1 / 13

UPAYA MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU

UPAYA MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU. Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi , yaitu 1. kompetensi pedagogis , 2. kognitif , 3. personaliti , 4. sosial .

Download Presentation

UPAYA MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. UPAYA MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU Guru profesionalseharusnyamemilikiempatkompetensi, yaitu 1. kompetensipedagogis, 2. kognitif, 3. personaliti, 4. sosial. Oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik.

  2. PROFESI GURU DAN DOSEN MERUPAKAN BIDANG PEKERJAAN KHUSUS YANG MEMERLUKAN PRINSIP-PRINSIP PROFESIONAL. MEREKA HARUS : (1) memilikibakat, minat, panggilanjiwa, danidealisme, (2) memilikikualifikasipendidikandanlatarbelakangpendidikan yang sesuaidenganbidangtugasnya, (3) memilikikompetensi yang diperlukansesuaidenganbidangtugasnya.Di sampingitu, merekajugaharus: (4) mematuhikodeetikprofesi, (5) memilikihakdankewajibandalammelaksanakantugas, (6) memperolehpenghasilan yang ditentukansesuaidenganprestasikerjanya, (7) memilikikesempatanuntukmengembangkanprofesinyasecaraberkelanjutan, (8) memperolehperlindunganhukumdalammelaksanakantugasprofesionalnya, dan (9) memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum (sumber UU tentang Guru dan Dosen).

  3. BILA KITA MENCERMATI PRINSIP-PRINSIP PROFESIONAL DI ATAS, KONDISI KERJA PADA DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA MASIH MEMILIKI TITIK LEMAH PADA HAL-HAL BERIKUT : • Kualifikasi dan latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan bidang tugas. Di lapangan banyak di antara guru mengajarkan mata pelajaran yang tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang dimilikinya. (2) Tidak memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas. Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, seorang guru selain terampil mengajar, juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik.

  4. (3) Penghasilan tidak ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.Sementara ini guru yang berprestasi dan yang tidak berprestasi mendapatkan penghasilan yang sama. Memang benar sekarang terdapat program sertifikasi. Namun, program tersebut tidak memberikan peluang kepada seluruh guru. Sertifikasi hanya dapat diikuti oleh guru-guru yang ditunjuk kepala sekolah yang notabene akan berpotensi subjektif. (4) Kurangnya kesempatan untuk mengembangkan profesi secara berkelanjutan. Banyak guru yang terjebak pada rutinitas. Pihak berwenang pun tidak mendorong guru ke arah pengembangan kompetensi diri ataupun karier. Hal itu terindikasi dengan minimnya kesempatan beasiswa yang diberikan kepada guru dan tidak adanya program pencerdasan guru, misalnya dengan adanya tunjangan buku referensi, pelatihan berkala, dsb.

  5. Profesionalismedalampendidikanperludimaknai he does his job well. Artinya, guru haruslahorang yang memilikiinstingpendidik, paling tidakmengertidanmemahamipesertadidik. Guru harusmenguasaisecaramendalam minimal satubidangkeilmuan. Guru harusmemilikisikapintegritasprofesional. Denganintegritasbarulah, sang guru menjaditeladanataurole model.

  6. Menyadaribanyaknya guru yang belummemenuhikriteriaprofesional, guru danpenanggungjawabpendidikanharusmengambillangkah. Hal-hal yang dapatdilakukandiantaranya : • penyelenggaraanpelatihan. Dasarprofesionalismeadalahkompetensi. Sementaraitu, pengembangankompetensimutlakharusberkelanjutan. Caranya, tiada lain denganpelatihan. • Pembinaanperilakukerja. Studi-studisosiologisejakzaman Max Weber diawalabad ke-20 danpenelitian-penelitianmanajemenduapuluhtahunbelakanganbermuarapadasatukesimpulanutamabahwakeberhasilanpadaberbagaiwilayahkehidupanternyataditentukanolehperilakumanusia, terutamaperilakukerja

  7. (3) Penciptaanwaktuluang. Waktuluang (leisure time) sudah lama menjadisebuahbagianprosespembudayaan. Salahsatutujuanpendidikanklasik (Yunani-Romawi) adalahmenjadikanmanusiamakinmenjadi "penganggurterhormat", dalamartisemakinmemilikibanyakwaktuluanguntukmempertajamintelektualitas (mind) dankepribadian (personal). (4) Peningkatankesejahteraan. Agar seorang guru bermartabatdanmampu "membangun" manusiamudadenganpenuhpercayadiri, guru harusmemilikikesejahteraan yang cukup.

