1 / 15

10 Ciri Orang Yang Berpikir Positif

10 Ciri Orang Yang Berpikir Positif. Arif Rahman Hakim. Optimis, berani ambil resiko dengan penuh perhitungan, orang optimis tahu dan sadar bahwa dalam setiap proses perjuangannya pasti akan menghadapi krikiil -krikil kecil ataupun bebatuan besar yang selalu menghadang!

niyati
Download Presentation

10 Ciri Orang Yang Berpikir Positif

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. 10 Ciri Orang Yang Berpikir Positif Arif Rahman Hakim

  2. Optimis, berani ambil resiko dengan penuh perhitungan, orang optimis tahu dan sadar bahwa dalam setiap proses perjuangannya pasti akan menghadapi krikiil -krikil kecil ataupun bebatuan besar yang selalu menghadang! Bandingkan dengan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup yang terlalu berat dan bikin hidupnya jadi paling sengsara sedunia. 1. Melihat masalah sebagai tantangan

  3. 2. Menikmati hidupnya • Pemikiran positif akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan besar hati, meski tak berarti ia tak berusaha untuk mencapai hidup yang lebih baik.

  4. 3. Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide • Karena dengan begitu, boleh jadi ada hal-hal baru yang akan membuat segala sesuatu lebih baik

  5. Mengenyahkan pikiran negatif segera setelah pikiran itu terlintas di benak Penyakit miskin mental, jika mental kita sudah miskin, maka tidak akan mampu menciptakan prestasi yang maksimal dan mana mungkin nasib jelek bisa dirubah menjadi lebih baik. 4. Buang Sikap Mental Pesimis

  6. 5. Mensyukuri apa yang dimilikinya • Dan bukannya berkeluh-kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya. • Selalu Melihat Kebawah utk meningkatkan rasa syukur

  7. Sudah pasti, gosip berkawan baik dengan pikiran negatif. Karena itu, mendengarkan omongan yang tak ada juntrungnya adalah perilaku yang dijauhi si pemikir positif. 6. Tidak mendengarkan gosip yang tak menentu

  8. 7. Tidak bikin alasan, tapi langsung bikin tindakan • Pernah dengar pelesetan NATO (No Action, Talk Only), kan? Ada juga NARO (No Action Review Only), NADO (No Action Dream Only), NACO (No Action Concept Only), NABO (No Action Briefing Only), NAMO (No Action Meeting Only), NASO (No Action Strategy Only) • ACTION IS POWER !!!

  9. Maksudnya, kalimat-kalimat yang bernadakan optimisme, seperti "Masalah itu pasti akan terselesaikan," dan "Dia memang berbakat“, “Kita pasti bisa, insyaAllah”, dll 8. Menggunakan bahasa positif

  10. Di antaranya adalah senyum, berjalan dengan langkah tegap, dan gerakan tangan yang ekspresif, atau anggukan. Mereka juga berbicara dengan intonasi yang bersahabat, antusias, dan 'hidup'. 9. Menggunakan bahasa tubuh yang positif

  11. 10. Peduli pada citra diri • Berusaha tampil baik. Bukan hanya di luar, tapi juga di dalam.

  12. Cerita tentang ibu yang memeras jeruk

  13. Al Ankabut : 69

  14. Salam Sukses!!Sampai Jumpa di Puncak-Puncak Sukses !!

  15. Semudah Memeras Jeruk Pasar malam dibuka di sebuah kota. Seluruh penduduk menyambutnya dengan gembira. Ada berbagai macam permainan, stand makanan dan sirkus. Tetapi kali ini yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat. Setiap malam ratusan orang menonton pertunjukkan manusia kuat. Ia bisa melengkungkan baja hanya dengan tangan telanjang. Ia bisa menghancurkan batu bata tebal dengan tinjunya. Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco. Untuk menutup pertunjukkannya, ia memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras terus hingga tetes terakhir air jeruk itu terperas. Kemudian ia menantang para penonton, “Barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini, akan kuberikan dia uang satu juta.” Kemudian naiklah seorang lelaki, atlit binaraga, ke atas panggung. Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras… dan memeras… tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal. Beberapa pria kuat dari penjuru kota mencoba, tapi tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-senyum. Kemudian ia berkata, “Aku berikan satu kesempatan terakhir. Siapa yang mau mencoba?” Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba. “Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung.” Manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tergelak-gelak mengolok-olok wanita itu. Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang menertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memeras dengan penuh konsentrasi. Ia memeras… memeras… memeras dan “ting!” setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh membasahi lantai panggung. Para penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan mereka segera berubah menjadi tepuk tangan riuh. Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus itu, katanya, “Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali. Dan, ribuan orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya kau satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu. Boleh aku tahu, bagaimana kau bisa melakukan hal itu?” “Begini,” jawab wanita itu, “Jika suamimu sedang jatuh sakit keras dan tak bisa bekerja mencari nafkah, sedangkan kau memiliki delapan anak yang harus kau beri makan setiap harinya, lalu kau harus kuat mencari uang meski hanya serupiah-dua rupiah, maka apabila hanya memeras jeruk untuk mendapatkan satu juta rupiah bukanlah hal yang sulit.” “Bila anda memiliki alasan yang cukup kuat, anda akan menemukan jalannya”, demikian kata seorang bijak. Seringkali kita tak kuat melakukan sesuatu karena tak memiliki alasan yang cukup kuat. Sumber: The Economics Press

More Related