1 / 121

BAHAN KAJIAN MK. MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN & PENGEMBANGAN WILAYAH PENGELOLAAN LAHAN SAWAH

BAHAN KAJIAN MK. MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN & PENGEMBANGAN WILAYAH PENGELOLAAN LAHAN SAWAH. Diabstraksikan oleh : Soemarno , FEBR 2013. AGROEKOSISTEM SAWAH.

sukey
Download Presentation

BAHAN KAJIAN MK. MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN & PENGEMBANGAN WILAYAH PENGELOLAAN LAHAN SAWAH

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. BAHAN KAJIAN MK. MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN & PENGEMBANGAN WILAYAH PENGELOLAAN LAHAN SAWAH Diabstraksikanoleh: Soemarno, FEBR 2013

  2. AGROEKOSISTEM SAWAH Ekosistempadisawahterdiriatas air permukana, lapisantanaholahdan subsoil, dantanaholahygdibagimenjadidualapisan; lapisantipistanahoksidasidanlapisantanahreduksi. Lapisan-lapisantanahinidihubungkanoleh air perkolasi. Selainitu, akartanamanpaditumbuh-berkembangdanresidutganamansepertijeramisetelahpanendimasukkankedalamtanahlapisanolah. Tapakmikroinimerupakan habitat yang berbeda-bedabagimikroba, dankomunitasmikrobaygunikinimenggantungkanhidupnyapadatapak-mikrotersebut. Diunduh dari sumber: http://www.agr.nagoya-u.ac.jp/~soil/Soil_Biology_and_Chemistry-e/Researches.html …….. 28/10/2012

  3. SAWAH Sawahadalahlahanusahapertanian yang secarafisikpermukaan BIDANG OLAHNYA rata, dibatasiolehpematang, sertadapatditanamipadi, palawijaatautanamanbudidayalainnya. Biasanyasawahdigunakanuntukbercocoktanampadi. Untukkeperluanini, sawahharusmampumenyanggagenangan air karenapadimemerlukanpenggenanganpadaperiodetertentudalampertumbuhannya. Untukmengairisawahdigunakansistemirigasidarimata air, sungaiatau air hujan. Sawahyang airnyaberasaldarihujandikenalsebagaisawahtadahhujan, sementara yang lainnyaadalahsawahirigasi. Padi yang ditanamdisawahdikenalsebagaipadilahanbasah (lowland rice).

  4. EKOSISTEM SWAH Dalamusahabudidayapadiharusdiketahuifaktor-faktor yang mempengaruhipertumbuhantanamansecaraekologi, baikfaktorbiotikdanabiotikdilingkungantumbuhtanamantersebut. Pertanamanpadisawahadalahmonokultur, selainituterdapatbeberapa flora dan fauna disekitarpertanaman yang akanmempengaruhipertumbuhantanamanpadi. Organismeyang adadisekitartanamanpadiadalahmikrofaunadalamtanah, mesofauna, makrofaunadanvegetasi (gulma) yang adadisekitarpersawahan.

  5. BUDIDAYA PADI SAWAH Sawah merupakan suatu sistem budidaya  tanaman yang khas dilihat dari sudut kekhususan pertanaman yaitu padi,  penyiapan tanah, pengelolaan air dan dampaknya atas lingkungan. Lahan sawah perlu diperhatikan  secara khusus dalam penatagunaan lahan. Meskipun di lahan sawah dapat diadakan pergiliran berbagai tanaman, namun pertanaman pokok selalu padi. Jadi, kajian tentang sawah tentu berkaitan dengan produksi padi dan beras. PADI SAWAH Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi. Tanaman yang sehatialahtanaman yang tidakterserangolehhamadanpenyakit, tidakmengalamidefisiensihara, baikunsurhara yang diperlukandalamjumlahbesarmaupundalamjumlahkecil. Sedangkantanamansuburialahtanaman yang pertumbuhan clan perkembangannyatidakterhambat, entaholehkondisibijiataukondisilingkungan.

  6. InteraksiantarasistemsosialdenganagroekosistemsetelahterjadinyarevolusiindustriInteraksiantarasistemsosialdenganagroekosistemsetelahterjadinyarevolusiindustri Setelahrevolusiindustri, pertanianmengalamiperubahandnegandigunakannyamesin-mesinuntukmenggantikantenagakerjamanusiadanhewanuntukmengolahtanahdanpanentanaman. Starting with mechanization, the chain of effects can be traced. Machines gave farmers the ability to cultivate larger areas of land. Farm sizes increased dramatically because mechanized agriculture is more efficient on a larger scale (economy of scale). These initial changes in the social system and the ecosystem set in motion a series of changes through interconnected positive feedback loops in the ecosystem and social system Diunduh dari Sumber: http://gerrymarten.com/human-ecology/chapter07.html…..30/10/2012

  7. KoevolusidanKo-adaptasiSistemSosialManusiadanEkosistem Interaction, coevolution and coadaptation of the human social system with the ecosystem Source: Adapted from Rambo, A and Sajise, T (1985) An Introduction to Human Ecology Research on Agricultural Systems in Southeast Asia, University of the Philippines, Los Banos, Philippines Diunduh dari Sumber: http://gerrymarten.com/human-ecology/chapter07.html…..30/10/2012

  8. BUDIDAYA PADI Budidaya padi sawah (Ing. paddy atau paddy field), diduga dimulai dari daerah lembah Sungai Yangtse di Tiongkok. Budidaya padi lahan kering, dikenal manusia lebih dahulu daripada budidaya padi sawah. Budidaya padi lahan rawa, dilakukan di beberapa tempat di Pulau Kalimantan. Budidaya gogo rancah atau disingkat gora, yang merupakan modifikasi dari budidaya lahan kering. Sistem ini sukses diterapkan di Pulau Lombok, yang hanya memiliki musim hujan singkat. Budidaya Padi Sawah Model SRI SRI adalah salah satu jawaban dari krisis pangan yang dihadapi Indonesia. Akan tetapi berbeda dengan metode penanaman padi yan lain, SRI Indonesia dipelopori oleh seorang engineer. Ternyata SRI lebih bisa dimengerti oleh mereka yang memahami engineering walaupun tidak menutup kemungkinan adanya pendekatan lain yang dapat menjelaskan fenomena SRI. Apa Itu SRI ? SRI merupakan singkatan dari System of Rice Intensification, suatu sistem pertanian yang berdasarkan pada prinsip Process Intensification (PI) dan Production on Demand (POD). SRI mengandalkan optimasi untuk mencapai delapan tujuan PI, yaitu cheaper process (proses lebih murah), smaller equipment (bahan lebih sedikit), safer process (proses yang lebih aman), less energy consumption (konsumsi energi/tenaga yang lebih sedikit), shorter time to market (waktu antara produksi dan pemasaran yang lebih singkat), less waste or byproduct (sisa produksi yang lebih sedikit), more productivity (produktifitas lebih besar), and better image (memberi kesan lebih baik).

