1 / 54

HUKUM PERNIAGAAN INTERNASIONAL Topik : WTO (GATT dan GATS)

HUKUM PERNIAGAAN INTERNASIONAL Topik : WTO (GATT dan GATS). Prof. M. Hawin Dina W. Kariodimedjo Fakultas Hukum UGM. Pendahuluan. Jumlah dan kecepatan lalu lintas barang, jasa, informasi, manusia, dan modal yang melewati batas-batas negara Faktor pendorong

lynn-vang
Download Presentation

HUKUM PERNIAGAAN INTERNASIONAL Topik : WTO (GATT dan GATS)

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. HUKUM PERNIAGAAN INTERNASIONALTopik: WTO (GATT dan GATS) Prof. M. Hawin Dina W. Kariodimedjo FakultasHukum UGM MH-DWK

  2. Pendahuluan • Jumlah dan kecepatan lalu lintas barang, jasa, informasi, manusia, dan modal yang melewati batas-batas negara • Faktor pendorong • Kemajuan teknologi transportasi, informasi dan telekomunikasi • Deregulasi unilateral • Sukses • Keberhasilan mendorong dan mempertahankan ekspansi perdagangan yang cepat • Keberhasilan dalam persaingan di pasar global • Pentingnya peletakan dan penerapan asas-asas dan aturan-aturan multilateral yang menjadi hakikat dari GATT MH-DWK

  3. Pendahuluan • Indonesia • Harga minyak tinggi, bunga pinjaman luar negeri rendah, barang dan jasa yang diproduksi Indonesia masih terpusat pada kebutuhan pokok – orientasi domestik • Perubahan ke orientasi terbuka – pembangunan jaringan internasional sebagai wahana perebutan kompetensi bisnis • Perubahan orientasi sejak awal 1980an MH-DWK

  4. WTO, GATT, GATS, CISG • WTO : THE WORLD TRADE ORGANIZATION • GATT: THE GENERAL AGREEMENT ON TARIFF AND TRADE • GATS: THE GENERAL AGREEMENT ON TRADE IN SERVICES • CISG: UN CONVENTION ON CONTRACTS FOR INTERNATIONAL SALES OF GOODS MH-DWK

  5. WTO • Terbentuknya WTO merupakan hasil Putaran Uruguay (putaran yang terakhir) • Tujuan putaran ini, secara umum adalah: • untuk menciptakan sistem perdagangan internasional yang lebih bebas dan adil dengan tetap memperhatikan kepentingan khusus negara-negara berkembang MH-DWK

  6. WTO • Fungsi • Melaksanakan dan mengadministrasikan perjanjian-perjanjian yang tercakup dalam WTO, serta menindaklanjuti tujuan-tujuan dari perjanjian-perjanjian tersebut • Menyediakan forum untuk negosiasi-negosiasi bagi para anggotanya mengenai hubungan-hubungan perdagangan multilateral mereka • Mengadministrasikan the Understanding on Rules and Procedures Governing the Settlements of Disputes and Trade Policy Mechanism • Melakukan kerjasama dengan IMF dan World Bank MH-DWK

  7. WTO • Cakupan • GATT 1994, GATS, TRIPs • Dispute Settlement Rules • Trade Policy Review Mechanism • Plurilateral Agreements MH-DWK

  8. WTO • Keikutsertaan Indonesia • Ratifikasi WTO dengan UU No. 7 Tahun 1994 • Namun sebelumnya Indonesia telah berpartisipasi secara aktif pada putaran-putaran sebelumnya. Indonesia tidak terikat kepada Plurilateral Agreements MH-DWK

  9. WTO A.Yang wajib diikuti oleh semua anggota: 1. Multilateral Agreements: • GATT (General Agreement on Tariff and Trade) 1994; • GATS (General Agreement on Trade in Services); • TRIPs (Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights); 2. Dispute Settlement Rules; 3. Trade Policy Review Mechanism. MH-DWK

  10. B. Yang tidak wajib diikuti oleh semua (hanya wajib/ mengikat bagi negara-negara yang secara khusus menandatangani): Perjanjian-perjanjian tentang: • Civil Aircraft; • Government Procurement; • Dairy; • Bovine Meat MH-DWK