  8. 11AsumsiPendidikakanDiperlakukandenganHormat • Secararelatifmerekadibayarlebihbaikdaripadaapa yang merekadapatkansekarangdimanapunmerekadipekerjakan. • Mereka mempunyai pilihan untuk mengaktualkan kemampuan profesionalnya dengan bekerja secara memandu sendiri. • Mereka mempunyai peluang untuk menyuarakan secara lebih besar mengenai peran dalam tugas mereka. • Adanya kejelasan mengenai alur puncak karier yang tersedia bagi mereka • Merekamengawasiperanmerekasendiri • Merekamebuatkeputusantentangsiswapada level unit kerjamereka. • Merekamemilikirencanapembayaranjasa yang dibedakanantara guru yang mampudan yang kurangmampu. • Aktualisasidiridalamkerangkamembangunrelasidengan yang lain. • Pemberiantanggungjawabdantambahankesejahteraandalamanekabentuknya. • Lingkunganmemberikansuplaidimanadisiplintidaklagimenjadifokusutamaperilaku guru. • Adanya perlindungan kebebasan akademik bagi guru. Guru yang tidak kompeten tidak diberi peluang untuk memnuntut hak lebih banyak dan mereka tidak perlu dibela oleh organisasi.

  9. 5 Cara Guru Belajar • 1.Guru belajardaripraktikpembelajaran yang dilakukannya Cara belajar guru yang pertamainidilakukanmelaluiusahauntuksenantiasamemonitor, menganalisisdanmelakukanrefleksiatassetiappraktikpembelajaran yang dilakukannya. Melaluicarasepertiini guru akanmemperolehsejumlahpengetahuandanpemahamanbaru (the best practice) tentangsiswa, sekolah, kurikulum, danberbagaistrategipembelajaran. KegiatanPenelitianTindakanKelas (1, 2) merupakansalahsatubentukcarabelajar guru semacamini (Cochran-Smith and Lytle, 1993).

  10. 2.Guru belajar melalui interaksi dengan guru lain Cara belajar guru yang kedua dapat dilakukan melalui interaksi dengan guru lain, baik secara formal maupun informal. Secara formal, misalnya melalui kegiatan mentoring (tutorial) yang dilakukan oleh guru senior yang berpengalaman terhadap guru baru (novice), berdasarkan penugasan secara resmi dari sekolah. Dalam hal ini, guru baru dapat menimba berbagai pengetahuan dan keterampilan dari mentornya (Feiman-Nemser and Parker, 1993). Sedangkan secara informal dapat dilakukan melalui kegiatan pembicaraan yang tidak resmi, misalnya pada saat berada di ruang guru, halaman sekolah dan tempat-tempat lainnya yang sifatnya tidak resmi. Bentuk lain belajar melalui interaksi dengan guru lain adalah melalui kegiatan MGMP/MGBK dan pertemuan profesional lainnya, dimana guru dapat saling belajar dan berbagi pengetahuan. Kegiatan supervisipembelajaran, baik oleh guru senior, kepala sekolah maupun pengawas sekolah, termasuk ke dalam kategori cara belajar ini. Demikian juga, program lesson study merupakan salah satu bentuk cara belajar guru melalui interaksi dengan guru lain.

  11. 3.Guru belajar melalui ahli/konsultan Cara yang ketiga, guru dapat belajar melalui ahli/konsultan. Dalam kegiatan ini, sekolah menyediakan seorang atau beberapa orang ahli/konsultan khusus dari luar untuk membelajarkan para guru di sekolah. Secara berkala, ahli/konsultan tersebut dihadirkan di sekolah untuk membelajarkan guru, misalnya dalam bentuk workshop atau layanan konsultasi. Melalui cara ini, para guru akan memperoleh pemahaman tentang berbagai inovasi pendidikan sekaligus memperoleh bimbingan dalam penerapannya. Dalam konteks ini, pengawas sekolah (educational supervisor) seyogyanya dapat diposisikan sebagai tenaga konsultan yang dibutuhkan untuk kepentingan peningkatan kemampuan guru.

  12. 4.Guru belajar melalui pendidikan lanjutan dan pendalaman Asumsi yang mendasari cara yang keempat ini, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang, semakin lebih baik pula tingkat kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kemampuan guru, seyogyanya guru didorong untuk dapat melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi atau mengikuti pendidikan pendalaman akademik. Pendidikan lanjutan artinya guru melanjutkan studi sesuai dengan bidangnya, misalkan seorang guru Bimbingan dan Konseling yang sudah memiliki tingkat pendidikan S1, kemudian dia melanjutkan lagi studinya ke S2 Program Magister Bimbingan dan Konseling, dan seterusnya. Sedangkan pendidikan pendalaman, bisa dilakukan melalui kursus-kursus dan pendidikan alternatif yang relevan

  13. 5.Guru belajarmelalui cara yang terpisahdari tugas profesionalnya. Cara yang kelimaini, gurubelajartentanghal-hal yang sebenarnyatidakberhubunganlangsungdengan tugas-tugas profesionalnya, sepertipengembangankemampuanintelektual dan moral terkaitperannyasebagaiorangtua, mengikutipelatihansebagaipengurusorganisasi di masyarakat, pelatihankepemimpinandalambisnis dan sebagainya.“They learn about nondidactic forms of instruction…”, demikiandikemukanolehLucido (1988). Meskitidakberhubunganlangsungdengantugasprofesionalnya, beberapahasil-hasilpelatihantersebutdapatditransferuntukkepentinganpenguatankemampuannyasebagai guru.

More Related