90 likes | 660 Views
Peran Islam dalam Perkembangan IPTek kelompok 7. Irwanto M. Yasin Nasim Suharyadi Syafar Ahmad Syam Singgih. Peran Islam dalam Perkembangan IPTek. Pengantar
E N D
Peran Islam dalamPerkembanganIPTekkelompok 7 Irwanto M. Yasin Nasim SuharyadiSyafar Ahmad Syam Singgih
Peran Islam dalamPerkembanganIPTek Pengantar Perkembanganilmupengetahuandanteknologi (iptek) di satusisimemangberdampakpositif, yaknidapatmemperbaikikualitashidupmanusia. Berbagaisarana modern industri, komunikasi, dantransportasi, misalnya, terbuktiamatbermanfaat. Denganditemukannyamesinjahit, dalam 1 menitbisadilakukansekitar 7000 tusukanjarumjahit. Bandingkankalaukitamenjahitdengantangan, hanyabisa 23 tusukan per menit (Qardhawi, 1997). DahuluRatu Isabella (Spanyol) di abad XVI perluwaktu 5 bulandengansaranakomunikasitradisionaluntukmemperolehkabarpenemuanbenuaAmerikaoleh Columbus (?). Lalu di abad XIX Orang Eropaperlu 2 mingguuntukmemperolehberitapembunuhanPresiden Abraham Lincoln. Tapipada 1969, dengansaranakomunikasicanggih, duniahanyaperluwaktu 1,3 detikuntukmengetahuikabarpendaratan Neil Amstrong di bulan (Winarno, 2004). Dulu orang naik haji dengankapallautbisamemakanwaktu 17-20 hariuntuksampaike Jeddah. Sekarangdengannaikpesawatterbang, kitahanyaperlu 12 jam saja. Subhanallah
1. ParadigmaHubungan Agama-Iptek • Untukmemperjelas, akandisebutkandulubeberapapengertiandasar. Ilmupengetahuan (sains) adalahpengetahuantentanggejalaalam yang diperolehmelalui proses yang disebutmetodeilmiah (scientific method) (Jujun S. Suriasumantri, 1992). Sedangteknologiadalahpengetahuandanketrampilan yang merupakanpenerapanilmupengetahuandalamkehidupanmanusiasehari-hari (Jujun S. Suriasumantri, 1986). Perkembanganiptek, adalahhasildarisegalalangkahdanpemikiranuntukmemperluas, memperdalam, danmengembangkaniptek (Agus, 1999). Agama yang dimaksud di sini, adalah agama Islam, yaitu agama yang diturunkan Allah SWT kepadaNabi Muhammad Saw, untukmengaturhubunganmanusiadenganPenciptanya (denganaqidahdanaturanibadah), hubunganmanusiadengandirinyasendiri (denganaturanakhlak, makanan, danpakaian), danhubunganmanusiadenganmanusialainnya (denganaturanmu’amalahdanuqubat/sistempidana) (An-Nabhani, 2001). • Paradigma Islam inimenyatakanbahwa, kata putusdalamilmupengetahuanbukanberadapadapengetahuanataufilsafatmanusia yang sempit, melainkanberadapadailmu Allah yang mencakupdanmeliputisegalasesuatu (YahyaFarghal, 1994: 117). Firman Allah SWT: Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha meliputi segala sesuatu. (Qs. an-Nisaa` [4]: 126).
2. AqidahIslam SebagaiDasarIptek • Inilahperanpertama yang dimainkan Islam dalamiptek, yaituaqidah Islam harusdijadikan basis segalakonsepdanaplikasiiptek. Inilahparadigma Islam sebagaimana yang telahdibawaolehRasulullah Saw. • Paradigma Islam inilah yang seharusnyadiadopsiolehkaummusliminsaatini. Bukanparadigmasekulerseperti yang adasekarang. Diakuiatautidak, kiniumat Islam telahtelahterjerumusdalamsikapmembebekdanmengekor Barat dalamsegala-galanya; dalampandanganhidup, gayahidup, termasukdalamkonsepilmupengetahuan. Bercokolnyaparadigmasekulerinilah yang bisamenjelaskan, mengapa di dalamsistempendidikan yang diikuti orang Islam, diajarkansistemekonomikapitalis yang pragmatissertatidakkenal halal haram. Eksistensiparadigmasekuleritumenjelaskan pula mengapatetapdiajarkankonseppengetahuan yang bertentangandengankeyakinandankeimananmuslim. MisalnyaTeori Darwin yang dustadansekaligusbertolakbelakangdenganAqidah Islam. “Haimanusia, sesungguhnya Kami menciptakankamudariseoranglaki-lakidanseorangperempuandanmenjadikankamuberbangsa-bangsadanbersuku-sukusupayakamusalingkenalmengenal.” (Qs. al-Hujuraat [49]: 13).