  9. Teknologi budidaya Bercocok tanam padi mencakup persemaian, pemindahan atau penanaman, pemeliharaan (termasuk pengairan, penyiangan, perlindungan tanaman, serta pemupukan), dan panen. Aspek lain yang penting namun bukan termasuk dalam rangkaian bercocok tanam padi adalah pemilihan kultivar, pemrosesan gabah dan penyimpanan beras. Penanganan bibit padi secara seksama. Hal ini terdiri atas, pemilihan bibit unggul, penanaman bibit dalam usia muda (kurang dari 10 hari setelah penyemaian), penanaman satu bibit per titik tanam, penanaman dangkal (akar tidak dibenamkan dan ditanam horizontal), dan dalam jarak tanam yang cukup lebar. Bagi yang telah terbiasa menanam padi secara konvensional, pola penanganan bibit ini akan dirasakan sangat berbeda. Hal ini karena metode konvensional memakai bibit yang tua (lebih dari 15 hari sesudah penyemaian), ditanam sekitar 5-10 bahkan lebih bibit per titik tanam, ditanam dengan cara dibenamkan akarnya, dan jarak tanamnya rapat.

  10. BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF S R I ( SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION) Suatucarabudidayatanamanpadi yang efesiendenganprosesmanajemensistemperakaran yang berbasispadapengelolaan air, tanah, dantanaman SRI berasaldari Madagascar dikembangkansejaksekitar 1980-an oleh Fr. Henri de Laulanié, SJ (biarawanasalPerancis) danberkembangkesekitar 24 negarasejaksekitar 1993

  11. BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF • PERMASALAHAN BUDIDAYA TANAMAN PADI • Penurunan kesehatan dan kesuburan tanah • Kecenderungan potensi padi untuk berproduksi lebih tinggi mandeg • Penggunaan unsur kimia anorganik dan pestisida sintesis meningkat • Perilaku petani sudah jauh dari kearifan dalam memanfaatkan potensi lokal Petanibekerjadilahansawah Many people from the district of Rembang, Java, work in the labour intensive rice paddy industry. The production of rice is a commercial industry and provides income for many families. Diunduh dari Sumber: http://www.flickr.com/photos/planasia/6334120996/in/photostream/ …..30/10/2012

  12. BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF • DASAR PEMIKIRAN METODE SRI • TanamanPadimempunyaipotensi yang besaruntukmenghasilkanproduksiyang banyak • Produksi yang optimal dapatdicapaidenganterpenuhinyakondisi yang optimal • Produksi optimal dapatdicapaimelaluiprosespengelolaantanah, tanamandan air sertaunsuragroekosistemnya • Adakecenderunganpenurunanproduksi • Padibukantanaman air, tetapipaditanaman yang membutuhkanbanyak air • Padakondisitanahtidaktergenang, akartanamantumbuhsuburdanbesar, sehinggadapatmenyeraphara yang banyak, sertamendorongtumbuhnyaANAKAN yang optimal.

  13. BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF • PENYEBAB TERJADINYA PENURUNAN PRODUKSI PADI • Penurunankesuburantanahakibatpenggunaanpupuksecaraintensifdanterus-menerus • Mikrobadalamtanahtidakberfungsisecara optimal • Aliranenergidaribawahkeataspermukaantanahtidakseimbang • Suplaihara-tersediadalamtanahsangatkurang • Tanamanmenunggusuplaiharadariluartanah, berupapupuksintesis • Penggunaanpupukdanpestisidasintesis yang berlebihanmengakibatkanrantaimakanandalamekosistemsawahmenjaditerputus • MusuhAlamihanyamenunggumakanandarikeberadaanhama • JenjanghirerkisMusuhAlamilebihtinggimakahamaakanberkembanglebihpesat .

  14. BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF • CARA PANDANG KURANG ARIF • Orangberanggapandisawahhanyaadatanamandanhama • Untukmemenangkanpersainganhamaharusdibunuh • Pestisida yang berkuasauntukmemusnahkanhama • Pestisidatidakbisamengentaskanmasalahkarenahama • Hama menjadikebal • Terjadipeledakangangguanhamadanpenyakit • Pencemaranlingkungan • Terbunuhnyajasad non sasaran • Pengurangankeaneka-ragamanhayati • Gangguanterhadapkesehatanmanusia .

  15. BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF

  16. BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF SRI Di Indonesia antara lain oleh Pak EngkusKuswaradan Pak AlikSutaryat (Tahun 1999). Hal-hal yang diterapkanadalah : • Tanam Tunggal Dan Dangkal • UmurSemaiKurang 15 Hari • Penanamancepatkurang 15 Menit • PupukOrganik SRI merupakansingkatandari System of Rice Intensification, suatusistempertanian yang berdasarkanpadaprinsip Process Intensification (PI) dan Production on Demand (POD). SRI mengandalkanoptimasiuntukmencapaidelapantujuan PI, yaitu : Cheaper process (proseslebihmurah), Smaller equipment (bahanlebihsedikit), Safer process (proses yang lebihaman), Less energy consumption (konsumsienergi/tenaga yang lebihsedikit), Shorter time to market (waktuantaraproduksidanpemasaran yang lebihsingkat), Less waste or byproduct (sisaproduksi yang lebihsedikit), More productivity (produktifitaslebihbesar), and Better image (memberikesanlebihbaik).