  11. GATT • Mengurangi hambatan-hambatan secara multilateral • Menjamin bahwa hambatan-hambatan yang ada dibuat transparan, diterapkan dengan asas non-diskriminasi, dan ditundukkan pada aturan-aturan multilateral • GATT tidak semata-mata berarti liberalisasi, melainkan juga asas-asas dan aturan-aturan atau kode dalam pemakaian proteksi MH-DWK

  12. GATT 1994 • Persetujuan Umum tentang Tarif dan Perdagangan terdiri dari: • GATT 1947 • Ketentuan-ketentuan dalam instrumen-instrumen legal yang berlaku di bawah GATT 1947 sebelum berlakunya Persetujuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) • Protokol-protokol dan sertifikasi yang berhubungan dengan konsesi-konsesi tarif; protokol-protokol keikutsertaan (accession); keputusan-keputusan mengenai penangguhan (waivers) di bawah Artikel XXV GATT 1947 mengenai preferensi-preferensi dan masih berlaku sebelum Persetujuan WTO berlaku; keputusan-keputusan Contracting Parties dari GATT 1947. MH-DWK

  13. GATT 1994 (lanjutan) • Kesepakatan-kesepakatan tentang: • Pembebasan dari bea masuk biasa yang melebihi yang tertera dalam skedul • Perusahaan niaga negara (state trading enterprises) • Instrumen perdagangan yang diambil untuk mengamankan neraca pembayaran • Cakupan teritorial, perdagangan perbatasan, persatuan pabean, kawasan perdagangan bebas • Kesepakatan yang menyangkut penundaan kewajiban (waiver of obligation) di bawah GATT 1947 • Modifikasi skedul • Protokol Madrid dari GATT 1994 MH-DWK

  14. GATT • Geneva 1947 • Annecy 1948 • Torquay 1950 • Geneva 1956 • “Dillon Round”, Geneva 1960-1961 • “Kennedy Round”, Geneva 1964-1967 • “Tokyo Round”, Geneva 1973-1979 • “Uruguay Round”, Geneva 1986-1994. 1 – 5 = fokus pada tarif 6 – 8 = fokus pada non-tariff barriers (NTB) MH-DWK

  15. Contoh-contoh NTB: • Quota; • Subsidy; • State trading enterprise; • Standar kualitas; • Syarat kesehatan dan keamanan; MH-DWK

  16. Tujuan GATT • Maksimasi kesejahteraan dunia melalui pemberlakukan asas-asas dan aturan-aturan substantif maupun prosedural dalam asas-asasnya untuk enjamin keberfungsian perdagangan yang lebih bebas. MH-DWK

  17. Asas-asas GATT • Non-diskriminasi • Ketimbalikan/ timbal balik • Liberalisasi • Pengamanan • Pembangunan/ pembauran MH-DWK

  18. Non-diskriminasi • Mewajibkan Contracting Parties untuk mengenakan segera dan tanpa syarat perlakuan yang sama bagi impor dan ekspor tanpa membeda-bedakan asal dan negara tujuan impor dan ekspor tersebut sepanjang menyangkut Contracting Parties GATT. MH-DWK

  19. Ketimbalbalikan • Mewajibkan suatu Contracting Party yang menikmati konsesi Contracting Party yang lain, pada pihaknya wajib membuat konsesi untuk dinikmati oleh Contracting Party yang lain tersebut. MH-DWK

  20. Liberalisasi • Berarti penurunan atau penghapusan hambatan-hambatan perdagangan melalui putaran-putaran multilateral seperti Putaran Uruguay dengan anggapan bahwa liberalisasi akan mendorong ekspansi perdagangan dunia. MH-DWK

  21. Pengamanan • Memungkinkan suatu Contracting Party untuk melepaskan diri dari kewajiban-kewajiban GATT-nya karena keadaan darurat seperti defisit neraca pembayaran yang terlalu besar dan lonjakan kenaikan impor yang mengancam eksistensi suatu industri. MH-DWK

  22. Pembangunan • Memungkinkan negara sedang berkembangan menerima konsesi yang lebih baik dari negara yang sudah maju dan/atau membuat konsesi yang lebih kecil daripada yang dibuat oleh negara-negara maju dengan maksud agar liberalisasi tidak memperlambat, melainkan mempercepat pembangunan negara-negara sedang berkembang. MH-DWK

