1 / 14

Lanjutan bab 3

Lanjutan bab 3. Pertemuan 7. 3.4. FAKTOR PRODUKSI MANAJEMEN. Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani dalam merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi faktor produksi yang dikuasai/dimiliknya sehingga mampu memberikan produksi seperti yang diharapkan.

joella
Download Presentation

Lanjutan bab 3

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Lanjutan bab 3 Pertemuan 7

  2. 3.4. FAKTOR PRODUKSI MANAJEMEN • Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani dalam merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi faktor produksi yang dikuasai/dimiliknya sehingga mampu memberikan produksi seperti yang diharapkan. • Perbaikan manajemen dalam upaya pengembangan usahatani dapat dilakukan melalui: • Inovasi Teknologi Melalui inovasi teknologi, diyakini keuntungan usahatani persatuan luas akan dapat terdongkrak. teknologi yang diintroduksi ke petani akan lebih disukai jika teknologi tersebut mudah diaplikasikan, kurang intensif penanganannya, tidak memerlukan pengamatan tiap hari dan tidak memerlukan kontrol terlalu ketat. Teknologi semacam ini akan memberikan peluang bagi petani untuk dapat meninggalkan usahtaninya, menyerahkan penanganannya pada orang lain dengan hasil yang memuaskan.

  3. Manajemen usaha yang dilakukan kelompok • Ada alternatif manajemen usaha yang dapat dilakukan orang lain tanpa mengurangi jumlah dan mutu hasil. Manajemen usaha yang dimaksud adalah manajemen kooperatif dan korporasi. Manajemen korporasi merupakan alternatif karena punya beberapa kelebihan, yaitu: • Pengambilan keputusan usaha harian dapat dilakukan secara cepat, sehingga usahatani tanggap terhadap perubahan pasar dan harga. • Pengelolaan lahan, irigasi, dan teknik budidaya lainnya, dikelola oleh tim manajer dibantu tenaga teknis, teknis lapangan terampil, sehingga pengelolaan efisien. • Mobilisasi sumber daya pertanian (lahan, tenaga kerja dan modal) mudah, karena sumber daya dikelola oleh tim manajer • Pembagian keuntungan yang dihasilkan dari jenis lahan, tenaga dan modal sebagai saham anggota, berdasarkan perjanjian.

  4. Metode Penyuluhan • Terdapat tiga metode penyuluhan, yaitu pendekatan personal, pendekatan kelompok dan pendekatan masal. Pada waktu lalu strategi dititik beratkan pada pendekatan massal dan kelompok karena pendekatan personal terlalu mahal. • Dengan penerapan manajemen koperasi maka metode pendekatan penyuluhan difokuskan pada pendekatan personal. • Kesulitan utama menerapkan manajemen korporasi bukan pada masalah faktor fisik (lahan, tenaga, modal), tetapi lebih pada faktor psikologi, yaitu ketidakrelaan petani (anggota kelompok) untuk mengakui kelebihan teman petani lain sebagai manajer usaha. • Masih banyak kegiatan dalam program revitalisasi yang harus disempurnakan, antara lain seperti kelembagaan penyuluhan, system penyuluhan dan penyusunan program penyuluhan, tetapi untuk teknologi, manajemen usaha dan metode penyuluhan harus mulai dirintis dari sekarang.

  5. Peningkatan Kemampun Manajemen Usahatani • Peningkatan produktifitas komoditi tanaman pangan dilakukan dengan meningkatkan mutu intensifikasi yang dijalankan secara berkelanjutan dan efisien guna meningkatkan daya saing, dengan tetap mengacu kepada kelestarian lingkungan. • Peningkatan Nilai Tambah Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya antara lain: • Penerapan teknologi panen dan pasca panen yang tepat • Penyebarluasan teknologi pengolahan hasil • Pemasyarakatan penerapan standart mutu • Pemanfaatan peluang kredit • Pengembangan kelembagaan Upaya pemberdayaan petani diperlukan pengembangan kelembagaan baik kelembagaan petani maupun pemerintah sebagai berikut: • Pengembangan kelompok tani melalui peningkatan kemampuannya tidak hanya dari aspek budidayanya saja namun juga aspek agribisnis secara keseluruhan dan kemampuan bekerja sama sehingga dapat berkembang menjadi kelompok usaha baik dalam bentuk koperasi maupun unit usaha kecil mandiri dan tumbuh dari bawah.

  6. Peningkatan kualitas SDM, bantuan alat-alat prosessing, penyediaan kredit, dan mengembangkan pola kemitran. • Pengembangan usaha Pelayanan Jasa Alsin (UPJA) dengan memperkuat dan melakukan pembinaan terhadap petugas, manajer, operator, dan petani melalui peningkatan fasilitas perbengkelan, kerjasama dengan swasta, pelayanan kredit dan pelatihan. • Penguatan lembaga pemerintah seperti BPSB, BPTPH, balai benih maupun Brigade proteksi sehingga dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat terutama petani melalui upaya peningkatan profesionalisme terus operasional dan admisnistrasi, serta peningkatan kerja sama antar petugas lapangan dan intansi terkait melalui forum konsultasi dan konsolidasi. Contoh Aplikasi Dari Sistem Usaha Tani • Model cooperative farming complex merupakan model pemberdayaan petani melalui kelompok, dengan melakukan rekayasa sosial, ekonomi, teknologi, dan nilai tambah.