  17. BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF • METODE SRI : • TanamanHemat Air (Max 2 Cm = Macak-macakdanjugaadaperiodepengeringansampaitanahpecah-pecah) • HematBiaya (butuhbibit 5 Kg/Ha, TidakbutuhbiayaPencabutan, Pemindahan, Irittenagatanam, dll) • HematWaktu (bibitditanammuda 3 - 10 HSS denganjaraktanamlebardanPanenlebihawalsekitar 10 – 14 hari) • ProduksiBisaMencapai 7 - 14 Ton/Ha. METODE SRI Penangananbibitpadisecaraseksama. Hal initerdiriatas, pemilihanbibitunggul, penanamanbibitdalamusiamuda (kurangdari 10 harisetelahpenyemaian), penanamansatubibit per titiktanam, penanamandangkal (akartidakdibenamkandanditanam horizontal), dandalamjaraktanam yang cukuplebar. Bagi yang telahterbiasamenanampadisecarakonvensional, polapenangananbibitiniakandirasakansangatberbeda. Hal inikarenametodekonvensionalmemakaibibit yang tua (lebihdari 15 harisesudahpenyemaian), ditanamsekitar 5-10 bahkanlebihbibit per titiktanam, ditanamdengancaradibenamkanakarnya, danjaraktanamnyarapat.

  18. PENGARUH PENGGENANGAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN PADI • Merangsang pertumbuhan memanjang tanaman, menghasilkan lebih banyak jerami • Menghambat pertumbuhan anakan/tunas • Tanaman kurang dapat mengambil unsur hara yang dibutuhkan • Penggenangan yang terlalu dalam dan lama dapat merubah sifat-sifat kimia tanah sawah, antara lain : kandungan O2 yang sedikit, kandungan CO2 yang berlebihan, terjadi akumulasi H2S, yang dapat meracuni tanaman sehingga tanaman menjadi kerdil. METODE SRI Penyiapan lahan tanam. Penyiapan lahan tanam untuk metode SRI berbeda dari metode konvensional terutama dalam hal penggunaan air dan pupuk sintetis (untuk kemudian disebut pupuk). SRI hanya menggunakan air sampai keadaan tanahnya sedikit terlihat basah oleh air (macak-macak) dan tidak adanya penggunaan pupuk karena SRI menggunakan kompos. Sangat berbeda dengan metode konvensional yang menggunakan air sampai pada tahap tanahnya menjadi tergenang oleh air serta pemupukan minimal dua kali dalam satu periode tanam.

  19. PRINSIP SRI • Pengolahan tanah dan pemupukan kompos organik • Benih bermutu dan ditanam muda • Benih ditanam tunggal dan langsung • Jarak tanam Lebar • Pemupukan tidak dengan pupuk sintesis • Pengelolaan air yang macak-macak dan bersamaan dengan penyiangan • PHT tidak memakai pestisida sintesis METODE SRI Keterlibatanmikro-organismelokal (MOL) dankompossebagai ’timsukses’ dalampencapaianproduktivitas yang berlipatganda. Dalamhaliniperankomposseringdisalah-artikansebagaipenggantidaripupuk. Hal inisalah, karenaperankomposlebihkompleksdaripadaperanpupuk. Perankompos, selainsebagaipenyuplainutrisijugaberperansebagaikomponenbioreaktor yang bertugasmenjagaprosestumbuhpadisecara optimal. Konsepbioreaktoradalahkuncisuksesdari SRI. Bioreaktor yang dibangunolehkompos, mikrooganismelokal, strukturpadi, dantanahmenjaminbahwapadiselamaprosespertumbuhandaribibitsampaipadidewasatidakmengalamihambatan. Fungsibioreaktorsangatkompleks, antara lain adalahpenyuplainutrisisesuai POD melaluimekanismeeksudat, kontrolmikrobasesuaikebutuhanpadi, menjagastabilitaskondisitanahmenujukondisi yang ideal bagipertumbuhanpadi, bahkankontrolterhadappenyakit yang dapatmenyerangpadi.

  20. UJI BENIH BERMUTU DENGAN LARUTAN GARAM • Caranya : • Siapkan ember atau panci atau wadah lain beriisi air • Masukan garam aduk-aduk sampai larut, • Masukan telur ayam mentah kedalam larutan garam tersebut, bila telur masih tenggelam maka perlu penambahan garam. • Pemberian garam dianggap cukup apabila telur sudah mengapung. • Masukan benih yang sudah disiapkan kedalam larutan tersebut. • Benih yang tenggelam yang digunakan sebagai benih yang akan ditanam. PENYIAPAN BENIH Benih dapat diseleksi dengan bantuan penggunaan air garam dan telur ayam/itik/bebek. Telur yang bagus umumnya dalam air akan tenggelam, namun bila pada air ini diberi garam yang cukup dan diaduk maka telur yang bagus itu akan mengapung. Bila telur belum juga mengapung maka tambahkan lagi garamnya sampai telur ini mengapung karena berat jenisnya (BJ) menjadi lebih rendah daripada air garam. Air garam yang sudah mampu mengapungkan telur ini dapat digunakan untuk seleksi benih

  21. PERENDAMAN DAN PEMERAMAN BENIH • BENIH DIRENDAM, Setelahdiuji, benihdirendamdenganmempergunakan air bersihdengantujuanmempercepatperkecambahanselama 24 – 48 jam. • BENIH DIPERAM, Benih yang telahdirendamkemudiandiangkatkedalamtempattertentu yang telahdilapisidengandaunpisangdengantujuanuntukmemberikanudaramasuk / penganginan / ngamutselama 24 jam. Benih yang baik kemudian dicuci dengan bersih sampai rasa asinnya hilang dari benih tersebut, juga akan lebih baik dicuci menggunakan wadah yang berlubang dan pada air yang mengalir untuk meyakinkan benih benar-benar akan terbebas dari garam; Benih yang sudah bebas dari garam direndam dalam air biasa selama sekitar 24 jam; Setelah benih direndam, kemudian lakukan pemeraman selama sekitar 36 jam yaitu benih di bungkus dengan karung goni atau kain yang basah. Penyimpanan benih yang dibungkus kain basah ini akan lebih baik ditempat yang hangat misalnya di dapur asalkan kainnya tetap dijaga basah dan lembab; Setelah berkecambah atau muncul akar pendek, benih siap disemai atau ditebar.