3. SyariahIslam StandarPemanfaatanIptek • Perankedua Islam dalamperkembanganiptek, adalahbahwaSyariah Islam harusdijadikanstandarpemanfaataniptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukumsyariah Islam) wajibdijadikantolokukurdalampemanfaataniptek, bagaimana pun jugabentuknya. Iptek yang bolehdimanfaatkan, adalah yang telahdihalalkanolehsyariah Islam. Sedangkaniptek yang tidakbolehdimanfaatkan, adalah yang telahdiharamkansyariah Islam. • Keharusantolokukursyariahinididasarkanpadabanyakayatdanjugahadits yang mewajibkanumat Islam menyesuaikanperbuatannya (termasukmenggunakaniptek) denganketentuanhukum Allah danRasul-Nya. Antara lain firman Allah: • “Maka demi Tuhanmu, mereka (padahakekatnya) tidakberimanhinggamerekamenjadikankamu (Muhammad) sebagai hakim dalamperkara yang merekaperselisihkan…” (Qs. an-Nisaa` [4]: 65). • “Ikutilahapa yang diturunkankepadamudariTuhanmudanjanganlahkamumengikutipemimpin-pemimpinselain-Nya…[i/]” (Qs. al-A’raaf [7]: 3). SabdaRasulullah Saw: “Barangsiapa yang melakukanperbuatan yang tidakadaperintah kami atasnya, makaperbuatanitutertolak.” [HR. Muslim].
4. PenyikapanTerhadapPerkembangan IPTEK • Setiapmanusiadiberikanhidayahdari Allah swtberupa “alat” untukmencapaidanmembukakebenaran. Hidayahtersebutadalah (1) indera, untukmenangkapkebenaranfisik, (2) naluri, untukmempertahankanhidupdankelangsunganhidupmanusiasecaraprobadimaupunsosial, (3) pikirandanataukemampuanrasional yang mampumengembangkankemampuantigajenispengetahuanakali (pengetahuanbiasa, ilmiahdanfilsafi). Akal jugamerupakanpenghantaruntukmenujukebenarantertinggi, (4) imajinasi, dayakhayal yang mampumenghasilkankreativitasdanmenyempurnakanpengetahuannya, (5) hatinurani, suatukemampuanmanusiauntukdapatmenangkapkebenarantingkahlakumanusiasebagaimakhluk yang harusbermoral. • Dalammenghadapiperkembanganbudayamanusiadenganperkembangan IPTEK yang sangatpesat, dirasakanperlunyamencariketerkaitanantarasistemnilaidannorma-norma Islam denganperkembangantersebut. Menurut Mehdi Ghulsyani (1995), dalammenghadapiperkembangan IPTEK ilmuwanmuslimdapatdikelompokkandalamtigakelompok; (1) Kelompok yang menganggap IPTEK moderenbersifatnetraldanberusahamelegitimasihasil-hasil IPTEK moderendenganmencariayat-ayat Al-Quran yang sesuai; (2) Kelompok yang bekerjadengan IPTEK moderen, tetapiberusahajugamempelajarisejarahdanfilsafatilmu agar dapatmenyaringelemen-elemen yang tidakislami, (3) Kelompok yang percaya
Kesimpulan • PeranIslam dalamperkembanganiptekpadadasarnyaada 2 (dua). Pertama, menjadikanAqidah Islam sebagaiparadigmailmupengetahuan. Paradigmainilah yang seharusnyadimilikiumat Islam, bukanparadigmasekulerseperti yang adasekarang. Paradigma Islam inimenyatakanbahwaAqidah Islam wajibdijadikanlandasanpemikiran (qa’idahfikriyah) bagiseluruhbangunanilmupengetahuan. InibukanberartimenjadiAqidah Islam sebagaisumbersegalamacamilmupengetahuan, melainkanmenjadistandarbagisegalailmupengetahuan. Makailmupengetahuan yang sesuaidenganAqidah Islam dapatditerimadandiamalkan, sedang yang bertentangandengannya, wajibditolakdantidakbolehdiamalkan. • Kedua, menjadikanSyariah Islam (yang lahirdariAqidah Islam) sebagaistandarbagipemanfaataniptekdalamkehidupansehari-hari. Standarataukriteriainilah yang seharusnya yang digunakanumat Islam, bukanstandarmanfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang adasekarang. Standarsyariahinimengatur, bahwabolehtidaknyapemanfaataniptek, didasarkanpadaketentuan halal-haram (hukum-hukumsyariah Islam). Umat Islam bolehmemanfaatkaniptek, jikatelahdihalalkanolehSyariah Islam. SebaliknyajikasuatuaspekiptektelahdiharamkanolehSyariah, makatidakbolehumat Islam memanfaatkannya, walau pun iamenghasilkanmanfaatsesaatuntukmemenuhikebutuhanmanusia.
Penutup • Dari uraian di atasdapatdipahami, bahwaperan Islam yang utamadalamperkembanganipteksetidaknyaada 2 (dua). Pertama, menjadikanAqidah Islam sebagaiparadigmapemikirandanilmupengetahuan. Jadi, paradigma Islam, danbukannyaparadigmasekuler, yang seharusnyadiambilolehumat Islam dalammembangunstrukturilmupengetahuan. Kedua, menjadikansyariah Islam sebagaistandarpenggunaaniptek. Jadi, syariah Islam-lah, bukannyastandarmanfaat (utilitarianisme), yang seharusnyadijadikantolokukurumat Islam dalammengaplikasikaniptek. • Jikaduaperaninidapatdimainkanolehumat Islam denganbaik, insyaallahakanadaberbagaiberkahdari Allah kepadaumat Islam danjugaseluruhumatmanusia. Mari kitasimakfirman-Nya: “Kalausekiranyapenduduknegeri-negeriberimandanbertakwa, pastilah Kami akanmelimpahkankepadamerekaberkahdarilangitdanbumi, tetapimerekamendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksamerekadisebabkanperbuatannya.” (Qs. al-A’raaf [7]: 96).