1 / 17

KELOMPOK-KELOMPOK DENGAN IDEOLOGI MURNI

KELOMPOK-KELOMPOK DENGAN IDEOLOGI MURNI. Oleh Muhammad Ilman N. Dwi Purnomo. Penganut Paham Humanis Kuno. Ilmu pengetahuan murni bermanfaat untuk kebenaran dirinya sendiri. Matematika kuno memandang matematika pada hakikatnya bernilai, unsur pusat dari kebudayaan

leda
Download Presentation

KELOMPOK-KELOMPOK DENGAN IDEOLOGI MURNI

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. KELOMPOK-KELOMPOK DENGAN IDEOLOGI MURNI Oleh Muhammad Ilman N. Dwi Purnomo

  2. Penganut Paham Humanis Kuno • Ilmu pengetahuan murni bermanfaat untuk kebenaran dirinya sendiri. • Matematika kuno memandang matematika pada hakikatnya bernilai, unsur pusat dari kebudayaan • Matematika merupakan pencapaian tertinggi dari umat manusia sebagai, “ratu dari ilmu pengetahuan”, suatu kesempurnaan, dan kebenaran absolut • Matematika merupakan produk dari orang-orang terkemuka, sekumpulan kecil dari orang jenius • Tujuan dari pendidikan matematika adalah komunikasi matematika untuk kepentingan sendiri

  3. A. Pemisahan IdeologiRelativitas Penganut Paham Absolut • Pandangan absolut berkaitan dengan Pusat-konvesional dan Tingkatan berprinsip dalam Teori Kohlberg tentang perkembangan moral. • (Kohlberg, 1981) Keputusan moral dibangun dari kebenaran, nilai dari prinsip-prinsip yang disetujui untuk semua individu menggubah atau menciptakan suatu masyarakat yang dirancang untuk keadilan dan kebiasaan yang bermanfaat. • Gilligan (1982): nilai merupakan bagian dari definisi kebudayaan dari kekuasaan. Ini memberi kebanggaan dari wewenang ke absolut, standar rasional dan alasan sejati, dan memimpin penolakan dari manusia dan menghubungkan elemen keputusan sebagai pengurangan dari keadilan dan kebersamaan.

  4. Pemisahan IdeologiRelativitas Penganut Paham Absolut • Epistemolgi: Pengetahuan terlihat sebagai obyektif dan kebebasan manusia dan nilai sosial dan perhatian. • Filsafat Matematika: matematika terlihat sebagai tubuh dari pengetahuan obyektif yang murni, berdasarkan alasan dan logika, bukan otoritas • Teori Kemasyarakatan: berkaitan dengan budaya elit murni dari tingkat pendidikan menengah ke atas • Teori Anak-anak: watak anak dapat dijinakkan melalui pembangunan karakter dan dididik dengan membuka budaya tradisional • Tujuan Pendidikan: menghasilkan orang-orang berpendidikan yang bebas

  5. B. Penganut Paham Humanisme Kuno sebagai Pemisah Penganut PahamRelatif • Williams (1961) mengidentifikasi “penganut humanisme kuno”, yang menilai belajar humanistik untuk kepentingannya sendiri. • Boethius (500 AD) mempengaruhi isi dari “pendidikan bebas/liberal”, dimana dia memutuskan untuk memasukkan trivium (trivium = kurikulum pengantar (Jaman pertengahan) • Erasmus (c.1466–1536), percaya pada kekuatan intelektual manusia dan nilai belajar dari pekerjaan orang besar..” • Kelompok ini menilai “pendidikan liberal” untuk kepentingannya sendiri, karena kontribusinya kepada pendidikan atau kebudayaan orang; dan menolak atau memegang harga diri terendah dalam pengetahuan teknik dan praktis

  6. Raynor (1972) menggambarkan ideologi aristrokatis dari pendidikan, yang melihat pendidikan sebagai cara memper-siapkan orang muda untuk peranan sosialnya sebagai seorang pemimpin. • Pandangan penganut humanisme kuno juga mencocokkan dengan baik dengan pandangan “klasikal’ terhadap kurikulum, yang menekankan pada struktur dan rasionalitas, dan diatas semua keunggulan dan budaya. • Penganut humanisme kuno “memperdebatkan bahwa kesehatan spiritual manusia bergantung pada macam pendidikan yang lebih dari pelatihan untuk beberapa pekerjaan khusus, dengan berbagai cara menggambarkan seperti “liberal”, “ramah”, “berbudaya”.