  22. CARA MEMBUAT PERSEMAIAN • Campurkan Tanah dan kompos 1 : 1 • Masukan campuran tanah dan kompos ke dalam baki atau pipiti yang dilapisi daun pisang • Taburkan benih ke dalam nampan • Tutup dengan jerami atau kompos PersemaianpadidenganMenggunakanPupuk HOSC sebagaipupukSemai , menunjukkanpertumbuhan yang bagusdanperkembanganakar yang sempurnapadausia 9 hari, danpadausia 13 haribenihpadi

  23. CARA PENANAMAN BENIH Tanam benih berusia muda antara 3 - 10 hari (maksimal berdaun 2), usahakan di bawah 8 hari setelah semai. Tanam hanya 1 (satu) benih per lubang dengan jarak tanam 30x30 cm atau 35x35 cm Bibit ditanam dangkal 1 – 1,5 cm dengan perakaran seperti huruf L. Pindah tanam (transplanting) harus segera (kurang dari 15 menit) secara hati-hati Petak sawah tidak selalu tergenang, kondisi air hanya ‘macak-macak’ (1-2 cm) dan pada periode tertentu harus dikeringkan sampai retak (intermittent irrigation) Penyiangan dilakukan lebih awal pada 10 hst diulang 3 s/d 4 kali dengan interval waktu setiap 10 hari ( mengunkan tenaga manusia/lalandak ) . PENYEMAIAN Penyemaian dapat dilakukan di sawah, di ladang atau dalam wadah seperti kotak plastik atau besek/pipiti yang diberi alas plastik/daun pisang dan berada di area terbuka yang mendapatkan sinar matahari. Tanah untuk penyemaian tidak menggunakan tanah sawah tetapi menggunakan tanah darat yang gembur dicampur dengan kompos dengan perbandingan tanah:kompos sebaiknya minimal 2:1 dan akan lebih baik bila 1:1, dapat juga ditambahkan pada campuran ini abu bakar agar medianya semakin gembur sehingga nantinya benih semakin mudah diambil dari penyemaian untuk menghindari putusnya akar. Luas area yang diperlukan untuk penyemaian minimal adalah sekitar 20 m2 untuk setiap 5 kg benih, sehingga bila penyemaian dilakukan pada wadah dapat dihitung jumlah wadah yang diperlukan menyesuaikan dengan ukuran masing-masing wadah dan tentunya akan lebih baik lagi bila tempat penyemaiannya lebih luas untuk pertumbuhan benih yang lebih sehat.

  24. KETERBATASAN S R I • Membutuhkantenagakerjalebihbanyak (padaawalnya) • Perludrainaseuntukmembuangkelebihan air • Lebihbanyakwaktuuntukuntukmengaturpengairan • Lebihbanyakwaktudantenagakerjauntukpenyiangan • Pembuatankompos PRINSIP PENANAMAN SRI PenanamanBibitMuda; PenanamanBibit Tunggal danJarakAntarTanaman yang Lebar; PenanamanSegeraUntukMenghindari Trauma PadaBibit; PenanamanDangkal; LahanSawahTidakTerusMenerusDirendam Air; PenyianganMekanis; MenjagaKeseimbanganBiologi Tanah.

  25. Hama-hama penting tanaman padi Penggerekbatangpadiputih ("sundep", Scirpophagainnotata) Penggerekbatangpadikuning (S. incertulas) Werengbatangpunggungputih (Sogatellafurcifera) Werengcoklat (Nilaparvatalugens) Werenghijau (Nephotettiximpicticeps) Lembinghijau (Nezaraviridula) Walangsangit (Leptocorisaoratorius) Ganjur (Pachydiplosisoryzae) Lalatbibit (Arterigonaexigua) Ulattentara/Ulatgrayak (SpodopteralituradanS. exigua) Tikussawah (Rattusargentiventer) Sistem pertanian sawah terpadu (Sumber: tani-organik.blogspot.com/2008/0...sri.html)

  26. Penyakit-penyakitpenting • Blas (Pyriculariaoryzae, P. grisea) • Hawardaunbakteri ("kresek", Xanthomonasoryzaepv. oryzae) • Bercakcoklatdaun (Helmintosporiumoryzae). • Gariscoklatdaun (Cercosporaoryzae) • Busukpelepahdaun (Rhizoctonia sp) • Penyakitfusarium (Fusariummoniliforme) • Penyakitnoda (Ustilaginoideavirens) • Hawardaun (Xanthomonascampestris) • Penyakitbakteridaunbergaris (Translucens) • Penyakitkerdil (Nilaparvatalugens) • Penyakittungro (Nephotettiximpicticeps) James Stordahl Extension Educator, Clearwater and Polk Counties Plants need three factors for disease to develop. The host plant must be susceptible, the pathogen must be present (usually in the soil), and the environmental conditions must be right. This typically involves wet leaves over some period of time. Diunduh dari Sumber: http://blog.lib.umn.edu/efans/small-farms/commercial-horticulture/ …..30/10/2012

  27. HUBUNGAN AIR-TANAH-TANAMAN Unsurhara & dayasimpanhara BahanOrganik Tanah Makro-fauna Tanah Mikroba Tanah

  28. PENGELOLAAN AIR PADA TANAH SAWAH Produksi padi sawah akan menurun jika tanaman padi menderita cekaman air (water stress). Gejala umum akibat kekurangan air antara lain daun padi menggulung, daun terbakar (leaf scorching), anakan padi berkurang, tanaman kerdil, pembungaan tertunda, dan biji hampa. Tanaman padi membutuhkan air yang volumenya berbeda untuk setiap fase pertumbuhannya. Variasi kebutuhan air tergantung juga pada varietas padi dan sistem pengelolaan lahan sawah. Pengaturan air untuk sistem mina-padi berbeda dengan sistem sawah tanpa ikan. Pengelolaan air di lahan sawah tidak hanya menyangkut sistem irigasi, tetapi juga sistem drainase pada saat tertentu dibutuhkan, baik untuk mengurangi kuantitas air maupun untuk mengganti air yang lama dengan air irigasi baru sehingga memberikan peluang terjadinya sirkulasi oksigen dan hara.

