1 / 47

PENGENDALIAN VEKTOR

PENGENDALIAN VEKTOR. ( Aedes Aegypti, Albopictus). PENDAHULUAN. Penyakit DBD adalah menular yang sering menimbulkan wabah serta menyebabkan kematian pada orang banyak Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypt

qamra
Download Presentation

PENGENDALIAN VEKTOR

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENGENDALIAN VEKTOR

  2. (Aedes Aegypti, Albopictus)

  3. PENDAHULUAN • Penyakit DBD adalah menular yang sering menimbulkan wabah serta menyebabkan kematian pada orang banyak • Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypt • Nyamuk tersebut tersebar disekeliling rumah kita sehingga keluarga serta masyarakat mengandung resiko tertular penaykit DBD • Obat setara vaksin untuk penyakit ini belum ada, sehingga untuk memberantas penyakit ini adalah dengan membasmi nyamuk Aedes Aegypt.

  4. NYAMUK PENULAR DBD (Aedes Aegypt) 1. Sirkulasi/Sifat Perkembang-biakan Namyuk Aedes Aegypt Nyamuk Dewasa Telur Pupa Kepompong Jentik-Jentik

  5. LIFE CYCLE OF AEDES MOSQUITO 2-3 days 2-3 days 2 weeks 8-9 days 2-3 days GROUP: AEDES

  6. Nyamuk Aedes Aegypti & Perkembangbiakannya.

  7. A. Sifat-sifat Nyamuk Aedes Aegypt : • Berwarna hitam dan belang-belang (loreng) putih pada seluruh tubuhnya • Berkembang biak ditempat penampungan air & barang-barang yang memungkinkan air tergenang • Berkembang biak diselokan/got atau kolam air yang langsung berhubungan dengan tanah • Biasanya mengigit (menghisap darah) pada pagi hari hingga sore hari • Mampu terbang sejauh 100 meter 2. Ciri / Sifat Nyamuk Aedes Aegypt

  8. B. Sifat-sifat Jentik-Jentik Nyamuk Aedes Aegypt : • Berenang bebas diair • Mengalami 4 stage (instar 1 s/d3) • Ada corong udara dgn pecten & sekelompok bulu2 • Pada waktu istirahat membentuk sudut pd permukaan air • Banyak dijumpai pd genangan air dgn tempat tertentu (drum,bak,tempayan,kaleng bekas & pelepah pohon)

  9. C. Sifat-sifat Telur Nyamuk Aedes Aegypt : • Diletakkan pada dinding tempat air atau pd benda2 yg terapung di permukaan air satu persatu • Sekali bertelur 300 butir • 2-3 hari • Bisa bertahan tanpa air selama ± 6 bulan.

  10. Tempat-tempat penampungan air seperti :Bak mandi, Tempayan Air, Drum, Bak WC • Barang-barang yang memungkinkan air tergenang seperti : tempat minum burung, pot tanaman, vas bunga, ban bekas, plastik, kaleng bekas atau sampah-sampah yang dibuang sembarangan 3. Tempat-tempat Perkembang Biakan Nyamuk Aedes Aegypti

  11. Jenis container

  12. CARA PENULARAN PENYAKIT DBD • Penyakit DBD hanya dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti betina • Nyamuk ini mendapat virus dengue sewaktu menggigit / menghisap darah orang yang TIDAK sakit tetapi dalam darahnya terdapat virus dengue. (orang yang memiliki kekebalan terhadap virus) • Orang yang mengandung virus dengue tetapi tidak sakit dapat pergi kemana saja sehingga dapat menularkan virus tersebut kepada orang lain ditempat yang ada nyamuk aedes aegypti

  13. Virus dengue yang terhisap akan berkembang biak dan menyebar keseluruh tubuh nyamuk termasuk kelenjar liurnya • Bila nyamuk tersebut menggigit / meghisap darah orang lain maka virus akan pindah bersama air liur nyamuk • Bila orang yang ditulari tidak memiliki kekebalan maka ia akan segera menderita DBD • Nyamuk Betina Aedes albopictus membawa virus chikungunya sebagai penyebab penyakit Chikungunya.

  14. Nyamuk Aedes Aegypti yang sudah mengandung virus dengue , seumur hidupnya dapat menularkan kepada orang lain. • Dalam darah manusia, virus dengue akan mati dengan sendirinya dalam waktu lebih kurang satu minggu.