  23. Inti GATT: • Kalau mau mengatur arus barang, pakailah tarif, jangan pakai NTB; • Turunkan tarif; • Jangan diskriminatif. MH-DWK

  24. GATT • Prinsip non-diskriminasi: • Most-favoured Nations (MFN): perlakuan yang sama oleh Anggota WTO kepada semua Anggota WTO lainnya. • MFN: • Conditional; • Unconditional GATT • National Treatment: perlakuan yang sama antara produk dalam negeri dan produk impor MH-DWK

  25. MFN (Pasal I GATT) - Unconditional: tanpa syarat • : begitu suatu negara anggota memberikan perlakuan istimewa kepada suatu barang dari negara anggota yang lain maka berlakukan perlakuan istimewa tersebut kepada barang yang sejenis (like product) dari semua negara anggota WTO tanpa terkecuali baik kepada yang memberikan komitmen maupun yang tidak. MH-DWK

  26. MFN Article I(1) GATT: “1. With respect to customs duties and charges of any kind imposed on or in connection with importation or exportation … and with respect to the method of levying such duties and charges … any advantage, favour, privilege or immunity granted by any contracting party to any product originating in or destined for any other country shall be accorded immediately and unconditionallyto the like product originating in or destined for the territories of all other contracting parties.” MH-DWK

  27. Like product = barang sejenis Penjelasan Pasal 18 UU No. 10 (Kepabeanan) 1995: “Barang sejenis adalah barang yang identik atau sama dalam segala hal dengan barang impor dimaksud atau barang yang memiliki karakteristik fisik, teknik, atau kimiawi menyerupai barang impor dimaksud.” MH-DWK

  28. MFN • “Negara paling diuntungkan” atau MFN atau “Non-diskriminasi tanpa syarat” • Penyimpangan-penyimpangan terjadi: • Beberapa persetujuan perdagangan preferensial seperti integrasi regional (EU, AFTA, NAFTA) • Persetujuan antara anggota-anggota European Union (EU) dengan daerah jajahannya dulu melalui Perjanjian Lome • Diskriminasi negara sedang berkembang dalam perdagangan tekstil melalui MFA bukanlah bagian dari GATT, melainkan pelanggaran asas non-diskriminasi MH-DWK

  29. Kasus MFN Perlakuan Tarif untuk Unroasted Coffee (Spanyol) – GATT Panel Report, Juni/81 1. Fakta: Sebelum 1979, Spanyol mengklasifikasikan semua kopi yang tdk diolah dan tdk dihilangkan kafeinnya dlm 1 tariff heading. Pada tahun 1979, Spanyol membagi klasifikasi tsb menjadi 5: ada yg kena tarif 7% dan ada yg bebas tarif. Kopi Brazil kena tarif. Brazil menuntut. 2. Issue: Apakah kebijakan Spanyol melanggar GATT? MH-DWK

  30. Tarif Bea Cukai Kopi Spanyol Unroasted > 1979 5% 1979 Unroasted: -Brasil -Inggris -AS -Mexico -Australia 7% 0% 7% 5% 0% MH-DWK

  31. 3. Aturan: Pasal I GATT 4. Analisis: - Spanyol: “mereka berbeda rasanya”. - Panel: a. Perbedaan hanya karena perbedaan faktor geografis, metode pengolahan tanah, processing biji kopi dan faktor genetik. Perbedaan ini wajar terjadi; b. Mereka dijual dalam satu campuran yang terdiri dari berjenis-jenis kopi. Mereka secara universal adalah satu produk untuk diminum. MH-DWK

  32. Pengecualian Prinsip MFN • Perlakuan preferensi di wilayah-wilayah tertentu; • Customs Union atau Free Trade Area (Pasal XXIV GATT); • Pemberian GSP (Generalized System of Preference) bagi negara tertentu; • Pengenaan antidumping duties atau countervailing duties (Pasal VI GATT); • Diskriminasi pengenaan quota karena alasan neraca pembayaran (Pasal XIV GATT); • Alasan keamanan nasional (Pasal XXI GATT) MH-DWK