  29. SAWAH IRIGASI • Di Indonesia, sawahseringdikategorikanmenjaditigayaitu • sawahberirigasi; • sawahtadahhujan; dan • sawahrawa (lebakdanpasangsurut). Sistempengelolaan air padaketigamacamsawahtersebutsangatberbeda, karenaperbedaankondisihidrologidankebutuhan air. • Teknikpengelolaan air lahansawahdidasarkanpadakebutuhan air untuktanaman (baikpadimaupunpalawija) dansistempengelolaanlahansawah. KEBUTUHAN AIR IRIGASI Kebutuhan air tanamandidefinisikansebagaijumlah air yang dibutuhkanolehtanamanpadasuatuperiodeuntukdapattumbuhdanproduksisecara normal. Kebutuhan air nyatauntuk areal usahapertanianmeliputievapotranspirasi (ET), sejumlah air yang dibutuhkanuntukpengoperasiansecarakhusussepertipenyiapanlahandanpenggantian air, sertakehilanganselamapemakaian. Sehinggakebutuhan air dapatdirumuskansebagaiberikut (Sudjarwadi 1990): KAI = ET + KA + KK Dimana: KAI = Kebutuhan Air Irigasi; ET = Evapotranspirasi; KA = Kehilanganair; KK = KebutuhanKhusus. Diunduh dari sumber: http://surososipil.files.wordpress.com/2008/10/irigasi1-bab-4-kebutuhan-irigasi.pdf………. 28/10/2012

  30. Hidrologi lahan sawah Pengetahuan tentang hidrologi lahan sawah sangat diperlukan dalam merancang strategi pengelolaan air. Karakteristik hidrologi lahan sawah sangat ditentukan oleh kondisi biofisik lahan. Hidrologi sawah beririgasi berbeda dengan sawah tadah hujan maupun sawah rawa. Oleh karena itu strategi pengelolaan air pada lahan sawah beririgasi akan berbeda dengan pada lahan sawah tadah hujan maupun sawah rawa. Types of Response to Water Scarcity Sumber: Irrigation Management in Rice-Based Cropping Systems: Issues and Challenges in Southeast Asia . Randolph Barker and Francois Molle. Diunduh dari sumber: http://fftc.imita.org/library.php?func=view&id=20110722052543………. 30/10/2012

  31. NERACA AIR LAHAN SAWAH Masukan air kelahanpadisawahdiperlukanuntukmenggantikankehilangan air akibatrembesan-seepage, perkolasi, evaporasidantranspirasi. Seepage is the lateral subsurface flow of water and percolation is the down flow of water below the root zone. Typical combined values for seepage and percolation vary from 1-5 mm d-1 in heavy clay soils to 25-30 mm d-1 in sandy and sandy loam soils. Evaporation occurs from the ponded water layer and transpiration is water loss from the leaves of the plants. Typical combined evapotranspiration rates of rice fields are 4-5 mm d-1 in the wet season and 6-7 mm d-1 in the dry season, but can be as high as 10-11 mm d-1 in subtropical regions before the onset of the monsoon. Total seasonal water input to rice fields (rainfall plus irrigation) varies from as little as 400 mm in heavy clay soils with shallow groundwater tables to more than 2000 mm in coarse-textured (sandy or loamy) soils with deep groundwater tables. Around 1300-1500 mm is a typical value for irrigated rice in Asia. Outflows of water by seepage and percolation account for about 25-50% of all water inputs in heavy soils with shallow water tables of 20-50 cm depth, and for 50-85% in coarse-textured soils with deep water tables of 150 cm depth or more. Diunduh dari sumber: http://www.knowledgebank.irri.org/rkb/1-the-water-balance-of-lowland-rice.html ………. 30/10/2012

  32. KARAKTERISTIK HIDROLOGI LAHAN SAWAH • Lahansawah Pluvial • Sumber air berasaldari air hujan • Kelebihan air hilangmelaluiperkolasidanaliranpermukaan • Terdapatdidaerahlandaisampailerengcuram • Air tanahdalam, drainasebaik, tidakadagejalajenuh air dalamprofiltanah • Padiditanamsebagaipadigogo . Hydrological processes in a paddy field. (a) Hydrologic Characteristics of a paddy field. (b) Outline of runoff simulation model in paddies. Simulations of storm hydrographs in a mixed-landuse watershed using a modified TR-20 model T.I. Jang, H.K. Kim, S.J. Im, S.W. Park. Agricultural Water Management. Volume 97, Issue 2, February 2010, Pages 201–207.

  33. KARAKTERISTIK HIDROLOGI LAHAN SAWAH • LahansawahPhreatik • Sumber air berasaldari air hujandan air tanah • Air tanah (phreatic) dangkal, paling tidakpadawaktumusimtanam • Kelebihan air hilangmelaluialiranpermukaan • Tidakpernahtergenanglebihdaribeberapa jam • Dalamprofiltanahadagejalajenuh air (gleymotting) • Bilatanpaperataan (leveling) danpembuatanpematang, akanlebihbaikditanamipadigogo • Biladenganperataandanpembuatanpematangdapatdikembangkanuntukpadisawah. Schematics of water balance components in a paddy field. Model development for nutrient loading from paddy rice fields Sang-Ok Chung,Hyeon-Soo Kim, Jin Soo Kim. Agricultural Water Management. Volume 62, Issue 1, 19 August 2003, Pages 1–17

  34. Karakteristikhidrologilahansawah • Lahansawahfluxial • Sumber air seluruhnyaatausebagianberasaldarialiranpermukaan, air sungaidan air hujanlangsung • Dalamkeadaanalamitergenang air selamabeberapabulanyaituselamapadiditanam • Terdapatdidaerahlembah, dataranaluvialsungaidansebagainya • Drainasepermukaandandrainasedalam (perkolasi) lambatsehinggagenangan air mudahterjadi • Padiditanamsebagaipadisawah . Schematic diagram of a paddy field. (hmin, hmax and Hp denote the three critical depths; Ecan, Epot and Es denote the three kinds of evaporation from the free water in canopies, the water body surface and the soil water respectively; Ep denotes the crop transpiration. Development and test of SWAT for modeling hydrological processes in irrigation districts with paddy rice Xianhong Xie, Yuanlai Cui. Journal of Hydrology. Volume 396, Issues 1–2, 5 January 2011, Pages 61–71.

