1 / 21

PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat DIKTI, Jakarta Strategi Pemiliha

PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat DIKTI, Jakarta Strategi Pemilihan Berkala Ilmiah yang Sesuai Mien A. Rifai “Herbarium Bogoriense” Puslit Nasional Biologi LIPI, Jalan Raya Juanda 22, Bogor. Produktivitas Pelbagai Bangsa

kuri
Download Presentation

PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat DIKTI, Jakarta Strategi Pemiliha

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat DIKTI, Jakarta Strategi Pemilihan Berkala Ilmiah yang Sesuai Mien A. Rifai “Herbarium Bogoriense” Puslit Nasional Biologi LIPI, Jalan Raya Juanda 22, Bogor

  2. Produktivitas Pelbagai Bangsa dibandingkan dengan Jumlah Publikasi dan Sitasi 1997–2001 Negara Jumlah Publikasi Jumlah Sitasi GDP per kapita India 77.201188.481 487 Cina 115.339 341.519 989 Jerman 318.286 2.199.617 24.051 Jepang 336.858 1.852.271 31.407 USA 1.265.808 10.850.549 36.006

  3. Bagaimana dengan Indonesia? Suatu survai oleh Scientific American di tahun 1994 menunjukkan bahwa kontribusi ilmuwan Indonesia pada khasanah pengembangan dunia ilmu setiap tahunnya hanyalah sekitar 0.012%, yang jauh berada di bawah Singapura yang berjumlah 0.179%, apalagi kalau dibandingkan dengan USA yang besarnya lebih dari 20%. Oleh beberapa pengamat barat, jerih payah upaya ilmuwan Indonesia untuk ikut berkontribusi terhadap perkembangan khasanah ilmiah dunia diistilahkan lost science in the third world. Pernyataan bernada sumbang ini terutama disebabkan karena hasil yang disumbangkan mereka tidak sampai ke hadapan mitra bestari sesama ilmuwannya yang sebidang hanya karena ditulis dalam berkala yang berjangkauan terbatas.

  4. Keterbatasannya disebabkan • karena sempitnya sirkulasi persebaran publikasi dan berkala • tiras yang sedikit sehingga tidak dilanggan oleh perpustakaan utama pusat kegiatan ilmiah internasional, • penggunaan bahasa yang tak terbacakan secara luas. • Sebagai akibatnya judul tulisan karya ilmuwan Indonesia pun tak tertampilkan dalam layanan cepat bibliografi dan kata kuncinya tak terambil oleh penyedia pindaian internet. Dapatlah dimengerti jika ilmuwan Indonesia sudah dicap hanya merupakan jago kandang.Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika berkala ilmiah Indonesia yang terdaftar dalam liputan Science Citation Index masih dapat dihitung dengan jari sebelah tangan.

  5. Secara umum suatu berkala dan publikasi ilmiah lain dikatakan beraspirasi internasional jika: • Ditulis dalam salah satu bahasa PBB sehingga memiliki cakupan pembaca yang luas. • Memuat artikel yang berisi sumbangan nyata bagi kemajuan suatu disiplin ilmu yang banyak diminati ilmuwan sedunia. • Penerbitannya dikelola secara terbuka sehingga melibatkan dewan penyunting dari berbagai penjuru dunia, atau paling tidak setiap artikelnya diolah oleh pakar-pakar internasional melalui sistem penelaahan oleh mitra bestari dunia secara anonim. • Penyumbang artikelnya berasal dari pelbagai negara yang lembaga-lembaganya memiliki pakar yang berspesialisasi dalam bidang kekhususan berkala. • Sejalan dengan itu persebaran berkalanya juga mendunia karena dilanggan oleh pebagai lembaga dan pakar dari berbagai negara yang berminat pada disiplin ilmu termaksud.

  6. Perlu disadari banyaknya hambatan budaya lekat diri yang telah dilakukan peneliti Indonesia dalam • pola pikir, • formulasi perencanaan penelitian, • pendekatan pengolahan simpulan, • dan motivasi penerbitan hasilnya, antara lain: • keterbatasan aspirasi segala kegiatan kecendekiaannya yang sering sangat melokal dan tidak menasional apalagi mengglobal • kesempitan sudut pandang dan pembatasan cakupan oleh judul kegiatan (dan juga judul karya ilmiahnya) yang mengungkung • kekurangberanian untuk menganalisis secara mendalam data dan informasi yang terkumpul selama penelitian • ketiadaan sintesis melebar terhadap hasil yang diperoleh dengan jalan membandingkannya dengan 'mencakup' hasil penelitian lain, meminjam dari waktu lain, memanfaatkan disiplin lain, menyadap dari budaya lain, ataupun mengacu pada pengalaman orang lain yang sudah ada dalam khasanah pustaka mutakhir • ketakutan dalam menyusun simpulan berdampak meluas • kekerdilan buat melontarkan perampatan revolusioner yang memungkinkan tersusunnya suatu grand theory

  7. Sebagai peneliti, Andalah yang tahu betul apakah kegiatan penelitian yang sudah diselesaikan diyakini secara pasti menghasilkan simpulan berupa keluaran (output) yang memiliki keunikan tinggi yang diminati orang banyak di pentas lokal, nasional, ataupun internasional karena sangat orisinal, serta memunyai akibatan (outcome), dan dampak (impact) luas dalam memajukan frontir ilmu dan teknologi.