  33. Free Trade Area & Customs Union 15% • FTA • CU A B C D 0% 10% E F G H 12% 7% 10% A B C D 10% 0% E F G H 10% 10% MH-DWK

  34. National Treatment • Pasal III GATT • : suatu negara anggota WTO harus memberikan perlakuan yang sama (no less favourable) kepada barang produksi dalam negeri dengan barang sejenis (like product) luar negeri produksi negara anggota WTO yang lain MH-DWK

  35. National Treatment Article III(2) GATT: “2. The products of the territory of any contracting party imported into the territory of any other contracting party shall not be subject, directly or indirectly, to internal taxes or other internal charges of any kind in excess of those applied, directly or indirectly, to like domestic products …” MH-DWK

  36. Article III(4) GATT: “4. The products of the territory of any contracting party imported into the territory of any other contracting party shall be accorded treatment no less favourable than that accorded to like products of national origin in respect of all laws, regulations and requirements affectingtheir internal sale, offering for sale, purchase, transportation, distribution or use …” MH-DWK

  37. Pengecualian Prinsip National Treatment • Ps. III(8) a: Government Procurement; • Ps. III(8) b: “The provisions of this Article shall not prevent the payment of subsidies exclusively to domestic producers …” • Ps. XX: Kebijaksanaan-kebijaksanaan yg hrs dilakukan/penting (necessary) utk: a. Melindungi moral masyarakat; b. Melindungi kesehatan atau kehidupan manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan; c. Taat kpd hukum atau peraturan nasional yg berhubungan dgn misalnya pelaksanaan peraturan bea cukai, perlindungan paten, merek dan hak cipta; d. Memelihara sumber alam yg bisa habis, dll. MH-DWK

  38. Kasus National Treatment Diskriminasi Italia thd Mesin/Peralatan Pertanian (GATT Panel Report, 23 Oct 58) 1. Fakta: Italia dgn UU No 949 memberikan fasilitas kredit dgn bunga 3% setahun kpd pembeli mesin/peralatan pertanian buatan Italia. Slm 1952-1957, para pembeli sekitar ½ dari jumlah traktor buatan Italia (1/3 dari semua traktor yg dijual di negara ini) menerima fasilitas kredit tsb. Sblm adanya UU tsb, bea masuk bagi mesin/peralatan pertanian terikat dengan GATT. Inggris menuntut. MH-DWK

  39. 2. Issue: Apakah kebijakan Italia ini bertentangan dgn GATT? 3. Aturan: -Ps. III(4): “…laws and regulations and requirements affectinginternal sale, purchase, etc …” -Ps. III(8)b: “subsidi bisa diberikan kpd produsen domestik”. MH-DWK

  40. 4. Analisis: • Italia: a. GATT adlh suatu perjanjian dagang, maka scope nya terbatas pd kebijaksanaan yg mengatur perdagangan; b. Kebijaksanaan kredit tsb adlh utk pembangunan ekonomi. Tdk ada kaitannya dgn perdagangan; c. Fasilitas kredit kpd petani lebih kecil efeknya drpd subsidi kpd produsen; d. Ps. III jgn ditafsirkan scr luas sehingga membatasi haknya utk membangun ekonominya yg tdk terpikirkan waktu menerima GATT; e. Pembuat Pasal III bermaksud membatasi scope Ps. III pd “laws and regulations directly related to the conditions of sale … etc. Jadi subsidi tidak masuk. MH-DWK

  41. Panel: • Kata “affecting” berarti bhw tdk hanya hukum & peraturan yg langsung mengatur syarat-syarat penjualan dan pembelian, ttp termasuk jg yg mengubah kondisi kompetisi antara produk impor dan produk domestik; • Peserta tetap berhak utk membangun ekonominya asal sesuai dgn GATT; • Ps. III justru mencakup subsidi; • Fasilitas kredit kpd pembeli bukan merupakan subsidi yg diperbolehkan oleh Ps. III(8)b; • Kalau kebijakan Italia dibenarkan, tdk ada gunanya tariff binding (Ps II) yg sudah diperjanjikan. 5. Kesimpulan ? MH-DWK

