1 / 9

PENGANTAR HUKUM ISLAM

PENGANTAR HUKUM ISLAM. M. Sularno Prodi Hukum Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia. XIII. KAIDAH KAIDAH HUKUM ISLAM.

nuwa
Download Presentation

PENGANTAR HUKUM ISLAM

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PENGANTAR HUKUM ISLAM M. Sularno Prodi Hukum Islam FakultasIlmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia

  2. XIII KAIDAH KAIDAH HUKUM ISLAM

  3. A. MUKADIMAH * Di antara obyek bahasan penting Pengantar Hukum Islam yakni perihal kaidah- kaidah Hukum Islam. Ia merupakan pokok-pokok ketentuan yang menjadi acuan dalam memahami, membina, serta mengimplementasikan hukum Islam. * Para Ulama atau juris Islam telah mengadakan penelitian menda- lam terhadap hukum Islam, dan telah merumuskan kaidah-kaidah hukum Islam (kaidah fiqhiyyah) terdasar pada pola pemikiran induktif ( berangkat dari penelusuran atas ketentuan-ketentuan hukum Islam yg bersifat khusus, ditarik menuju ketentuan yg ber sifat umum dengan menggeneralisasikannya).

  4. B. MAKNA KAIDAH HUKUM ISLAM* Kaidah hukum Islam adalah kaidah (ketentuan) universal yang mencakup setiap bagian-bagian dari hukum Islam. * Kaidah hukum Islam adalah hukum Islam yang bersifat mayoritas atau kebanyakan, sehingga jika diterapkan secara tepat pada ke- banyakan satuannya dapat diketahui kedudukan setiap satuan – satua itu, ( Juhaya S. Praja) * Kaidah hukum Islam adalah kaidah- kaidah kulliyyah yang meng umpulkan hukum-hukum juz’I yang sama illat dan sebabnya.C. MANFAAT KAIDAH HUKUM ISLAM (FIQH)1. Mengetahui prinsip-prinsip umum fiqih, dengan kaidah fiqh dapat diketahui benang merah yang mewarnai fiqh dan menjadi titik temu dari masalah- masalah fiqh. 2. Lebih mudah menetapkan hukum bagi masalah-masalah yg diha- dapi, yakni dengan memasukkan/ menggolongkannya kepada salah satu kaidah fiqh yang ada.

  5. 3. Lebih arif dalam menerapkan materi-materi fiqih dalam waktu dan tempat yang berbeda, untuk keadaan, dan adat yang berbeda. 4. Penggunaan kaidah fiqh yang sudah mapan sebenarnya mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah juga, meskipun dgn cara yg tak langsung. (A. Djazuli) Karena kaidah fiqh bersifat umum, maka seharusnya diperhatikn pengecualian, syarat penggunaannya. Seperti : sejauh mana ruang lingkup kaidah tersebut, materi fiqh mana yg masuk ruang lingkup kaidah tersebut.D. SEJARAH SINGKAT PERTUMBUHAN / PERKEMBANGAN* Kaidah hukum Islam baru tersusun secara sistematis bersamaan dengan perkembangan dan pertumbuhan ijtihad di kalangan pakar hukum Islam dan pendiri mazhab hukum Islam. * Mereka menyusun kaidah-kaidah hukum Islam berdasarkan peng- amatan empiriknya yg kemudian dirumuskan melalui pendekatan induktif. Kaidah ini baru dikodifikasikan pada abad III H. Tokoh pendahulu dlm kaidah fiqh adalah Abu Hasan Abdullah bin Husein Al-Karchi.

  6. * Terdapat kaidah hukum yg merupakan asar para imam mazhab, misal : Abu Hanifah yg dikenal dengan nama Abu Yusuf yg ia tulis dalam Al-Kharaj. Mazhab Hanafi ada pada peringkat teratas dlm kedudukan sebagai peletak dasar kaidah hukum yg disertai argu- mentasi. * Ibnu Nujaim seorang ulama Hanafiyah yang menyelaraskan kaidah hukum yang diambil atau dinukil dari Al-Asybah karya As- Sayuti dengan mazhab hanafi. * Menurut Hasbi as Shiddiqi, boleh jadi orang pertama yang menyu- sun kaidah fiqh adalah Abu Tahir al-Dabbas yang hidup pada abad III H dan IV H. Ia mengumpulkan kaidah yg terpenting dari mazhb Hanafiyah sebanyak 17 buah. * Abu Zahrah, terdapat lebih kurang 500 kaidah fiqh. Pemikiran Abu Zahrah dan upaya ulama terdahulu mengisyaratkan untuk selalu melakukan pengujian ulang atas kaidah yang ada, karena perubhn waktu, tempat adat masyarakat.

  7. E. PANCA KAIDAH Secara rinci materi fiqh itu kembali kepada ratusan kaidah fiqh, namun yang sangat penting diketahui (karenapaling sering diguna- kan) ada lima kaidah fiqh yang oleh sebagian ulama diaggap seba- gai dasar dan prinsip umum dan seluruh materi fiqh. 1. Al-Umuru bimaqasidiha.Artinya : Setiap perkara itu menurut maksudnya. Contoh: Pembunuhan ; ada yang sengaja dan tidak sengaja. Nash yg mendasari al : Innamal a’malu bi al-Niyat.2. Al-Yaqinu la yuzalu bi al-SyakkiArtinya : Keyakinan tidak bisa dihilangkan oleh keraguan. Contoh : Keraguan thd batalnya wudu’ berarti belum batal. Nash yg mendasari al : Dikemukakan kpd Rasul ttg seorang laki-laki yg selalu merasa berhadas dlm salatnya, nabi menjelas kan : janganlah orang tsb keluar dari salatnya sampai dia men- dengar suara kentutnya atau mencium baunya (HR. Bukhari-M).

  8. 3. Al-Masyaqqatu tajlibu al-TaisirArti : Kesukaran itu mendatangkan kemudahan Contoh : Boleh tidak puasa bagi yang safar dan sakit. Nash yg mendasari al: Wa ma ja’ala ‘alaikum fi al-Dini min haraj.4. Al-Dararu yuzalArti : Kemadaratan itu harus dihilangkan. Contoh : Boleh makan yang haram karena terpaksa. Nash yg mendasari al : Tidak bolah memadaratkan diri sendiri dan tidak boleh memadaratkan orang lain. (HR. Ibnu Abbas). 5. Al-’Adatu muhkamatunArti : Adat itu bisa ditetapkan sebagai hukum. Contoh : Menentukan waktu terpendek dan terpanjang dari masa haid. Nash yg mendasari al : Ma ra’ahu al-muslimuna hasanan fahuwa ‘indallahi hasanun. (HR. Ahmad).

  9. 3. Al-Masyaqqatu tajlibu al-TaisirArti : Kesukaran itu mendatangkan kemudahan Contoh : Boleh tidak puasa bagi yang safar dan sakit. Nash yg mendasari al: Wa ma ja’ala ‘alaikum fi al-Dini min haraj.4. Al-Dararu yuzalArti : Kemadaratan itu harus dihilangkan. Contoh : Boleh makan yang haram karena terpaksa. Nash yg mendasari al : Tidak bolah memadaratkan diri sendiri dan tidak boleh memadaratkan orang lain. (HR. Ibnu Abbas). 5. Al-’Adatu muhkamatunArti : Adat itu bisa ditetapkan sebagai hukum. Contoh : Menentukan waktu terpendaek dan terpanjang dari masa haid. Nash yg mendasari al : Ma ra’ahu al-muslimuna hasanan fahuwa ‘indallahi hasanun. (HR. Ahmad).

More Related