  8. Untuk menguji kebermaknaan hasil dan • simpulan suatu kegiatan penelitian untuk menjadi pioner penjelajahan terra incognita ilmu dan teknologi yang mampu bersaing, cermatilah apakah butir-butir berikut sudah terperhatikan: • terjagakah kemutakhiran peta state-of-the-art permasalahan yang ditangani? • terjaminkah keorisinalan sudut pandang yang sudah dilakukan? • unikkah perumusan masalah sehingga kegiatan penelitiannya menghasilkan simpulan yang pasti diminati para mitra bestari dan ilmuwan lain yang terkait? • cukup menukikkah kedalaman pendekatan yang sudah dipakai? • sudah maksimumkah pengerahan sarana dan infrasarana pendukung penelitiannya sehingga ketuntasan penggarapannya sudah betul-betul optimum?

  9. (LANJUTAN) • terpemenuhikah persyaratan minimum untuk mencapai ketepatan, kecanggihan, dan kemutakhiran metodologi yang dipakai ? • terverifikasikah informan, terterakah peralatan, tersediakah perkembangan terakhir sehingga kesahihan data dan informasi yang sudah terhimpun tidak menimbulkan keraguan atau kontroversi? • sudah terkuasaikah hasil dan simpulan penelitian-penelitian lain yang berkaitan sehingga kelebaran perampatan teori yang tercetus sudah maksimum? • Jawaban positif terhadap semua butir pasti ikut memberi corak keberjayaan kontribusi ilmiah yang sudah dihasilkan. Kalau ada yang negatif, tindakan remedial apa yang masih bisa dilakukan untuk memerbaikinya?

  10. Jika Anda merasa bahwa segala upaya maksimum sudah terkerahkan untuk menyempurnakan simpulan yang dicapai hasil penelitian Anda, maka menjadi tugas kewajiban mulia Anda untuk segera menindaklanjuti keberjayaan tersebut dengan jalan menerbitkannya secara terlaksana dalam berkala ilmiah yang tertinggi derajat pengakuan orang padanya.

  11. Dalam memilih berkala yang dituju sebagaitempat akan menerbitkan naskah tersebut, sekali lagi kenali dulu kespesifikan hasil penelitian Anda sebaikbaiknya, untuk menentukan macam peminat yang bakal memanfaatkan data dan informasi yang diungkapkan. Untuk itu perlu disimak penempatan hasil penelitian Anda dalam kerangka bidang ilmunya yang paling tepat. Mulailah dengan mengelasifikasi ranting terkecil/terujung disiplin ilmunya untuk menentukan apakah pembaca yang dijadikan sasaran: • pakar super-super-spesialis • pakar super-spesialis • pakar spesialis • pakar biasa yang generalis?

  12. Jangan kecil hati pada hasil identifikasi yang rendah, sebab mungkin sekali data dan informasi yang diungkapkan penelitian Anda bersifat • antarbidang • antardisiplin • atau bahkan lintas sektor. • Kalau memang lintas sektor, tentukan sektor mana berpotensi paling banyak peminatnya?

  13. Sebagai seorang peneliti di bidang tersebut Andatentu sudah banyak membaca publikasi hasil-hasil penelitian terkait, sehingga seharusnya akan mudah mengenal identitas para pakarnya yang merupakan tokoh spesialis, dan mengetahui pula secara tepat jati diri berkala yang menduduki relung peringkat kespesilisan ataupun kelintassektorannya. Hati-hati: kelintassektoran bukan berarti pilihan harus dijatuhkan pada berkala yang bersifat bunga rampai. Perlu dicamkan bahwa ekologi atau etnobotani ataupun bioteknologi, misalnya, berpendekatan antardisiplin tanpa mengurangi kespesialisan yang dituntut dunia modern, sehingga berkalanya pun sebenarnya memiliki derajat kespesialisan yang tinggi.