  15. GEJALA KLINIS • Demam akut 2-7 hari,bersifat bifasik • Manifestasi pendarahan yang biasanya berupa : petekia, ekimosis atau purpura, hematermesis atau melena • Trombositopenia < 150.000 μl. • Terjadi kebocoran plasma

  16. Tindakan Dini Yang Harus Dilakukan • Beri minum sebanyak-banyaknya dengan air yang sudah dimasak seperti : Air susu, sari buah, air teh, oralit atau air lainnya • Kompres • Berikan obat penurun panas • Segera berobat ke Puskesmas / Dokter

  17. CARA MENCEGAH DBD UNTUK MENCEGAH PENYAKIT DBD, NYAMUK PENULARNYA HARUS DIBERANTAS SEBAB VAKSIN UNTUK MENCEGAH BELUM ADA. MEMBERANTAS JENTIK-JENTIK NYAMUK DBD DI TEMPAT-TEMPAT AIR MENGGENANG. MELAKSANAKAN KEGIATAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE (PSN-DBD)

  18. 3 M PLUS • 3 M : MENGURAS,MENUTUP, MENGUBUR • MEMBUBUHKAN LARVASIDA • MEMELIHARA IKAN • MENGUSIR NYAMUK : MEMBAKAR OBAT NYAMUK MEMASANG kawat kasa , MENGGUNAKAN kelambu, PAKAIAN PANJANG. MENCEGAH GIGITAN : MENGOLESKAN REPELANT • MENYEMPROT RUANGAN

  19. 3M Larvasiding Ikanisasi Obat Nyamuk Semprot Obat Nyamuk Gosok plus Pencahayaan Ventilasi Kasa

  20. Pathobiocenosis ; Interaksi tikus, artropoda dan manusia Leptospirosis Kupu, Lepidoptera Caplak, Haemophysalis, Hyaloma, Dermacentor, Ornithodoros, Rhipicephalus Kutu, Anoplura Kalajenking (Acarina) Pes Pinjal Tikus di dalam sarang Tungau (Acarina) Kelabang, Myriapoda (Acarina) Demam semak Murine typhus Kaki seribu, Diplopoda Kumbang predator, Hemiptera

  21. Biologi dan Perilaku Pinjal • Tubuh pinjal dewasa adalah pipih bilateral, • Berukuran 1,5-4 mm, • berwarna kuning terang hingga coklat tua, • tidak bersayap, • memiliki 3 pasang tungkai panjang yang digunakan untuk lari dan melompat, tungkai dan tubuhnya ditutupi rambut kasar atau rambut-rambut halus,

  22. Biologi dan Perilaku Pinjal • Kepalanya kecil berbentuk segitiga dengan sepasang mata dan 3 ruas antena yang berada pada lekuk antena di belakang antena ada yang dilengkapi dengan sisir gena dan ada juga yang tidak, • Bagian tubuh terdiri dari protoraks, mesotorak dan metatoraks dan pinjal • Balam siklus hidupnya mengalami metamorfosa sempurna.

  23. Peranan Pinjal dalam Bidang Kesehatan • Pinjal dapat mengganggu manusia maupun hewan baik secara langsung (reaksi kegatalan pada kulit dan bentuk-bentuk kelainan kulit lainnya) dan secara tidak langsung (menimbulkan beberapa penyakit)

  24. Peranan Pinjal dalam Bidang Kesehatan • Contohnya penyakit yang dapat ditularkan melalui pinjal adalah : bubonic plaque atau pes yang disebabkan oleh Pasteurella pestis atau Xenopsyllacheopis, kecacingan pada anjing dan kucing dan kecacingan pada anak-anakyang bermain dengan anjing dan kucing.

  25. Pengendalian Pinjal • Pengendalian secara mekanik- fisik adalah : • Membersihkan karpet • Membersihkan alas kandang hewan peliharaan • Membersihkan lantai rumah dengan vaccum cleaner • Menjaga kebersihan kandang dan lingkungan hewan peliharaan

  26. Pengendalian Pinjal • Memberi nutrisi yang tinggi gizi untuk meningkatkan daya tahan hewan juga perlindungan dari kontak hewan piaraan dengan hewan liar atau tidak terawatt lain disekitarnya. • Untuk binatang pengerat seperti tikus adalah dengan : membuang sampah pada tempat-tempat yang tertutup, membuat konstruksi rumah yang rapat tikus (ratprofing

  27. Pengendalian Pinjal • Pengendalian secara kimia • Pada hewan peliharaan : penggunaan rotenone atau pyretherum yang dapat berupa dust, dan penggunaan malathion dan carboryl dalam bentuk 2-5% debu atau 0,5% semprot. • Saat ini di pasaran banyak dijual bahan-bahan pengendalian pinjal untuk hewan peliharaan seperti : sampo, spray, bahan dipping, sabun foam untuk mandi, serbuk bedak dan spoton, kerah atau kalung anti pinjal dan tablet yang dapat ditelan oleh hewan peliharan

  28. Pengendalian Pinjal • Aplikasi IGR (insect Growth Regulator) adalah pengendalian stadium pradewasa pinjal dengan cara penghambatan pembentukan kitin dengan alsistin, siromazine, diflubenzuron, lufenuron, piriprosifen, fenoksikarb dan metoprene. • Di pasar produk IGR dalam bentuk sampo, spray, maupun collar bahkan oral yang berupa tablet sudah dapat ditemukan.