  42. Arti “necessary” dlm Ps. XX Pembatasan Impor Rokok di Thailand 1. Fakta: Thailand’s Tobacco Act (1966) membatasi impor rokok “kecuali dgn lisensi Dirjen Dep. Pajak”. Untuk melindungi kesehatan. Sampai th 1990, tdk ada lisensi yg dikeluarkan. 2. Issue: Apakah kebijakan Thailand melanggar GATT? 3. Aturan: - Pasal XI(1): melarang penggunaan lisensi impor utk melarang atau membatasi impor brg luar negeri. - Ps. XX(b): “necessary to protect human life or health.” MH-DWK

  43. 4. Analisis: • Alasan Thailand: Ps. XX(b): “necessary to protect human life or health.” • Panel: a. “Necessary” berarti apabila tidak ada kebijaksanaan alternatif yg tidak bertentangan dgn GATT, atau tdk begitu bertentangan dgn GATT. b. Peraturan yg tdk diskriminatif seperti “pengumuman bahan-bahan rokok”, larangan penggunaan bahan-bahan rokok yg berbahaya merupakan alternatif yg tdk bertentangan dgn GATT; c. Larangan periklanan rokok yg tdk diskriminatif dpt dipakai sbg alternatif. MH-DWK

  44. 5. Kesimpulan? Kebijakan Thailand tidak “necessary” menurut Ps. XX(b). Jadi, Thailand melanggar Ps. XI(1). MH-DWK

  45. GATT dan Negara Berkembang • Ps. XVIII GATT: Ketentuan utk memberikan perlakuan khusus kpd negara berkembang. Kriteria: Ekonominya hanya dpt mendukung standar penghidupan yg rendah dan yg berada pd tahap-tahap pembangunan awal. Hak-hak: - Merundingkan kembali perjanjian (ikatan) tarif agar dapat menaikkannya atas produk ttt; - Menggunakan pembatasan kuantitatif apabila mengalami kesukaran-kesukaran neraca pembayaran (balance of payment difficulties). MH-DWK

  46. Ps. XXXVI(8) GATT: “The developed contracting parties do not expect reciprocity for commitment made by them in trade negotiations to reduce or remove tariffs and other barriers to the trade of less-developed contracting parties.” MH-DWK

  47. Ps. XXXVII(1) GATT: “The developed contracting parties shall to the fullest extent possible … give effect to the following provision: (a) prioritas utama penurunan tarif dan penghapusan hambatan perdagangan produk ekspor utama negara berkembang; (b) tidak memperkenalkan atau menaikkan bea masuk atau hambatan impor bukan tarif; (c) tidak membebankan kebijakan pajak baru. MH-DWK

  48. Keputusan para peserta GATT tanggal 28 November 1979 tentang “Differential and More Favourable Treatment, Reciprocity and Fuller Participation of Developing Countries”: 1. Enabling Clause: “ … contracting parties may accord differential and more favourable treatment to developing countries, without according such treatment to other contracting parties”. GSP (Generalized System of Preference); 7. Graduation Clause: Kalau pembangunan ekonominya baik, harus juga memberikan kontribusi/ konsesi/ berpartisipasi dalam GATT. MH-DWK

  49. GATS • Pengertian perdagangan jasa menurut GATS • Pemberian suatu jasa dari teritori (wilayah) suatu negara anggota ke dalam wilayah negara anggota lain • Pemberian suatu jasa di dalam wilayah suatu negara anggota kepada konsumen jasa dari negara anggota lain • Pemberian jasa oleh suatu penyedia jasa dari suatu negara anggota melalui kehadiran komersial di dalam wilayah negara anggota yang lain • Pemberian jasa oleh pemberi jasa dari suatu negara anggota melalui kehadiran orang-orang dari negara anggota tersebut di dalam wilayah negara anggota lainnya MH-DWK

  50. Prinsip MFN dalam GATS • Bersifat unconditional (=GATT) • Beda: • Dalam GATS dikenal exemption, GATT tidak: • Dalam GATS suatu negara anggota WTO dari semula sudah dapat mencantumkan pengecualian-pengecualian dari berlakunya MFN di dalam Annex on Article II Exemption selama memenuhi syarat-syarat tertentu. • Dalam GATT tidak ada “kemurahan” semacam ini, walaupun suatu negara anggota tetap dapat menggunakan pengecualian umum menurut Article XX. MH-DWK

More Related