat (meski yang dikuatkan (rajih): haditsdha’iftidakbolehdijadikansebagaidalilapapun), namunmerekamensyaratkantigahal, salahsatunyasebagaimanadinyatakan Al-HafizhIbnHajar al-‘Asqalaniy: أن يكون الضّعف غير شديد “Tingkat kelemahanhaditstersebuttidakbolehlemahsekali.” Lihat: Al-Hadiits(lilmustawaa’ al-raabi’),Jaami’ah al-Imaam Muhammad bin Su’uud al-Islaamiyyah.

  15. Kitab Taysiir Mushthalah Al-Hadiits • Syaikh Dr. Mahmud Ath-Thahhan (Ustadz di Kulliyyatul Hadiits – Universitas Islam Madinah)

  16. Al-Hafizh Al-Imam Al-Nawawi: قال العلماء من المحدثين والفقهاء وغيرهم‏:‏ يجوز ويستحب العمل في الفضائل والترغيب والترهيب بالضعيف ما لم يكن موضوعا‏، وأما الأحكام كالحلال والحرام والبيع والنكاح والطلاق وغير ذلك فلا يُعمل فيها إلا بالحديث الصحيح أو الحسن إلا أن يكون في احتياط في شيء من ذلك، كما إذا ورد حديث ضعيف بكراهة بعض البيوع أو الأنكحة، فإن المستحب أن يتنَزّه عنه ولكن لا يجب. Al-AdzkaarAl-Nawawiyyah,Al-Hafizh al-Imamal-Nawawi. TuhfatulAbraar bi Nukt al-Adzkaar al-Nawawiyyah,Al-Imam Jalaluddin al-Suyuthiy.

  17. “(Sebagian) ulamadarigolonganahlihadits, ahlifikih, danlainnyaberkata: diperbolehkandandisukaiberamaldalamamalan-amalanfadhilah, nasihatdanperingatandenganhaditsdha’if, selamabukanhaditspalsu. Adapun hukum-hukum halal - haram, jual beli, menikah, thalaq, dan lain-lain, maka tidak diamalkan kecuali berdasarkan hadits shahih atau hasan, pengecualiannya jika hadits dha’if digunakan agar orang berhati-hati dalam hal tersebut, misalnya jika disebutkan hadits dha’if tentang apa yang dibenci dalam jual beli dan pernikahan. Dan disunnahkan untuk meninggalkannya namun tidak wajib.”

  18. Catatan Kaki dalam Kitab Al-AdzkaarAl-Nawawiyyah,Al-Hafizh al-Imamal-Nawawi.: فمن أئمة أهل العلم من لا يرون العمل بالحديث الضعيف مطلقًا كابن معين والبخاري ومسلم وابن العربي الفقيه وابن حزم وغيرهم “Dan di antara para Imam ahli ilmu yang tidak mengadopsi pendapat beramal (menggunakan) dengan hadits dha’iif secara mutlak adalah Imam Ibn Ma’in, al-Bukhari, Muslim, Ibn al-’Arabiy al-Faqiih, Ibn Hazm, dll.”

  19. Dan haditspalsuadalahseburuk-buruknyajenishaditsdha’iif.Dalamsebuahkitabkajianilmuhaditsdinyatakan: والضعيف على مراتبَ متفاوتَةٍ بحَسَب شِدَّة ضَعفِ رُواته وخِفَّته، فمنه الضعيف، والضعيف جدًّا، وقد قسّمه علماء المصطلح إلى أنواع كثيرة، وشرُّ أنواعه الموضوع. “Dan haditsdha’iifdibagikedalamsejumlahtingkatan yang berbeda-bedaberdasarkantingkatkelemahandankelalaianparaperawinya. Diantaranyadikatakanlemah (dha’iif), lemahsekali (dha’iifjiddan). Dan sungguhparaulamaahliilmuhaditstelahmembaginyakedalambanyakjenis, dan yang paling burukadalahhaditspalsu (al-mawdhuu’).” Lihat: al-Hadiits(lilmustawaa’ al-raabi’)(hlm. 40),Sub Bab. Hukm al-‘AmalbilHadiits al-Dha’iif,Jaami’ah al-Imaam Muhammad bin Su’uud al-Islaamiyyah.

  20. مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ “Barangsiapasengajaberdustaatasnamaku, makaiaakanmengambiltempatnya dari api (neraka).” (HaditsMutawatir Lafzhiy (Lafazh & Makna)) رواه بضعة وسبعون صحابيًا (تيسير مصطلح الحديث - د. محمود الطحان) Lihat: Tadriib al-RaawiyfiiSyarhTaqriib al-Nawawiy (2/177).

  21. Imam Abu al-A’la al-Mubarakfurimenjelaskan: "فليتبوأ مقعده من النار" أي ليهييء مكانه من النار قيل الأمر للتهديد والوعيد، وقيل الأمر بمعنى الخبر “Makabersiap-siaplah mengambil tempatkediamannya di neraka”yakni bersiap-siaplah menduduki tempatnyakelak di neraka. Dikatakan pula bahwalafazhperintahinibermaknaperingatankerasdankecaman, dandikatakan pula bahwamaknanyaadalahkhabar.” Referensi: Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jaami’ al-Tirmidzi , Imam Abu al-A’la al-Mubarakfuri

More Related