  7. Rekayasa sosial dapat dilakukan dengan penguatan kelembagaan tani, penyuluhan, dan pengembangan SDM. • Rekayasa ekonomi dilakukan dengn pengembangan akses permodalan untuk pengadaan saprodi dan akses pasar. • Rekayasa teknologi dapat dilakukan dengan pencapaian kesepakatan teknologi anjuran dengan kebiasaan petani. • Rekayasa nilai tambah dilakukan melalui pengembangan usaha off farm yang terkoordinasi secara vertikal dan horisontal. • Keunggulan model CFC Melalui model ini dapat diperoleh bermacam manfaat bagi para petani anggota kelompok maupun masyarakat dilingkungnnya, baik manfaat ekonomi maupun sosial. Ada sejumlah manfaat ekonomi sebagai berikut: • efisiensi produksi; CFC akan meningkatkan efisiensi khususnya dalam penggunaan tenaga kerja dan mesin pertanian. • meningkatkan negotiation power; dengan model ini baik dalam pemasaran hasil komoditas maupun pembelian bermacam saprotan dan barang investasi, negotiation power petani akan meningkat karena dilakukan secara kelompok.

  8. Terciptanya efisiensi dan efektifitas manajemen; pengelolaan hamparan secara umum dilakukan oleh seorang manajer profesional yang dalam prakteknya semua kegiatan dimusyawarahkan sebelumnya dengan para anggota. • Aktivitas nonfarm; bila efisiensi dari tenaga kerja tercapai, maka curahan waktu tenaga kerja yang berlebih dapat dialihkan untuk berbagai macam kegiatan nonfarm guna memperoleh tambahan penghasilan. • Peningkatan pendapatan; dengan berbagai macam keuntungan yang diperoleh diharapkan pendapatan petani meningkat. • Adapun manfaat sosial yang diperoleh dari model ini antara lain sebagai berikut: • Pendidikan bagi masyarakat pedesaan; model ini dapat menjadi ajang pendidikan organisasi kerakyatan bagi msyarakat pedesan dalam usaha mencapai tujuan bersama. • Menghidupkan kembali gairah ekonomi kerakyatan; dengan terbentuknya sentra-sentra ekonomi pertanian yang tangguh kegiatan agribisnis akan berjalan, pasar akan terbentuk. • Gairah gotong royong dan demokratisasi; CFC akan memberikan efek positif berupa perasaan memiliki dari para anggota, yang akan berlanjut pada komitmen mereka untuk bekerja bersama melalui kelompok.

  9. Alasan Pemilihan CFC • Cooperative Farming Complex (CFC) mempunyai beberapa kriteria yang lebih sesuai dengan karakteristik pertanian Indonesia yang memiliki keragaman biofisik-sosek antar ruang yang memerlukan pengelolaan secara desentralisasi dan bottom-up. • Konsep cooperative farming complex diintroduksi dengan konsep bottom-up policy, sehingga mencerminkan partisipasi aktif petani anggotanya. Mengingat penerapan model cooperative farming complex membutuhkan biaya dan tenaga yang tidak sedikit, maka dalam mengimplementasikannya harus memperhatikan tahap-tahap sebagai berikut: • Identifikasi potensi wilayah • Pengorganisasian petani anggota kelompok wilayah • Penentuan paket teknologi spesifik lokasi • Konsolidasi pengadaan saprodi • Konsolidasi pelaksanaan usaha on-farm • Konsolidasi kegiatan pasca panen • Konsolidasi kegiatan pemasaran • Tujuan akhirnya, rantai pemasaran menjadi pendek dan lebih efisien, sehingga petani dapat memperoleh harga yang sesuai dan meningkatkan pendapatannya.

  10. 3.5.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN USAHATANI Terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani, yaitu : • Faktor intern • Petani pengelola • Tanah • Modal • Tenaga kerja • Teknologi • Jumlah keluarga • Kemampuan petani dalam mengalokasikan penerimaan keluarga • Faktor ekstern • Tersedianya sarana transportasi dan komunikasi • Aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani (harga hasil dan harga saprodi) • Fasilitas kresit • Sarana penyuluhan bagi petani

  11. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Usahatani 1.Luas Usaha • Pendapatan total usahatani → menunjukkan volume usaha • Total investasi modal • Tenaga kerja setara pria • Total tenaga pria produktif 2. Tingkat Produksi Ukuran ukuran tingkat produksi : • Produktivitas per ha • Index pertanaman : prosentase dari index pertanian dikali luas areal petani A • Index pertanian : intensitas produksi dari suatu usahat tani di daerahnya

  12. Contoh : menghitung index pertanaman di Desa Sentul, 1979 Index pertanaman =

  13. Pilihan dan Kombinasi Cabang Usaha • Intensitas Pengusahaan Pertanaman Ukuran-ukuran yang digunakan : • Banyaknya hari kerja yang dipergunakan pada usahatani • Total modal kerja pada usahatani • Total biaya usahatani

  14. Referensi • Anonymous, 2006. Pertanian Organik: Pilihan Kemerdekaan dan Kemadirian Petani. Jakarta • Rambe, S.S.M., W. Wibawa., A. Damiri dan R. Hartono, 2000. Pengkajian Alternatif Teknologi dan Efisiensi Pemupukan. dalam Seminar BPTP Sukarami 16 Januari 1997. • Syahyuti. 2004. Kendala Pelaksanaan Landreform di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. • Tohir, Kaslan. 1983. Seuntai Pengetahuan Tentang Usaha Tani Indonesia. Bina Aksara. Jakarta.

More Related