  14. Di antara sejumlah berkala yang teridentifikasi, pilihlah yang bersifat: • tertinggi derajat pengakuan orang padanya (terakreditasi vs tak • terakrediasi) • terkuat pengaruhnya (bermakna vs tak terasa kehadirannya • dalam kegiatan pemajuan bidang ilmunya) • terluas jangkauannya (bahasa internasional vs bahasa lokal) • terlebar wawasannya (keglobalan vs kesetempatan liputan • geografi objeknya, dan asal penyumbang naskahnya) • terbaik kepionerannya (melulu hasil penelitian vs banyak artikel • ulasannya) • terbesar akibatan dan dampaknya (sering diacu vs tak pernah • disitir orang) • terbanyak pembacanya (besar vs kecil jumlah tirasnya) • tercepat pemerosesannya (panjang vs pendek antriannya) • tersering frekuensi terbitnya (lama vs sebentar masa tunggunya) • . . ..

  15. Sesudah pilihan pada sebuah berkala dijatuhkan,lanjutkan dengan melakukan hal-hal berikut: • pelajari dua tiga nomor terbitan terakhirnya • telaah dan pahami betul petunjuk pada penulisnya (yang • tebalnya dapat sampai 64 halaman!) • selidiki apakah berkalanya masihy memunyai website • khusus untuk tempat menambahkan perincian dan • penjelasan persyaratan lebih lanjut tentang petunjuk pada • penulis tersebut • selami seluk-beluk segala persyaratan yang dicantumkan • dalam petunjuk pada penulis • baca dengan cermat tiga empat artikel di dalamnya sambil • membandingkannya dengan petunjuk pada penulis tadi

  16. Hanya sesudah gaya dan format cara penulisan seperti diperinci dalam petunjuk pada penulis dikuasai betul, baru seseorang dapat dianjurkan untuk mulai menulis naskahnya. Ketika menyusun naskah, selalu cermati: • ketentuan tentang judul, abstrak, kata kunci, baris kepemilikan • urutan penataan • pengaturan pembaban • penggunaan tanda baca • cara pengacuan pada pustaka • pemanfaatan catatan kaki atau catatan akhir • ilustrasi dan tabel serta grafik • penyusunan daftar pustaka • dan segala perincian kecil lain yang digariskan • Ingat! Semuanya mutlak harus diikuti sepenuhnya

  17. Ketaatan penuh pada konvensi bidang ilmu yang dianut berkala, keharusan berupaya untuk selalu mutakhir dalam segala perkembangan gaya seperti dikehendaki petunjuk pada penulis, memang bersifat mutlak adanya sehingga tidak dapat ditawar lagi. Sesudah buram pertama naskah selesai ditulis, serahkanlah hasilnya––bersama petunjuk pada penulisnya––pada seorang dua orang rekan sejawat di lingkungan kerja Anda untuk diminta menelaahnya. Berdasarkan perbaikan pada kesalahan yang ditemukan sendiri serta saran penyempurnaan yang diterima dari orang lain, baru dapat disiapkan naskah finalnya

  18. Bacalah sekali lagi naskah final Anda • sebelum dikirimkan, dan kemudian yakinkan betul: • bentuk surat pengantar yang ditentukan berkala • macam naskah yang harus disampaikan • apakah hanya berupa printout copy lengkap • atau cukup dengan manuscript MSWord/PDF file saja • atau berupa text/table/legend clones beserta artwork/graphics (TIF, EPS) file • atau semua ketiga-tiganya ? • berapa kopi naskah yang harus dikirim • pengirimannya apa pada alamat yang mana (penyunting penyelia, penyunting pelaksana), atau harus ke mitra bestari, atau bagaimana

  19. Tidak perlu ditekankan lagi keharusan mutlak penulis naskah tunduk sepenuhnya pada semua ketentuan dalam petunjuk pada penulis jika naskah yang dipersiapkan ingin diterima pemuatannya dalam berkala termaksud. Perlu dicatat bahwa penyimpangan kecil bisa membuat naskah secara otomatis ditolak komputer yang mungkin dioperasikan pengelola berkala untuk menyimak dan menyaring kesesuaian awal ‘fisik administratif’ naskah yang masuk.

  20. Sesudah naskah dikirimkan, silakan beristirahat, tunggu balasan dan tanggapan dengan sabar, . . . dan berdoalah. Begitu diterima balasan dari editor, bereaksilah dengan segera (kalau korespondensi per pos biasanya diberi tenggang waktu kurang dari dua minggu, sedangkan kalau melalui e-mail harus dalam waktu dua hari atau 48 jam) Para penyunting Indonesia rata-rata mengeluhkan kelambanan datangnya atau bahkan ketiadaan tanggapan penulis naskah!

  21. Para pemerhati pola penerbitan ilmiah Indonesia umumnya risau menyaksikan perilaku penulis Indonesia yang ternyata sulit menyesuaikan diri dengan persyaratan teknis berkala, sehingga petunjuk pada penulis yang dituangkan menjadi kurang berfungsi. Akan tetapi sering pula terlihat bahwa para penyunting berkala sendiri kurang kukuh menjaga ketentuan yang sudah tegas digariskannya tersebut.

More Related