1 / 16

DIMENSI-DIMENSI RELIGIUSITAS Pertemuan ke-3 07 / 08 April 2010

DIMENSI-DIMENSI RELIGIUSITAS Pertemuan ke-3 07 / 08 April 2010. DIMENSI-DIMENSI RELIGIUS (Glock & Stark). Ideological Dimension, Intellectual Dimension, Experiential Dimension, . Conforming type, Responsive type Ecstatic type Revelational tye Ritualistic Dimension,

Download Presentation

DIMENSI-DIMENSI RELIGIUSITAS Pertemuan ke-3 07 / 08 April 2010

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. DIMENSI-DIMENSI RELIGIUSITASPertemuan ke-307 / 08 April 2010

  2. DIMENSI-DIMENSIRELIGIUS(Glock & Stark) Ideological Dimension, Intellectual Dimension, Experiential Dimension, . Conforming type, Responsive type Ecstatic type Revelational tye Ritualistic Dimension, Consequencial Dimensional.

  3. PENGERTIAN RELIGIUS • Kata agama secara harfiah berasal dari bahasa sansekerta yakni: dari kata a dan gama, a artinya tidak dan gama artinya kacau. Jadi agama berarti tidak kacau atau tertib. Dengan kata lain agama berarti peraturan. Kata agama sekarang sudah berarti lain, bukan hanya peraturan, tetapi lebih mendekati kata religi. • Kata religi berasal dari kata latin religare yang berarti ikatan manusia terhadap sesuatu. Kata religi jadinya personalistis, artinya langsung mengenai dan menunjuk pribadi manusia dan lebih menunjuk eksistensi manusia. (Ahyadi, 1981: 10).

  4. Dister, mengartikan religiusitas sebagai keberagamaan, yang berarti adanya unsur intemalisasi agama itu dalam diri individu. • Clark dan Stark (Robertson,1993) mengatakan bahwa keberagamaan seseorang menunjukkan pada ketaatan dan komitmen seseorang terhadap agamanya.

  5. Allfort dan Ross (Malony, 1997) mengemukakan bahwa kegagalan kehidupan religius karena suasana kehidupan keagamaan lebih diwarnai oleh orientasi keagamaan yang bersifat ekstrinsik dari pada intrinsik. • Orientasi keberagamaan ektrinsik menurut Allfort (Rahmat, 1991) memandang agama sebagai sesuatu untuk dimanfaat dan bukan untuk kehidupan. Agama digunakan untuk menunjang motif-motif lain, seperti kebutuhan akan status, rasa aman atau harga diri. • Sebaliknya orientasi keberagamaan intrinsik memandang agam sebagai "comprehensive commitment" dan "driving integrative motive" yani mengatur seluruh hidup seseorang. Agama diterima sebagai faktor pemadu (unifYing factor).

  6. Religiusitas menurut Japar (1999:32) dapat dimaknakan sebagai kualitas penghayatan seseorang dalam beragama atau dalam memeluk agama yang diyakininya, semakin mendalam seseorang dalam beragama makin religius dan sebaliknya semakin dangkal seseorang dalam beragama akan makin kabur religiusitasnya. Seseorang dengan keberagamaan secara intens akan menjadikan agama sebagai pembimbing perilaku sehingga perilakunya selalu diorientasikan dan didasarkan pada ajaran agama yang diyakini tersebut.

  7. Drajat, juga mengemukakan bahwa orang yang religius akan merasa Allah selalu ada dan mengetahui apa saja. Konsep ini sejalan dengan pandangan filsafat ke-Tuhan-an yang mengatakan bahwa manusia disebut "Homo Divians", yaitu mahluk yang berke-Tuhan-an, yang berarti manusia dalam sepanjang sejarahnya senantiasa memiliki kepercayaan terhadap Tuhan atau hal-hal yang gaib (Arifin dalam Wulandari, 2000: 15).

  8. Gambar 1

  9. ADA APA DI DALAM DIRI SESEORANG ?

  10. Dimensi Idiologis (the logical dimensions) Dimensi Ritualistik (the ritualistic dimensions) DIMENSI-DIMESI RELIGIUSITAS Dimensi Eksperiensial (the experiential dimensions) Dimensi Konsekuensial (the consequential dimensions) Dimensi Intelektual (the intelektual dimensions)

  11. Dimensi Idiologis (the ldeological dimensions) • Dimensi ini menunjukkan pada seberapa tingkat keyakinan seseorang terhadap kebenaran ajaran-ajaran agama yang fundamental atau bersifat dogmatik. misalnya; • keyakinan tentang Allah. malaikat, nabi/rasul, kitab-kitab Allah, surga, neraka dan sebagainya.

  12. Dimensi Ritualistik(the ritualistic dimensions) • Dimensi ini menuajuk pada seberapa tingkat kepatuhan seseorang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh atau dianjurkan oleh agamanya, • misalnya: berdo'a, puasa, pergi ke tempat ibadah dan sebaginya.

  13. Dimensi Eksperiensial (the experiential dimensions) • Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat seseorang dalam merasakan dan mengalami perasaan-peraaan dan pengalaman-pengalaman religius, • misalnya: dekat. kepada Allah, perasaan do'a dikabulkan, perasaan bersyukur kepada Allah dan sebagainya.

  14. Dimensi Konsekuensial (the consequential dimensions) • Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkatan seseorang dalam berprilaku dimotivasi oleh ajaran agamanya. Perilaku disini lebih dalam hal perilaku "duniawi", yakni bagaimana individu berelasi dengan dunianya, • misalnya: perilaku suka menolong, berderma, menegakkan kebenaran dan keadilan, berlaku jujur, memafkan, dan sebagainya.

  15. Dimensi Intelektual (the intelektual dimensions) • Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran agamanya, terutama mengenai ajaran pokok agamanya sebagaimana termuat dalam kitab sucinya.

  16. TIADA KEKAYAAN LEBIH UTAMA DARIPADA AKAL. TIADA KEPAPAAN LEBIH MENYEDIHKAN DARIPADA KEBODOHAN. TIADA WARISAN LEBIH BAIK DARIPADA PENDIDIKAN (SAYIDINA ALI BIN ABI THALIB)

More Related