1 / 24

Jabodetabek

Esensi Perencanaan Spasial. Triarko Nurlambang Dept. Geografi FMIPA UI. Jabodetabek. Daerah Aliran Sungai. laut. laut. laut. laut. Garis dan Spasial. Jaringan jalan (Sistem Grid). Struktur Kota (Pola Konsentrik). Perubahan Pola Bentuk Spasial (contoh spatial diffusion). t3. t3.

odelia
Download Presentation

Jabodetabek

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Esensi Perencanaan Spasial Triarko Nurlambang Dept. Geografi FMIPA UI Jabodetabek

  2. Daerah Aliran Sungai laut laut laut laut Garis dan Spasial Jaringan jalan (Sistem Grid) Struktur Kota (Pola Konsentrik)

  3. Perubahan Pola Bentuk Spasial (contoh spatial diffusion) t3 t3 t2 t2 t1 t1 Expansion Diffusion Relocation Diffusion Combinataion of Expansion and Relocation

  4. Urban forms

  5. Path of Spatial Explanation Problems Hypothesis Observation / description Classification Law Theory Models Explanation

  6. Masalah Pengukuran (dari data Kualitatif ke data Kuantitatif) • Masalah Umum Penelitian: • Kompleksitas yang tinggi (positif ke relatif) • Representativeness dan tingkat kesalahan • Sampling technique • Waktu dan tenaga • Masalah Khusus Penelitian: • Konversi Kualitatif (data primer) ke • kuantitatif (data sekunder) • Konversi data/ info ke aspek spatial/ruang • Penarikan garis delineasi (poligon) -> garis • sama nilai (contohnya iso….) • Otomatisasi

  7. Spatial Cognition dan Mental Maps Sense of Place Environmental cognition Spatial Cognition Cognitive mapping Social Mapping Mental Maps Suatu proses transformasi psikologis yang diharapkan, disimpan, recalls dan decodes information tentang lokasi dan atribut dari satu fenomena kejadian kehidupan sehari-hari.

  8. How to put / develop values into practice (Sense of Place membentuk Tata Ruang) SPACE VALUE ? Spatial Imagination Values Cognitive Space Affective Space Conative Cognitive Affective Conative Psychological transformation perencanaan wilayah Spatial Behavior Practices Spatial arrangement / Tata Ruang

  9. Sense of Place/ Mental Map dalam Proses Perencanaan Daerah Cognitive Space Sense of Place Affective Space Spatial Attributes Physical Landscape Cultural Landscape Spatial Behavior Relative Approach Positive Approach Spatial Arrangement Regional Planning Process

  10. Contoh Aplikasi Metode Deduktif (kasus penerapan Dialect Topography) Adat Iklim Geomorfologi Agama Demografi Hidrologi Spatial behavior Lanskap Fisik Lanskap Sosial Iptek Perumusan Karakteristik Sosial Pemahaman Karakteristik Dinamika Masyarakat Perumusan Karakteristik Sosiolinguistik Desk research Penetapan variabel makro Perumusan Prototipe Hipotetis Dialect Topography Perumusan Dialect Topography Desk Research Penetapan Prototipe Model Hipotetis Dialect Topography Survey data primer Simulasi isogloss

