1 / 30

Tata Kelola Organisasi Laba Sebuah Pengantar

Tata Kelola Organisasi Laba Sebuah Pengantar. Masyhudi Muqorobin (masmubin@yahoo.com) Anggota Majelis Tarjih & Tajdid PP Muhammadiyah Dosen Tetap Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Dosen Pasca Sarjana UIN Suka, UII, ITB & LPPI – Bank Indonesia. Disampaikan pada

mizell
Download Presentation

Tata Kelola Organisasi Laba Sebuah Pengantar

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Tata Kelola Organisasi LabaSebuah Pengantar Masyhudi Muqorobin(masmubin@yahoo.com) Anggota Majelis Tarjih & Tajdid PP Muhammadiyah Dosen Tetap Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Dosen Pasca Sarjana UIN Suka, UII, ITB & LPPI – Bank Indonesia Disampaikan pada Seminar Nasional & Raker Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kampus Universitas Muhammadiyah Purwokerto - 25-27 Maret 2011

  2. Pendahuluan • Allah SWT menciptakan alam semesta (SDA dan sumberdaya material lainnya) untuk manusia  al-Baqarah: 29 • Allah memberikan amanah kekhalifahan kpd manusia  al-Baqarah: 30-34 (atau -39) • Kekuasaan al-khilafah: politik, ekonomis, bisnis, organisasi, sosiologis dsb dalam arti luas • Kekuasaan al-milkiiyyah (ownership) dalam arti sempit, mencakup individual dan rumah tangga

  3. Kekuasaan dan kepemilikan Pribadi &organisasi bisnis/Laba Fungsi dan Kewenangan khilafah Kewenangan dalam arti imarah dan idarah melalui otoritas di berbagai strukturnya • Kewenangan dalam arti idarah dan milkiyyah (kekayaan sebagai titipan Allah SWT) Peran Umara Peran Umara sekaligus Ulama Peran Ulama

  4. Tujuan Organisasi Laba Islami(Maqashidusy-Syariah) Falah (sukses) sejahtera di Akhirat Ultimate Ends Falah (sukses) se-jahtera dunia-wi termasuk materi Means Transitional Ends Aktifitas bisnis dan ekonomi Means Gambar 1 Tujuan Bisnis Islami dalam Means-Ends Relationship

  5. Klasifikasi Maqashid • Maqaasid al-’ammah • Maqaasid al-khaassah • Maqasid on family matters (fi ahkam al-’a-ilah) • Maqasid on wealth (fi tasarrufat al-maliyah) • Maqasid on transactions (fi al-muamalah al-mu’aqqidah) • Maqasid on laws (fi al-qadha wal-shahadah) • Maqasid on donations (fi al-tabru’at) • Maqasid on juvenile & crime (fi al-’uqubat) • Maqaasid al-juz’iyah  for every sha’ri ruling such as wajib or haram, sunnah, makruh or mubah.

  6. Overall Objectives of Islamic Economy (al-Qashash: 77) Individual Objectives Social Objectives EMPIRICAL FACTS Operational Goals and Principles (Private Viewpoint) Operational Goals and Principles (National Viewpoint) Individuals’/Government’s Roles & Actions Tujuan Organisasi Laba - Konsep Maqashid Maqaasid al-’ammah Maqaasid al-Khashshah Maqaasid al-Juz’iyyah

  7. Strategic Planning Strategic Planning Strategic Planning Strategic Planning - Falah in the world - Intermediate Objectives Falah (Eschatological dimension) the Ultimate Objective Pencapaian Tujuan Organisasi Laba Islami business activities - business - activities business activities - business - activities

  8. Pergeseran Peran Ulama-Umara • Proses sejarah internal ummat Islam sejak Khilafah Bani Umayyah, Abassiyyah, hingga Turki Usmani • Diperparah oleh berbagai peristiwa Perang Salib, kolonialisme, dsb yang berujung pada sekularisasi antara ilmu dan agama, sert apemisahan peran antara ulama dan umara pada sisi lain, hingga sekarang