  35. MANAJEMEN AIR YANG BAGUS UNTUK LAHAN SAWAH BeberapaprinsipManajemen Air yang bagusdilahansawah PERATAAN TANAH A well-leveled field is a prerequisite for good water management. When a field is not level, water may stagnate in the depressions whereas higher parts may fall dry. This results in uneven crop emergence, uneven early growth, uneven fertilizer distribution, and weed problems. See the fact sheets on land leveling for more information . SALURAN AIR TERBUKA In many paddy fields, water flows from one field to another through breaches in the bunds. Under such conditions, water in an individual field can not be controlled and field-specific water management is not possible - construction of channels to convey water to and from each field, or group of fields, greatly improves the irrigation and drainage of water. PENGOLAHAN TANAH Wet land preparation can consume up to a third of the total water used in paddy rice. In large-scale irrigation systems, synchronizing operations and minimizing the duration of the land preparation period can reduce water use. Large amounts of water can be lost during soaking prior to puddling when large and deep cracks are present. A shallow tillage to fill the cracks before soaking can greatly reduce this water loss. After soaking, thorough puddling results in a compacted plow sole that reduces water losses by percolation. The efficacy of puddling depends on soil properties. Puddling may not be effective in coarse soils, whereas it is very efficient in clay soils that form cracks during the fallow period. Puddling may not be necessary in heavy clay soils with limited internal drainage. In such soils, direct dry seeding on land that is tilled in a dry state is possible with minimal percolation losses. Diunduh dari sumber: http://www.knowledgebank.irri.org/factsheetsPDFs/watermanagement_FSWaterSavingGeneral.pdf ………. 30/10/2012

  36. MANAJEMEN AIR YANG BAGUS UNTUK LAHAN SAWAH BeberapaprinsipManajemen Air yang bagusdilahansawah PEMATANG SAWAH Good bunds are a prerequisite to limit water losses by seepage and under-bund flows. Bunds should be well compacted and any cracks or rat holes should be plastered with mud at the beginning of the crop season. Also, check for, and repair new rat holes, cracks, and porosity caused by earth worms throughout the growing season. Lembaranplastikdapatdipakaiuntukmemperbaikipematang, terutamabagian-bagianpematang yang “rembes” (bocor) air. KEDALAMAN GENANGAN AIR Menjagakedalamangenangan air sekitar 5 cm dapatmeminimumkankehilangan air melaluirembesan- seepage danperkolasi. Diunduh dari sumber: http://www.knowledgebank.irri.org/factsheetsPDFs/watermanagement_FSWaterSavingGeneral.pdf ………. 30/10/2012

  37. MANAJEMEN AIR YANG BAGUS UNTUK LAHAN SAWAH Good water management in lowland rice focuses on practices that conserve water (by eliminating the unproductive water flows of seepage, percolation, and evaporation) while ensuring sufficient water for the crop. Water management practices are given for the different periods of the crop cycle from pre-planting activities to the ripening stage. It is assumed that farmers have access to sufficient irrigation to maintain flooded conditions. Water-saving technologies for conditions of insufficient water are described in subsequent paragraphs. Pra- tanam Jumlah air ygdiperlukanuntukmengolahtanahpadalahansawahdapatsebesar100-150 mm, tetapijugadapatmencapaihingga 900 mm dalamsistemirigasisekalabesardanperiodepenyiapanlahan yang cukuppanjang. Various options exist to minimize the amount of water used in the pre-planting period. Land preparation lays the foundation for the whole cropping season and it is important in any situation to “get the basics right” for good water management afterwards. Especially important for good water management are field channels, land leveling, and tillage operations (puddling, bund preparation and maintenance). Diunduh dari sumber: http://www.knowledgebank.irri.org/rkb/2-sound-water-management.html………. 30/10/2012

  38. MANAJEMEN AIR YANG BAGUS UNTUK LAHAN SAWAH Saluranlapanganuntukmengelola air Dalamberbagaisistemirigasi, tidakadasaluran air terbuka (salurantersier , kuarteratausaluran drainage) dan air mengalirdarisatupetak-lahankepetakanlainnyamellauilubang-lubangpadapematang. Sistemsepertiinidisebutirigasi“plot-to-plot”. The amount of water flowing in and out of a rice field can not be controlled and field-specific water management is not possible. This means that farmers may not be able to drain their fields before harvest because water keeps flowing in from other fields. Also, they may not be able to have water flowing in if upstream farmers retain water in their fields or let their fields dry out to prepare for harvest. Moreover, a number of technologies to cope with water scarcity require good water control for individual fields. Finally, the water that continuously flows through the rice fields may remove valuable (fertilizer) nutrients. Constructing separate channels to convey water to (irrigation) and from (drainage) each field greatly improves the individual control of water, and is the recommended practice in any type of irrigation system. Alternatively, if field channels can not be constructed for individual fields, they should be constructed to serve a limited number of fields together. Diunduh dari sumber: http://www.knowledgebank.irri.org/rkb/2-sound-water-management.html………. 30/10/2012