  11. Jabodetabek 1983

  12. Jabodetabek 1993

  13. Jabodetabek 2003

  14. Indikasi Perkembangan DKI Jakarta • JAKARTA UTARA • Sulit berkembang lebih jauh kecuali ada peremajaan kota ataupun ekspansi lahan (reklamasi) • Ouput per kapita bruto Rp 3,36 m (proyeksi 2005) • jumlah penduduk 1,82 jt jiwa (proyeksi 2005) • JAKARTA BARAT • Pusat perdagangan dan industri dikembangkan di daerah yang berbatasan dengan Jakrta Utara dan Pusat • Pemukiman banyak dikembangkan ke arah barat-Tangerang • Tangerang telah menjadi daerah tertutup untuk industri • Output per kapita bruto Rp 4,73 m (proy. 2005) • Jumlah pnddk 2,53 jt jiwa (proyeksi 2005) • JAKARTA PUSAT • Merupakan daerah yang terbatas untuk dikembangkan; sebagian merupakan perumahan ‘high class’ dan apartemen di Jakarta • Pusat perdagangan dan jasa masih cukup dominan • Output per kapita bruto Rp 13,48 m (proy. 2005) • Jumlah pnddk 1,10 jt jiwa (proyeksi 2005) • JAKARTA TIMUR • Akan dikembangkan sebagai pusat perindustrian dan pergudangan ke arah timur-Bekasi • Masih banyak tanah yg tersedia untuk pembangunan • Output per kapita bruto Rp 4,42 m (proy. 2005) • Jumlah pnddk 2,80 jt jiwa (proyeksi 2005) • JAKARTA SELATAN • Masih banyak tanah yang dapat dikembangkan, dititikberatkan menjadi daerah resapan air • pemukiman terbatas masih dimungkinkan • Output per kapita bruto Rp 7,17 m (proy. 2005) • Jumlah pnddk 2,32 jt jiwa (proyeksi 2005) Sumber: Chotib - LD FEUI, 1999

  15. DKI JAKARTA “J” shape daerah masy. kelas atas

  16. Gambaran Singkat Arah Pergerakan Pembangunan Jabodetabek (Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi) Reklamasi/ waterfront city Teluk Naga / Batu Ceper Pulogadung / Cakung Serpong/Bintaro Cilangkap/ Cibubur Depok/ Cimanggis Cibinong/ Citeureup Kota Bogor dan sekitarnya

  17. Komentar Perkembangan Kota Jabodetabek dan pilihan wilayah untuk BPRS untuk kajian selanjutnya • Kajian untuk Jakarta • Wilayah Jakarta Utara dan Pusat sulit untuk dipenetrasi karena secara praktis bukan target area yang tepat untuk BPRS • Wilayah Jakarta Barat sulit untuk berkembang ke arah Tangerang kecuali untuk perumahan real estate kelas menengah-atas  Serpong/Bintaro (daya tarik sebagai daerah industri kalah baik dibandingkan wilayah timur) • Wilayah timur berkembang cukup pesat sebagai daerah industri dan multipliernya sehingga menarik masyarakat / industri kelas bawah dan menengah • Wilayah selatan menjadi pilihan tempat pemukiman baru bagi kalangan masy. SES bawah-menengah (terutama untuk masyarakat pekerja) •  Pilihan cenderung untuk wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan • Kajian Jabodetabek • Wilayah Tangerang relatif sulit berkembang ketimbang Bekasi, khususnya dikaitkan dengan perkembangan daerah industri. Multiplier sektor industri ini akan menjadi daya tarik masyarakat khususnya kelas bawah-menengah dan industri UMKM • Wilayah sebelah selatan yaitu Depok dan Bogor akan memperoleh dampak “spill-over” dari perkembangan Jakarta yang semakin mahal biaya hidupnya dan pergusuran. Walaupun ada gejala ‘back-wash’ dari penduduk pinggiran Jakarta dan sekitarnya tetapi gejala ini umumnya untuk masy. kelas menengah-atas dan tinggal di apartemen-apartemen di Jakarta. •  Pilihan cenderung untuk wilayah Bekasi dan Depok/Bogor

  18. Peta dari masa ke masa

  19. Kita Menghadapi "Lingkaran Setan" Pembangunan Pengangguran Pertmbhn eko. rendah Tabungan terbatas Sedikit input modern Ouput pertanian kecil Kurang modal Daya beli rendah Keluarga besar Laju kelahiran tinggi Produktifitas rendah Diet jelek Pendapatan/kapita rendah Permintaan tenga kerja tinggi Kesehatan buruk Kurang gizi Kemiskinan Kondisi hidup tak sehat Output/ pekerja kurang Perumahan tak layak Pendidikan kurang

  20. Sistem Bisnis dan Industri

  21. Sistem Perkotaan

  22. Sistem Mahluk Hidup

  23. Peningkatan Social Capital Otomatis Meningkatkan Kapasitas Creating Value

More Related