  7. C. Penganut Paham Humanisme Matematika Kuno • Matematika, di klaim berasal dari masyarakat yang memisahkan pekerjaan dari tangan dan otak (Restivo, 1985) • Mendampingkan kurikulum matematika dari aritmetika, geometri, musik dan astronomi ke kurikulum pengantar pada inti kurikulum liberal. Boethius mempengaruhi pendidikan Inggris untuk mengikuti milenium, melalui buku pelajarannya (Howson, 1982). • Anggapan superior dari ingatan akan hal-hal penemuan matematika mengklaim bahwa matematika adalah satu pemikir-an yang mulia dan murni, bahwa berasal dari pikiran yang murni dan ada sentimen yang tidak terucapkan bahwa ada sesuatu yang buruk tentang aplikasinya/ terapan. (Davis and Hersh, 1980, halaman 85)

  8. Pengaruhpahamhumanismematematikakuno,dannilai-nilaimereka, telahterbuktidalamsejumlahlaporan-laporanresmipendidikan (Spens : 1938) • Tidak ada mata pelajaran sekolah, kecuali mungkin sastra klasik, telah menderita lebih dari matematika dari tujuan sekunder daripada tujuan primer, dan untuk menekankan hal yang asing daripada nilai-nilai instrinsik • Cooper (1985): matematikawan universitas berkolaborasi dengan guru sekolah umum elit yang berhasil selama 1960-an dalam membawa kurikulum matematika dekat dengan universitas matematika modern meskipun teknologi pragmatis juga berhasil dalam mengenalkan lebih banyak aplikasi dan terapan kedalamnya.

  9. D. Tujuan Matematika dan Ideologi dari Penganut Paham Humanis Kuno Tujuan Pendidikan Matematika • Menyalurkan matematika murni dengan menekankan pada struktur, tingkatan konseptual dan kekakuan/ketelitian dari subyek. • Mengajarkan matematika untuk nilai-nilai instrinsik, sebagai bagian utama dari warisan manusia, kebudayaan dan prestasi intelektual. • Menjadikan siswa agar menghargai nilai keindahan dan dimensi estetika dari matematika murni, melalui penyerapan dalam belajar • Pendidikan untuk matematika murni di masa depan yang mengenalkan unsur-unsur dari paham elit.

  10. Teori Pengetahuan Matematika Sekolah: Sekolah matematika dapat dipahami, seperti disiplin ilmu itu sendiri, kemurnian, struktur secara hirarki substansi tubuh dari pengetahuan obyektif. • Teori Belajar Matematika:Siswa diharapkan untuk menggunakan pendekatan dan metode yang berbeda, dalam mengaplikasikan pengetahuan ini, menurut talenta dan kepintaran mereka. • Teori Pengajaran Matematika:Mengajar memerlukan hubungan guru-siswa yang ramah; guru, pemilik pengetahuan, mentransfernya ke siswa, seefektif mungkin

  11. Teori Sumber Daya dalam Matematika: Model, bantuan visual dan sumber-sumber dapat digunakan oleh guru untuk memotivasi atau memfasilitasi pemahaman. • Teori Kecakapan/Kemampuan Matematika:bakat dan jenius matematika adalah warisan, dan kemampuan matematika dapat diidentifikasi dengan intelejensi murni. Mengajar membantu siswa untuk menyadari potensi bawaan, dan “ingatan matematika” akan memancar

  12. Teori Assesmen Pembelajaran Matematika: assesmen formatif pembelajaran matematika mungkin membutuhkan penyusunan metode, tetapi assesmen sumatif meminta ujian eksternal • Teori Perbedaan Sosial pada Pendidikan Matematika: Matematika dipandang sebagai kemurnian dan tidak berkaitan dengan isu sosial, Matematika adalah obyektif, dan usaha untuk memanusiakan matematika untuk tujuan pendidikan, betapapun bermaksud baik, menyetujuinya adalah sifat dasar dan kemurnian (Ernest, 1986, 1988b).

  13. E. Kritik terhadap Pandangan Penganut Humanisme Kuno • Kritik terhadap pandangan: (1) orang-orang yang mempertahankan kebenaran terhadap matematika yang menyangkal hubungan matematika murni dan aplikasinya (2) matematika mempunyai sembarang keterlibatan didalamnya, atau tanggung jawab yang lebih luas terhadap isu-isu sosial (3) terdapat asumsi yang tidak tepat untuk perbaikan pandangan dari kemampuan manusia, berhubungan dengan tingkatan dan pandangan kaum elit masyarakat dan kealamiahan manusia

  14. Outcome Pendidikan yang Negatif (1) terdapat masalah menghalang dari pandangan “atas” kurikulum matematika. Ini kelihatan fungsi primer dari level matematika “A” untuk menyiapkan siswa matematika di universitas. (2) kurikulum tidak didesain dengan kebutuhan atau minat dalam pikiran. Hanya penjelasan rasional bahwa pendidikan melayani keinginan penganut paham humanisme kuno, pada keinginan masyarakat secara umum. (3) matematika yang disajikan untuk siswa seperti obyektifitas, eksternal, dingin, kaku dan jauh (4) asumsi bahwa kemampuan matematika ditetapkan oleh warisan, yang merusak untuk mereka yang tidak berlabel bakat matematika.

  15. Terima Kasih

  16. Para Pendidik Progesif • Ideologi Relativitas Absolut terhubung • Tradisi Progresif sebagai Absolutisme Relativistik Terhubung  • TradisiProgresifdalamPendidikanMatematika • Ideologi Bidang Pendidikan dari Pendidik Matematika yang Progresif • Suatu Kritik Tujuan Pendidik yang Progresif

More Related