  29. Pengendalian Pinjal • Pada binatang pengerat seperti tikus : • Dusting (penaburan bubuk insektisida) pada ling terowongan dan tempat persembunyian binatang mengerat • Penggunaan bumbung bamboo insektisida • Fumigasi dengan propoxur, permethrin, eyfluthrin, deltametrin • Repelen : dielthyl-toluamide (deet)

  30. DAN VEKTOR ektoparasit

  31. Peranan Lipas Dibidang Kesehatan • Lipas mempunyai perilaku mengeluarkan makanan yang baru dikunyahnya atau memuntahkan makanan dari lambungnya, makanan ini berasal dari sisa-sisa makanan kita bahkan dari kotoran manusia, sehingga lipas mudah menularkan penyakit (vector mekanis phatogen) pada manusia. • Penyakit yang dapat ditularkan oleh lipas adalah : • Diare yang diakibatkan oleh protozoa : Entamoeba histolytica, Trichomonas hominus, Giardia intestinalis, Balantidum coli • Disentri, diare, lepra, pes dan demam typhoid yang diakibatkan oleh bakteri : Mycobacterium leprae, Pasteurella pestis, Shigella dysentriae, Shigella paradysentriae, Stapylococcus aureus, Yersinia pestis, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Salmonella typhimurium

  32. Peranan Lipas Dibidang Kesehatan • Lipas mempunyai perilaku mengeluarkan makanan yang baru dikunyahnya atau memuntahkan makanan dari lambungnya, makanan ini berasal dari sisa-sisa makanan kita bahkan dari kotoran manusia, sehingga lipas mudah menularkan penyakit (vector mekanis phatogen) pada manusia. • Penyakit yang dapat ditularkan oleh lipas adalah : • Diare yang diakibatkan oleh protozoa : Entamoeba histolytica, Trichomonas hominus, Giardia intestinalis, Balantidum coli • Disentri, diare, lepra, pes dan demam typhoid yang diakibatkan oleh bakteri : Mycobacterium leprae, Pasteurella pestis, Shigella dysentriae, Shigella paradysentriae, Stapylococcus aureus, Yersinia pestis, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Salmonella typhimurium

  33. Kecacingan yang disebabkan oleh : Schistosoma haematobium, Taenia saginata, Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale, Necator americanus, Hymenolepisnana, Moniliformis moniliformis, Gongylonema neoplasticum, Spirura gastrophila dan Oxyspirura mansonia. • Polio, hepatitis yang disebabkan oleh virus Poliomielitis, virus Hepatitis dan virus Coxackie • Kulit yang disebabkan oleh jamur : Aspergillus fumigatus, A. niger, Candida krusei, Candida tropicalis, Mucor spr, Rhizopus dan Trichoderma viride

  34. Tinja lipas juga mengandung asam xanturenat, asam kinurenat dan asam 8 hidroksikuinaldat yang bersifat mutagenic dan karsinogenik.

  35. Pengendalian Lipas • Dalam upaya pengendalian lipas pengetahuan akan bioekologi dan prilaku lipas merupakan hal penting dimiliki oleh pengendali supaya mendapatkan hasil yang optimal seperti : pemeriksaan awal yang menyeluruh terhadap seluruh wilayah yang hendak diberantas, pencatatan dan pemetaan hasil pengamatan seluruh wilayah populasi kecoa. Pengendalian lipas terdiri dari 4 metode yaitu :

  36. Pengendalian Lipas • Sanitasi • Meniadakan tempat hidup dan meniadakan makanan, minuman bagi lipas/kecoa • Menutup semua lubang/celah atau retakan pada gedung-gedung yang memungkinkan lipas/kecoa untuk masuk • Sering membersihkan tempat-tempat yang memungkinkan lipas tinggal seperti tempat cucian, pemanas, kulkas dll • Timbunan kertas, karton, kardus atau bahan lainnya harus segera dibuang • Menyimpan bahan makanan dan makanan jadi pada tempat-tempat tertutup • Membuang sampah pada tempatnya dan dibuang setiap hari ke tempat pembuangan akhir • Memasang kawat kasa pada saluran pembuangan air. • Menggambil kapsul telur yang terdapat pada celah-celah dinding, almari, peralatan dengan cara dibakar atau dihancurkan