  9. Perlu Integrasi Kembali • Integrasi antara perna ulama dan umara (minimal melalui kerja kolektif) • Integrasi ilmu dengan nilai-nilai agama: • Pola Islamisasi ilmu dan sistem ekonomi dan bisnis (al-Attas, al-Faruqi, dsb) • Pola saintifikasi Islam (Sardar, Kuntowijoyo, dsb) • Integrasi antara kegiatan manusia dg nilai agama

  10. Perlu melihat Sejarah Perdaban(fasiiru fil ardhi fanzhuru kaifa kaana ‘aqibatul mukadzdzibin) • Untuk hal tata kelola organisasi laba, ada baiknya melihat sejarah perkembangan pemikiran ekonomi dan bisnis dalam kancah peradaban • Sisi kiri (Barat) vs sisi kanan (Islam) • Membangun optimisme masa depan dengan bersandar pada Wahyu, mengapresiasi sejarah, untuk merajut kebangkitan ekonomi Islam

  11. Western Civilization Islamic Civilization Divine Revelation Biblical Sources unkonown Grrece 300 BC Earlier Age of Islam 610 AD Golden Age of Islam 10-15 AD The age of Islam Sholastic school 12-15 AD Mercantilists 16-18 AD Physiocrat 1755-1775 Enlightenment Classical Economists (Adam Smith) 1776 Modern Islamic Economics Mainstream Economics 20th Century Emergence of Islamic Economics Pergeseran nilai Islam dalam Pemikiran Ekonomi

  12. Penciptaan Prakondisi Peran Umara Peran Ulama Dinamika usaha yang Islami/syar’i Peran Organisasi Laba Peran Organisasi SosAg Nonlaba Peran anggota masy lainnya

  13. Asas Tata Kelola Organisasi Laba Tauhid (Uluhiyyah: al-Ikhlash 1-4; Rububiyyah: al-Fatihah: 2) Taqwa dan Ridha (at-Taubah: 109) Equilibrium (al-Qisht, al-’Adl wal-Ihsan, al-mizan) Maslahah (Islam sbg rahmatan lil’alamin)

  14. Kategori Maslahah • Kebutuhan Primer (dharuriyat  adh-dharuriyat al-asas / alkhamsah) • pemeliharaan agama (hifdzud-din) • pemeliharaan jiwa (hifhzun-nafs) • pemeliharaan akal (hifhzul-‘aql) • pemeliharaan keturunan (hifhzun-nasl) • pemeliharaan harta benda (hifhzul-maal) • Kebutuhan Sekunder (hajiyyat ) • Kebutuhan Tersier (tahsiniyyat)

  15. Model Analisis Ukuran keluarga utama (mulai dari posisi individu, rumah tangga sampai negara): • indikator keimanan (dien) • Indikatorpendidikan (aqal) • indikator sosial/ kejiwaan manusia (nafs) • indikatorkesehatan (nasl), • indikator ekonomi/kekayaan (maal).

  16. Etika Bisnis Islami إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُ تَمِّمَ مَكَارِمَ اْلأَخْـلاَقِ Hanyasanya, aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlaq manusia (al-Hadits)

  17. ShiFAT Rasulullah SAW • Shiddiq jujur, honest, trusted, dsb • Fathanah cerdas, pintar, smart, dsb • Amanahtrusted, dapat dipercaya, dsb • Tabligh menyampaikan, transparan, dsb

  18. Halal dan Haram dalam BisnisKaidah Fiqh:al-ashlu fi al-mu’amalah al-ibaahah illaa an-yadulla daliilaan ‘alaa tahriimihaa Halal Haram Semua urusan muamalah Riba Maysir Gharar Syubhat (Grey area) Zhulm Tabdzir/Israf Risywah Ma’shiyah

  19. Tarif atau Tarik • Transparansi • Akuntanbilitas • Responsibilitas • Independensi • Kesetaraan/keawajaran (Fairness)

  20. Meng-Islam-kan Organisasi Ekonomi & Bisnis Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (al-Baqarah: 275) Riba (ziyadah = tambahan) • Riba nasi’ah • kaitan waktu (biasanya dg dg pinjm-meminjam) dari kata nasa’a = menunda, maksudnya penundaan pembayaran • Riba fadhl • kaitan jenis barang atau kualitas barang yang ditransaksikan, berawal dr hadits ttg barter antar 6 barang