  39. MANAJEMEN AIR YANG BAGUS UNTUK LAHAN SAWAH PROSES PELUMPURAN A rice field can be compared with a bath tub: the material of a bath tub is impregnable and it holds water well – however, you only need to have one hole (by removing the plug) and the water runs out immediately. Rice fields just need a few rat holes or leaky spots and they will rapidly loose water by seepage and percolation. Thorough puddling results in a good compacted plow sole that reduces the percolation rates throughout the crop growing period. The efficacy of puddling in reducing percolation depends greatly on soil properties. Puddling may not be effective in coarse soils, which do not have enough fine clay particles to migrate downward and fill up the cracks and pores in the plow sole. On the other hand, puddling is very efficient in clay soils that form cracks during the fallow period that penetrate the plow pan. Although puddling reduces percolation rates of the soil, the action of puddling itself consumes water, and there is a trade-off between the amount of water used for puddling and the amount of water “saved” during the crop growth period by reduced percolation rates. Pelumpuranmungkintidakdiperlukanpadatanah-tanahliat-berat yang permeabilitasnyarendahatau drainage internalnyasangatterbatas. Padatanah-tanahsepertiini, tanambenihlangsungdilahanygtidakdilumpurkantetapidiolahkering , sangatdimungkinkandengankehilanganperkolasi minimum. Diunduh dari sumber: http://www.knowledgebank.irri.org/rkb/2-sound-water-management.html………. 30/10/2012

  40. MANAJEMEN AIR YANG BAGUS UNTUK LAHAN SAWAH PENYIAPAN DAN PEMELIHARAAN PEMATANG Good bunds are a prerequisite to limit water losses by seepage and underbund flows. To limit seepage losses, bunds should be well compacted and any cracks or rat holes should be plastered with mud at the beginning of the crop season. Make bunds high enough (at least 20 cm) to avoid overbund flow during heavy rainfall. Small levees of 5-10 cm height in the bunds can be used to keep the ponded water depth at that height. If more water needs to be stored, it is relatively simple to close these levees. Researchers have used plastic sheets in bunds in field experiments to reduce seepage losses. Although such measures are probably financially not attractive to farmers, the author has come upon a farmer in the Mekong delta in Vietnam who used old plastic sheets to block seepage through very leaky parts of his bunds. Liang tikus harus dibuntu Diunduh dari sumber: http://www.knowledgebank.irri.org/rkb/2-sound-water-management.html………. 30/10/2012

  41. MANAJEMEN AIR UNTUK LAHAN SAWAH BIDANG OLAH IRIGASI DIBATASI PEMATANG Most lowland rice is established by transplanting rice plants from a seed bed into the main field. In large-scale irrigation systems, seed beds are often found in corners of individual farmers’ fields scattered throughout the area. If there are no field channels to separately irrigate the seed beds, the whole field is flooded while the rice plants grow in the seed bed. All water losses from the main field through evaporation, seepage, and percolation, are a wasteful loss as no crop grows yet in the field. One remedy is to construct field channels that bring water to the seed beds only so that the main field only needs to be soaked and puddled a few days before transplanting (3-4 days). Seed beds are best located close to the main canals so that little water is lost by transporting it over long distances through field channels. Community seed beds may be an option to concentrate the raising of seedlings in one place to use the irrigation water most efficiently. In some areas, private companies produce seedlings that farmers can purchase so they save their own irrigation water. Diunduhdarisumber: http://www.knowledgebank.irri.org/rkb/2-sound-water-management.html………. 30/10/2012

  42. MANAJEMEN AIR YANG BAGUS UNTUK LAHAN SAWAH FASE PERTUMBUHAN AWAL VEGETATIF After crop establishment, continuous ponding of water generally provides the best growth environment for rice and will result in the highest yields. Flooding also helps suppress weed growth, improves the efficiency of use of nitrogen and, in some environments, helps protect the crop from fluctuations in temperatures. After transplanting, water levels should be around 3 cm initially, and gradually increase to 5-10 cm with increasing plant height. With direct wet seeding, the soil should be kept just at saturation from sowing to some 10 days after emergence, and then the depth of ponded water should gradually increase with increasing plant height. With direct dry seeding, the soil should be moist but not saturated from sowing till emergence, else the seeds may rot in the soil. After sowing, apply a flush irrigation if there is no rainfall to wet the soil. Saturate the soil when plants have developed 3 leaves, and gradually increase the depth of ponded water with increasing plant height. Under certain conditions, allowing the soil to dry out for a few days before reflooding can be beneficial to crop growth. In certain soils high in organic matter, toxic substances can be formed during flooding that can be removed through intermittent soil drying. Intermittent soil drying promotes root growth which can help plants resist lodging better in case of strong winds later in the season. Intermittent soil drying can also help control certain pests or diseases that require standing water for their spread or survival, such as golden apple snail. The farmers often practice a period of 7-10 days “mid-season drainage” (during which the soil is left to dry out) during the active tillering stage. This practice should reduce the number of excess and nonproductive tillers, but these benefits are not always found. Intermittent soil drying is also used in the System of Rice Intensification (SRI) and is suggested to lead to improved soil health. Other research, however, shows that nonflooded soil promotes the occurrence of certain soils pests such as nematodes. Diunduh dari sumber: http://www.knowledgebank.irri.org/rkb/2-sound-water-management.html………. 30/10/2012

  43. MANAJEMEN AIR YANG BAGUS UNTUK LAHAN SAWAH FASE PERTUMBUHAN REPRODUKTIF Lowland rice is extremely sensitive to water shortage at the flowering stage, and drought effects occur when soil water contents drop below saturation. Drought at flowering results in increase spikelet sterility, decreased percentage filled spikelets, and, therefore, decreased number of grains per panicle and decreased yields. Keep the water level in the fields at 5 cm at all times during this stage. Diunduh dari sumber: http://www.knowledgebank.irri.org/rkb/2-sound-water-management.html………. 30/10/2012

  44. MANAJEMEN AIR YANG BAGUS UNTUK LAHAN SAWAH FASE PEMASAKAN This period does not necessarily require flooding. Soil that is 80–90% saturated is sufficient. However, for easy operations, keeping the fields flooded may still be the simplest management approach. Draining the fields some 10-15 days before the expected harvest date hastens maturity and grain ripening, prevents excessive nitrogen uptake, and makes the land better accessible (because it is dryer) for harvest operations. Diunduh dari sumber: http://www.knowledgebank.irri.org/rkb/2-sound-water-management.html………. 30/10/2012