  37. Pengendalian Lipas • Keuntungan metode ini : • Mudah dilakukan • Biaya rendah • Kelemahan metode ini : • jika tingkat intensitas lipas tinggi metode ini kurang mendapat hasil yang maksimal

  38. Pengendalian Lipas 2. Penggunaan jebakan/pengumpanan (trapping) • Pengumpanan atau jebakan sangat efektif dilakukan jika dibarengi dengan insektisida. Jebakan yang sering dipakai adalah sticky trap dengan feromon yang dapat menarik lipas berkumpul. • Jebakan atau umpan harus diletakkan sedemikian rupa agar lipas merasa itu bukan jebakan, jika lipas tidak terjebak pada jebakan pertama maka setelah 2 hari jebakan harus segera dipindahkan. • Insektisida yang dapat digunakan pada umpan adalah : • Trichlorphon dan dichlorvos (umpan siap pakai) • Abamectin (berbentuk jeli atau bubuk siap pakai) • Abamectin dan hydroprene (bait station) • Boric acid (berbentuk pasta siap pakai) atau berbentuk granul • Fipronil (bait station) • Hydromethylnon (berbentuk granul atau jeli siap pakai)

  39. Pengendalian Lipas • Keuntungan menggunakan metode ini adalah : • Dapat digunakan untuk menentukan daerah-daerah persembunyian kecoa • Dapat digunakan untuk menentukan infestasi kecoa • Dapat digunakan untuk upaya memonitoring keefektipan umpan • Dapat mendekteksi populasi kecoa • Tidak mahal • Nyaman dipakai • Insektisida yang dipakai sebagai umpan tidak toksik • Kelemahan metode ini : • Hanya mampu memberantas lipas dewasa • Membutuhkan perhatian dan kesabaran • Membutuhkan ketepatan dalam meletakkan jebakan

  40. Pengendalian Lipas 3. Phisik Adalah pengendalian dengan menggunakan alat ultrasonic dan elektromagnetis 4. Kimiawi Adalah dengan menggunakan insektisida yang dapat berupa : • Residual (surface spray) : Bendiocarb 50% WP, Chlorpyrifos 30%EC, Deltamethrin 1% SC, Permethrin 25% WP, Propoxur 20% EC dan Propoxur 80% WP • Non residual (Space spray) : Dichlorvos (high pressure aerosol atau fogging), Pyrethrins dan Piperonyl butoxide (high pressure aerosol atau fogging) dan Hydroprene (one shot aerosol) • Dusting (tabor) : Boric acid 1% dust, Bendiocarb 17,3% dust, Permethrin 1% dust, Propoxur 1% dust, Pyrethrins dengan Rotenon dan Piperronyl butoxide 2% dust • Baiting : Trichlorphon dan dichlorvos (umpan siap pakai), Abamectin (berbentuk jeli atau bubuk siap pakai), Abamectin dan hydroprene (bait station), Boric acid (berbentuk pasta siap pakai) atau berbentuk granul, Fipronil (bait station), Hydromethylnon (berbentuk granul atau jeli siap pakai) • Pengendalian lipas dengan menggunakan insektisida telah dilakukan pada pertengahan abad 20, apa yang digunakan dijelaskan pada table dibawah ini :

  41. Pengendalian Lipas • Baiting : Trichlorphon dan dichlorvos (umpan siap pakai), Abamectin (berbentuk jeli atau bubuk siap pakai), Abamectin dan hydroprene (bait station), Boric acid (berbentuk pasta siap pakai) atau berbentuk granul, Fipronil (bait station), Hydromethylnon (berbentuk granul atau jeli siap pakai) • Pengendalian lipas dengan menggunakan insektisida telah dilakukan pada pertengahan abad 20

  42. Pengendalian Lipas • Kelemahan metode ini : • Insektisida residual meninggalkan bahan residu pada aplikasinya • Perlu dilakukan pengulangan aplikasi insektisida untuk mendapatkan hasil yang optimal • Membutuhkan keterampilan dalam mengkombinasikan bahan-bahan insektisida dalam pemakaiannya • Penggunaan insektisida dari jenia minyak harus hati-hati karena dapat merusak permukaan benda atau tempat yang disemprot dan dapat menimbulkan kebakaran • Jenis insektisida yang berbentuk bubuk tidak cocok untuk lokasi yang basah Dapat menimbulkan resistensi pada lipas • Harganya mahal • Harus memperhatikan aturan pakai yang tertera pada labelnya • Dapat mencemari lingkungan jika botol-botol bekas atau kemasan insektisida dibuang begitu saja ke lingkungan • Dapat menimbulkan keracunan pada saat aplikasi

  43. Pengendalian Lipas • Keuntungan metode ini : • Efektif untuk mengendalikan lipas dalam jumlah yang tinggi • Hasil diperoleh dengan cepat

More Related