  21. Kronologi Ayat tentang Riba • Ar-Rum: 39 (riba tidak subur, sbgmn zakat/sedekah) Makiyyah • An-Nisa: 161 (Yahudi suka makan riba, meskipun diharamkan)  awal periode Madinah tentang risalah Kitab terdahulu • Ali Imran 130 (larangan multiple riba)  2-3 th pasca Hijrah / Madaniyyah • Al-Baqarah 275-281 (larangan keras atas semua bentuk riba)  mendekati selesainya misi Rasulullah SAW.

  22. Transformasi Ekonomi Riba ke Ekonomi Profit-Loss Sharing • Ekonomi Ribawi  Kapitalisme  mode of production Q = f (K,L, ...) Didukung teori nilai bersumber pada modal  akumulasi modal Dikecam Karl Marx dkk. Bhw nilai bersumber Tenaga kerja Didukung sistem manajemen dan akuntansi yang menempatkan Tenaga kerja sbg faktor produksi, pemilik modal dg keuntungan mutlak

  23. Transformasi Ekonomi Riba ke Ekonomi Profit-Loss Sharing • Ibnu Khaldun: Nilai lbh bersumber dr tenaga kerja, modal saja tidak dapat memberi niali, namun tenaga kerja saja mampu memberikan nilai • Ibnu Taymiyyah: Nilai bersumber pd perpaduan modal dan tenaga kerja

  24. Transformasi Ekonomi Riba ke Ekonomi Profit-Loss Sharing • Mengubah dari Risk Shifting ke Risk sharing • Alternatif terbaik: • Musyarakah (active partnership)  share dalam modal • Mudharabah (sleeping partnership) share antara modal (rabbul maal) dengan karya (mudharib) • Mudharabah: • Share antara pemodal dengan entrepreneur  masih sebatas dalam pelaksanaan sistem keuangan dan perbankan Islam • Share antara pemodal dengan pekerja  belum ada bukti konkrit  perlu regulasi pemerintah yg diikuti oleh organisasi laba

  25. Aplikasi Lembaga Keuangan Islam • Bank Islam/Syariah • BPRS • BMT LKS Lainnya Harus diakui bahwa praktek LKS saat iini beleum sepenuhnya Syar’i/Islami, dan juga harus disadarai bahwa ini adalah proses awal  masalah pd kekurangan SDM

  26. BI, Bank Islam dan BPRS • Bank Indonesia menerapkan aturan ketat pd sistem perbankan syariah di Indonesia dan agak ketat thd BPRS • Keuntungan  prudent • Kelemahan  bisa masuk perangkap tentakel kapitalisme modern • Perlu alternatif kapitalisme  BMT/BTM dibawah koperasi agak longgar

  27. BMT dan Sektor Informal(manusia pemakmur bumi)(Hud 61) dan lihat pula kelanjutan ayatnya Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do`a hamba-Nya)."

  28. BMT sbg Sektor Informal • BMT/BTM (Baitul Tamwil Muhammadiyah) bergerak berdasar ideologi al-Maun. • BMT/BTM adalah keputusan 1 Abad Muhammadiyah pd Muktamar ke-64 di Yogyakarta, bersama sektor informal lainnya, ibarat Allah mengutus Nabi Shalih dg untanya yang menghidupi masyarakat kecil ditengah konglomerasi dalam sistem kapitalisme ala Tsamud, BMT dan Sktor informal ditengah korporasi modern ala kapitalisme Barat. • Apakah tidak perlu direspons secara massif?

  29. PLS pada perusahaan • PLS (bagi hasil- bagi risiko) antara pemodal dg manajemen/ entrepreneur • PLS (bagi hasil- bagi risiko) antara pemodal dg pekerja: • Perlu pemenuhian kebutuhan dasar (dharuriyat)  UMR • Perlu bagi hasil/risiko dg pekerja  bonus, insentif dsb yg didasarkan pd kinerja pekerja dan hasil akhir yaitu keuntungan perusahaan.

  30. wallahu a’lam bissawab Terima kasih Waasalam

More Related