  45. MANAJEMEN AIR YANG BAGUS UNTUK LAHAN SAWAH PEMBASAHAN DAN PENGERINGAN YG BERGANTIAN (AWD) In alternate wetting and drying (AWD), irrigation water is applied to obtain flooded conditions after a certain number of days have passed after the disappearance of ponded water. AWD is also called ‘intermittent irrigation’ or ‘controlled irrigation’. The number of days of nonflooded soil in AWD before irrigation is applied can vary from 1 day to more than 10 days. A practical way to implement AWD is to monitor the depth of the water table on the field using a simple perforated ‘field water tube’. After an irrigation application, the field water depth will gradually decrease in time. When the water level (as measured in the tube) is 15 cm below the surface of the soil, it is time to irrigate and flood the soil with a depth of around 5 cm. Around flowering, from 1 week before to one week after the peak of flowering, ponded water should be kept at 5 cm depth to avoid any water stress that would result in potentially severe yield loss. The threshold of 15 cm is called ‘Safe AWD” as this will not cause any yield decline since the roots of the rice plants will still be able to take up water from the saturated soil and the perched water in the rootzone. The field water tube helps farmers see this “hidden” source of water.  In Safe AWD, water savings may be relatively small, in the order of 15%, but there is no yield penalty. After creating confidence that Safe AWD does not reduce yield, farmers may experiment by lowering the threshold level for irrigation to 20, 25, 30 cm, or even deeper. Some yield penalty may be acceptable when the price of water is high or when water is very scarce. Diunduh dari sumber: http://www.knowledgebank.irri.org/rkb/2-sound-water-management.html………. 30/10/2012

  46. IrigasiPermukaan IrigasiPermukaanmerupakansistemirigasi yang menyadap air langsungdisungaimelaluibangunanbendungmaupunmelaluibangunanpengambilanbebas (free intake) kemudian air irigasidialirkansecaragravitasimelaluisaluransampaikelahanpertanian. Dalamirigasidikenalsaluran primer, sekunder, dantersier. Pengaturanair inidilakukandenganpintu air. Prosesnyaadalahgravitasi, tanah yang tinggiakanmendapat air lebihdulu. Bangunan irigasi untuk menyalurkan air irigasi ke swah intensif di Kab. Jember

  47. Irigasi Lokal Sistem ini air distribusikan dengan cara pipanisasi. Di sini juga berlaku gravitasi, di mana lahan yang tinggi mendapat air lebih dahulu. Namun air yang disebar hanya terbatas sekali atau secara lokal. Sistem irigasi pertanian di Niigata Dari pintupengeluaran air tersebutdialirkankesawahnyamelaluipipa yang beradadibawahpermukaansawahnya. Kalauditanah air kitapadaumumnya air dialirkanmelaluipermukaansawah. Diunduh dari sumber: http://informasi-budidaya.blogspot.com/2007/06/sistem-irigasi-pertanian-di-niigata.html ………. 28/10/2012

  48. Irigasi Tradisional dengan Ember Di sini diperlukan tenaga kerja secara perorangan yang banyak sekali. Di samping itu juga pemborosan tenaga kerja yang harus menenteng ember. Small-scale drip irrigation systems BUCKET SYSTEM The bucket system consists of two drip lines, each 15-30 m long, and a 20-litre bucket for holding water. Each of the drip lines is connected to a filter to remove any particles that may clog the drip nozzles. The bucket is supported on a bucket stand, with the bottom of the bucket at least 1 m above the planting surface. One bucket system requires 2-4 buckets of water per day and can irrigate 100-200 plants with a spacing of 30 cm between the rows. For crops such as onions or carrots, the number of plants can be as many as the bed can accommodate. A farmer growing for the market can usually recover this investment within the first crop season. Diunduh dari sumber: http://www.infonet-biovision.org/default/ct/293/soilconservation………. 28/10/2012

  49. IrigasiPasang-Surutdi Sumatera, Kalimantan, dan Papua Denganmemanfaatkanpasang-surut air diwilayah Sumatera, Kalimantan, dan Papua dikenalapa yang dinamakanIrigasiPasang-Surat (Tidal Irrigation). Teknologi yang diterapkandisiniadalah: pemanfaatanlahanpertaniandidataranrendahdandaerahrawa-rawa, dimana air diperolehdarisungaipasang-surutdimanapadawaktupasang air dimanfaatkan. Di sinidalamduaminggudiperoleh 4 sampai 5 waktupada air pasang. LAHAN PASANG-SURUT Lahan pasang surut adalah lahan yang pada musim penghujan (bulan desember-mei) permukaan air pada sawah akan naik sehingga tidak dapat di tanami padi. Pada musim kemarau (bulan juli-september) air permukaan akan surut yang mana pada saat itu tanaman padi sawah baru dapat ditanam (pada lokasi yang berair).(LIPI Kalimantan, 1994) Combined drainage and irrigation system using tidal differences (source ESCAP 1978)

  50. Irigasi Tanah KeringatauIrigasiTetes Di lahankering, air sangatlangkadanpemanfaatannyaharusefisien. Jumlah air irigasi yang diberikanditetapkanberdasarkankebutuhantanaman, kemampuantanahmemegang air, sertasaranairigasi yang tersedia. Adabeberapasistemirigasiuntuktanahkering, yaitu: (1) irigasitetes (drip irrigation), (2) irigasicurah (sprinkler irrigation), (3) irigasisaluranterbuka (open ditch irrigation), dan (4) irigasibawahpermukaan (subsurface irrigation). Untukpenggunaan air yang efisien, irigasitetes[3]merupakansalahsatualternatif. Misalsistemirigasitetesadalahpadatanamancabai. DRIP IRRIGATION In drip irrigation, water flows through a filter into special drip pipes, with emitters located at different spacings. Water is discharged through the emitters directly into the soil near the plants through a special slow-release device. Diunduh dari sumber: http://www.infonet-biovision.org/default/ct/293/soilconservation………. 28/10/2012

More Related