1 / 29

SISTEM PENCERNAAN

SISTEM PENCERNAAN. Organ-organ Sistem Pencernaan. Organ sistem pencernaan dikelompokan menjadi 2: Traktus Gastro Intestional, berupa pipa yang memanjang dari mulut sampai ke anus Struktur Asesoris:

nydia
Download Presentation

SISTEM PENCERNAAN

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. SISTEM PENCERNAAN

  2. Organ-organ Sistem Pencernaan Organ sistem pencernaan dikelompokan menjadi 2: • Traktus Gastro Intestional, berupa pipa yang memanjang dari mulut sampai ke anus • Struktur Asesoris: • Yang terdapat dalam mulut (Gigi, lidah, tiga kelenjar saliva: parotid, sublingual, submandibulari) • Berupa organ terpisah yang berfungsi mengeluarkan getah (hati, kandung empedu, dan pankreas)

  3. Aktifitas Sistem Pencernaan Lima aktifitas dasar • ingesti, memasukan makanan kedalam tubuh • Mengalirkan makanan sepanjang saluran pencernaan • Digesti, memecah makanan menjdi lebih kecil • Absorpsi, menyerap makanan dari saluran pencernaan • Defekasi, Pengeluaran sisa makanan yang tidak tercerna

  4. Ingesti dan mastikasi • Di dalam mulut makanan dihancurkan menjadi bagian-bagian lebih kecil melalui: • Mastikasi atau pengunyahan dan • Pelumasan dengan air liur atau saliva

  5. Pengeluaran saliva Saliova diproduksi oleh sel-sel asini dari: • Kelenjar parotis yang mengeluarkan air liur encer • Kelenjar submandibularis yang mengeluarkan air liur yang kaya akan musin • Kelenjar sublingualis • Kelenjar lain-lain pada mukosa mulut

  6. Perangsangan pengeluaran air liur merupakan suatu respon repleks yang dimulai dari reseptor-reseptor yang ada dalam mulut : • Reseptor cita rasa • Reseptor bau • Reseptor raba Akibat mengunyah, rangsangan kemudian diteruskan ke hipotalamus dan pusat pengatur air liur.

  7. Diglutisi Menelan makanan dilakukan setelah pengunyahan, terjadi dalam tiga tahap: 1. Tahap bukal • makanan dikumpulkn diatas lidah sbg bolus • Lidah menekan ke palatum keras, mendorong bolus ke belakang • Palatum lunak terangkat, mencegah makanan masuk kedalam hidung • Bolus didorong ke dalam faring

  8. 2. Tahap faringeal • Faring tertarik ke atas dibawah dasar liodah • Laringeal berkontraksi, • Epiglotis melipat menutup laring untuk mencegah makanan masuk trakea. • Sfingter antara faring esofagus tertutup mencegah udara tertarik kedalam esogfagus selama pernapasan • Sfingter berelaksasi ketika makanan sampai ke sfingter. • Otot faring kemudian mendorong bolus kedalam esofagus bagian atas

  9. 3. Tahap esofagus • Gelombang peristaltik membawa bolus ke bawah terus ke lambung

  10. Getah lambung • Lambung merupakan reservoir sementara, sehingga makanan dapat masuk ke duodenum dengan teratur • secara fungsional lambung dibedakan menjadi • Bagian proksimal, dari kardia, fundus dan bagian proksimal korpus • Bagian distal, meliputi bagian distal korpus dan antrum pilorus.

  11. Komponen getah lambung • Pepsinogen • Dihasilkan sel-sel peptik kelenjar-kelenjar dalam fundus dan korpus • Dalam lumen, oleh HCl akan diubah menjadi pepsin

  12. Asam lambung (HCl) • Dihasilkan sel-sel parietal • Berfungsi : • Mengubah pepsinogen  pepsin • Mensterilkan makanan • Membuat kalsium dan besi lebih mudah diserap dalam usus halus

  13. Faktor intrinsik untuk penyerapan vitamin B12, dihasilkan oleh sel-sel parietal kelenjar-kelenjar dalam fundus dan korpus • Mukus yang bersifat basa • Dihasilkan kelenjar-kelenjar antrum pilorik • Berguna melindungi dinding lambung dari pepsin dan HCl

  14. Tahap-tahap pengeluaran getah lambung • Fase sefalik (fase Psikoneural) • Makanan dalam mulut • Rangsangan berupa citarasa, bau, dan penglihatan • Defisiensi glukosa dalam otak

  15. Fase lokal (Fase Gastrik) • Gastrin dilepas bila isi lambung kentak dengan antrum, secara mekanik dan kemis • Melalui aliran darah gastrin merangsang sekresi HCl • Gastrin dihambat bila pH di dalam lumen kurang dari 3

  16. Fase intestinal • Sekresi lambung ditingkatkan dengan jalur hormonal, oleh regangan duodenum, dan absorpsi asam amino yang menigkat • Sekresi lambung dihambat oleh hormon enterogatron yang dikeluarkan duodenum, bila: • pH kimus yang masuk duodenum rendah • Lemak dalam kimus meningkat

  17. Gerakan usus halus • Ada empat tipe pergerakan usus halus secara otonom: • Gerakan ke belakang dan ke depan dari masing-masing vili, hasil kontraksi otot mukosa • Gerakan pendular oleh otot longitudinal • Gerakan sirkular secara ritmik oleh otot sirkular • Gelombang peristaltik (30-120 cm/menit)

  18. Refleks peristaltik • Refleks dipicu dari arah mulut ke anus • Perangsangan reseptor regang dari bolus menyempitkan lumen di belakangnya dan melebarkan lumen di depannya.

  19. Koordinasi gerakan • Saraf eferen simpatik melalui penghambatan fleksus mienterikus menyebabkan : vasokontriksi pembuluh darah dan relaksasi otot intestinal • Serabut eferen parasimpatik dialihkan dari preganglionik dalam pleksus mienterikus • Pleksus submukosa mengandung neuron sensori • Pesan dari saraf dan dari reseptor regang otot perifer

  20. Gerakan usus besar dan proses defekasi • Kimus bergerak dari ileum menuju sekum melalui katup ileo-sekal (lipatan mukosa dalam sekum yang mencegah aliran balik kimus) • Gerakan massa adalah gerakan cepat tiba-tiba dari peristaltik, dimulai dalam kolon tengah • Gerakan ini menggerakan isi usus besar ke dalam kolon bawah sampai rektum

  21. Sel-sel goblet mukosa kolon mengeluarkan mukus yang tidak mengandung enzim, berfungsi melicin feses • Normal rektum kosong dari feses • Saat melewati dan menyentuh dinding rektum timbul sensasi kesadaran akibat keregangan dinding rektum • Keputusan volunter ditentukan, apakah membiarkan refleks defekasi dengan relaksasi sfingter ani eksterna

  22. Defekasi disertai dengan: • Kontraksi peristaltik kuat kolon decenden, kolon pelvis dan rektum • Kontraksi volunter otot-otot dinding abdomen yang meningkatkan tekanan intra abdominal

More Related